2²=4

670 100 3
                                    

°
°
°
°
°
°
Jisung baru saja selesai melaksanakan ulangan harian dadakan dalam pelajaran ekonomi tadi. Seketika otaknya merasa panas saat dirinya tadi melaksanakan ujian dadakan tersebut.

Tidak hanya kepala, namun isi pikiran dan hatinya juga panas. Panas karna kesal sih. Ia kesal dengan gurunya karna dengan seenak jidatnya melaksanakan ulangan harian dimana belum banyak dari mereka yang bersiap diri.

Jisung dan teman-temannya contohnya, mereka berempat sempat uring-uringan saat mengerjakan ulangan tersebut.

Untung saja Sekarang ini ia sudah selesai dan di perbolehkan istirahat langsung oleh pak gurunya. Sedangkan ketiga temannya masih sibuk mengerjakan soal ulangan di dalam kelas.

Sedikitnya Jisung merasa bersyukur bisa menyelesaikannya lebih cepat dan bisa keluar dari dalam kelas untuk mendingin kan otaknya. Masa bodo dengan jawabannya yang asal-asalan tadi, yang penting sudah mengerjakan masalah remed atau tidak itu urusan nanti.

Maka dari itu, dengan langkah yang pasti Jisung pergi ke area kantin yang masih terlihat agak sepi. Tentu sepi, karna ini kan belum waktunya istirahat, jadi siswa yang lain belum ada yang keluar dari kelas mereka masing-masing.

Jisung menghampiri salah satu stan jajanan yang menjual beraneka makanan ringan dan minuman lainnya.

"Bu Fani~ Afra mau ngambil roti isi dua, sama minumannya satu ya~"

"Iya Ra, ambil aja gapapa."

"Btw, Afra kasbon dulu ya, hehe. Bayarnya nanti kalo makanannya udah abis."

"Iya Afra, santai aja sama Bu Fani mah. Bayarnya kapan-kapan juga boleh."

"Kalo gitu bayarnya pas Afra udah lulus boleh?"

"Boleh, tapi nanti ibu kasih bunganya."

"Enggak jadi deh."

Bu Fani hanya terkekeh pelan melihat tingkah salah satu pelanggan setianya yang selalu datang ke stan jajanannya setiap istirahat.

"Ibu bercanda padahal, Ra. Ambil aja yang kamu mau, urusan bayar mah gampang atuh."

"Iya bu, Afra ngambil ini dulu ya? Makasih Bu Fani."

"Sama-sama Ra."

Jisung melenggang pergi setelah di rasa ia sudah membeli beberapa jajanan yang ia inginkan. Setelahnya, Jisung mencari tempat duduk yang nyaman untuk ia duduki ketika sedang menikmati waktu santai begini.

Baru saja Jisung duduk dan hendak memakan roti isinya, seseorang datang lalu duduk dengan santainya di hadapan Jisung.

"Eh Afra, sendiri aja. Gue temenin ya? Hehe."

"Haha hehe—ngapain Lo kesini?"

"Nemenin Lo, abisnya miris banget gue ngeliat Lo duduk sendirian kayak jomblo—tapi Lo emang jomblo sih."

Jisung menyentil kening orang yang baru saja meledeknya, padahal orang yang ia sentil itu merupakan teman dekat dari kakaknya, itu artinya dia adalah senior Jisung di sini.

Tapi bagi Jisung, ia sama sekali tak mempermasalahkan soal itu. Toh mau dia senior atau bukan, itu kan hanya formalitas belaka. Lagi pula senior yang ada di depannya ini menurutnya tak perlu Jisung berikan rasa Hormat sama sekali.

"Sopan gak anjir Lo nyentil gue?"

"Enggak sih, tapi gue bodo amat." Ujar Jisung Acuh dan kembali menikmati acara makannya.

"Kalo Lo bukan adeknya Aksa, udah gue tarik bibir kurang ajar Lo itu." Cibirnya pada Jisung. "Btw, Ra. Lo kok udah istirahat aja? Ini belom waktu istirahat kan? Lo bolos ya?"

Perfect || Seungsung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang