2³=8-5=3

711 101 1
                                    

°
°
°
°
°
°
"Shhh—Aduh Ra! Pelan-pelan dong, sakit loh ini lukanya Lo pencet-pencet."

"Udah diem! Namanya juga lagi diobatin."

"Tapi Lo ngobatin nya kayak pake dendam anjir."

Jisung merotasikan matanya malas, menurutnya Minho ini sangat brisik dan banyak protes jika sedang diobati begini. Lagi pula salah kakaknya sendiri yang berkelahi—ah tidak, ini salah Jisung karna sebenarnya Jisung yang memancing semuanya.

"Yaudah, nih gue ngobatinnya pelan-pelan deh." Ucap Jisung pada akhirnya.

Dan setelahnya, Jisung mengobati setiap luka lebam Minho secara hati-hati, bahkan lelaki manis itu nampak begitu serius mengobati kakaknya.

"Afra,"

"Apa?"

"Soal Handphone Lo, gimana?"

Jisung menghela nafas pelan sebelum akhirnya ia kembali menjawab. "Udahlah, gue ikhlasin aja. Nanti gue bisa beli lagi pake duit tabungan gue."

"Gue bisa ngambil Handphone Lo lagi dari Ardian, kalo Lo mau—"

"Gak usah, itu sama aja kayak gue nyuruh Lo buat berantem lagi kan sama dia? Gak, gue gak perlu. Mendingan beli dah, dari pada liat Lo bonyok kayak gini, kak."

Entah mengapa, perkataan Jisung membuat Minho mengulum senyumnya dengan lembut. Di balik sosok adiknya yang galak, ia punya sisi manis dan perhatian seperti ini pada kakaknya.

Kan Minho jadi semakin menyayangi adik manisnya ini.

"Kalo gitu, nanti balik sekolah Lo pulang sama gue ya?" Ajak Minho.

"Yah, padahal gue ada janji mau ngegembel di rumah Felix."

"Yaelah, Lo udah sering ngegembel disana juga, gak bosen jadi beban buat tante Karin?"

"Ih anjir, sembarangan banget ngatain gue beban buat tante Karin. Justru Tante Karin tuh yang paling seneng kalo rumahnya gue datengin." Ujar Jisung dengan percaya dirinya. "Tapi Lo gak ada jadwal ngumpul sama kak Chandra atau kak Abin gitu? Bisa-bisanya ngajak gue balik bareng."tanyanya pada Minho.

"Kagak ada elah, kalem. Pokoknya lo balik sama gue nanti, gak usah banyak omong." Pinta Minho dengan mutlak yang mana membuat Jisung mau tak mau menuruti ucapan kakaknya.

"Yaudah iya iya. Emang mau kemana sih, tumben banget ngajak balik bareng, biasanya lo paling ogah kalo gue duduk di jok motor Lo."

"Kepo deh, ntar juga Lo tau."

Jisung hanya berdecak malas, ia sudah menduga Jika Minho akan berkata begitu. Sangat menyebalkan.

Kedua kakak beradik itu terlihat berdebat kecil, sesekali keduanya saling melempar candaan yang berujung dengan dengusan kesal dari Jisung.

Tanpa mereka duga, sebenarnya masih ada sosok lain yang menetap disana. Tepatnya di balik sebuah tirai di belakang Jisung. Disana, Seungmin tengah merebahkan dirinya diatas brankarnya setelah seorang perawat baru saja mengobatinya.

Diam-diam mendengarkan percakapan dua kakak beradik itu sembari memegang sebuah benda persegi panjang di tangannya.

Itu Handphone milik Jisung, selama kejadian di kantin tadi Seungmin berbohong soal dirinya yang menjual Handphone Milik Jisung.

Ayolah, Seungmin hanya bermaksud iseng dengan pemuda tupai itu, tidak mungkin dirinya benar-benar menjual handphone milik pemuda itu. Tapi siapa sangka, niat isengnya justru berujung perkelahiannya dengan Minho, yang ternyata dia adalah kakak dari pemuda itu.

Perfect || Seungsung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang