51

62 10 0
                                    

Suara tembakan kembali terdengar diikuti suara teriakan Mijoo yang melihat tubuh tuan Kim ambruk di hadapannya. Mijoo membeku melihat apa yang terjadi, tuan Kim yang hendak menembak Soojung kalah cepat dengan Eunwoo yang  kembali mengarahkan senjatanya dan menembakkannya pada dada tuan Kim. Setelahnya tubuh Eunwoo pun kembali ambruk bersamaan dengan Mingyu yang baru saja tiba di tempat kejadian.

Mingyu membeku, nafasnya terengah karena berlari setelah mendengar bunyi tembakan. Ia melihat ayahnya terkapar dengan darah yang mengalir deras dari dadanya. Ia juga dapat melihat Soojung yang menangis seraya memeluk seseorang yang Mingyu yakini adalah Chaeyeon.

Dunianya hancur seketika saat melihat dua orang yang berharga dalam hidupnya kini terluka. Ia juga melihat Eunwoo yang juga terkapar di samping Chaeyeon. Mingyu tak dapat melangkah mendekati Chaeyeon karena sepertinya ia tak dapat menerimanya, ia tak sanggup dengan semuanya. Sebenarnya bagaimana semua bisa terjadi hingga membuat ketiga orang itu terluka?

Mobil ambulance pun datang setelah Mijoo meneleponnya, tiga mobil datang siap untuk membawa Eunwoo, Chaeyeon dan tuan Kim.
Saat Chaeyeon hendak dibawa masuk ke ambulance, Mingyu menahan para perawat yang membawa tubuh dingin Chaeyeon.

"Chaeyeon, kau harus bertahan. Aku mencintai mu." Mingyu menggenggam tangan dingin Chaeyeon.

Setelah itu perawat membawa tubuh Chaeyeon masuk ke dalam ambulance. Mingyu tak dapat mengalihkan pandangannya dari gadis yang sangat ia cintai itu hingga ia baru menyadari bahwa Chaeyeon memakai gaun milik mendiang ibunya. Itu menandakan bahwa Chaeyeon hendak menemuinya, seperti apa yang ia minta.

Mobil ambulance dengan suara sirine membawa ketiganya ke rumah sakit. Soojung yang berada di ambulance yang membawa Chaeyeon tak henti-hentinya menangis dengan mengenggam tangan adiknya itu.

"Chaeyeon kau harus tetap hidup." Gumam Soojung di sela tangisannya. Soojung tak bodoh, ia sadar dan mengetahui bahwa Chaeyeon tak selamat. Hanya saja, ia mencoba menolak kenyataan. Berharap alat-alat di rumah sakit dapat menghidupkannya kembali.

Mobil ambulance tiba, brankar yang membawa Eunwoo, Chaeyeon dan tuan Kim di turunkan dan didorong menuju ruang gawat darurat. Mijoo, Soojung dan Mingyu menunggu di depan kamar ketiganya. Tak lama, hanya beberapa menit seorang dokter kembali keluar.

"Bagaimana adik saya?" Tanya Soojung dengan cepat.

"Mohon maaf, adik anda dan pria muda itu tidak dapat diselamatkan karena tembakannya yang mengenai kepalanya. Bahkan adik anda telah tiada sejak di lokasi kejadian sementara pria muda itu tidak dapat di selamatkan karena kehilangan banyak darah dan telah tiada ketika dalam perjalanan kesini. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya." Jelas sang dokter.

Benar-benar seperti di sambar petir untuk Soojung dan Mingyu. Chaeyeon tak dapat diselamatkan dan keduanya tak dapat menerima hal itu.

"Tidak dokter, adik saya pasti bisa hidup. Tolong, tolong selamatkan dia." Soojung menjerit mengguncang tubuh sang dokter.

Dokter tak menjawab, hal seperti itu memang sering terjadi. Kini giliran Mingyu yang mendekat, ia mencengkeram kerah jas sang dokter.

"Tolong hidupkan kembali Chaeyeon, berapapun yang dokter minta. Saya akan membayarnya jadi tolong selamatkan Chaeyeon." Ucap Mingyu tepat di depan wajah sang dokter.

"Saya mencintainya dok. Dia orang yang saya cintai. Tolong hidupkan dia, dokter." Lanjutnya dengan tangisannya.

Dokter tak menjawab, ia juga tak melepaskan cengkeraman Mingyu pada kerah jasnya hingga Mijoo menarik paksa tubuh besar Mingyu.

"Mingyu hentikan."

"Sekali lagi saya mohon maaf dan untuk tuan Kim, beliau dalam keadaan koma." Ucap sang dokter kemudian pergi dari sana.

PentagonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang