°
°
°
°
°
°Sosok lelaki paruh baya, dengan setelan jas yang melekat rapi di tubuh tegapnya, berdiri di samping sebuah pusara makam milik seseorang sembari memegang sebuah bucket bunga di tangannya.
Tatapannya nampak begitu nanar menatap sebuah batu nisan yang bertuliskan nama milik seseorang.
Seseorang yang telah mengisi hidupnya selama ini. Yang mungkin saja sulit untuk tergantikan oleh siapapun saat ini.
Setelahnya ia pun berjongkok di sebelah makam tersebut, menaruh bucket bunga tersebut diatas makamnya.
"Sudah lama sekali....," Ucapnya pelan seraya mengelus lembut batu nisan tersebut. "Tapi rasanya sulit bagiku melupakanmu."
"Bagaimana kabarmu? Apa kamu baik-baik saja disana? Kamu pasti sudah sembuh saat ini. Setidaknya kamu bisa merasakan kebebasan tanpa bergantung dengan obat-obatan kan?" Lagi, ia kembali berucap seorang diri.
"Kamu tau? Aku kembali bertengkar dengan putra kesayanganmu itu. Rasanya sekarang ini, kami berdua jadi lebih sering bertengkar, bahkan hanya karna masalah kecil."
"Sulit mengendalikannya tanpa kehadiran dirimu. Dia benar-benar tumbuh dengan rasa benci untukku."
Lalu diam sejenak, pria itu nampak menghela nafas pelan Sebelum melanjutkan ceritanya.
"Aku bingung, bagaimana lagi caraku agar bisa mendidiknya menjadi lebih baik? Apakah selama ini caraku salah sampai membuatnya tumbuh menjadi anak yang pembangkang seperti ini?"
Lagi, setelahnya ia pun kembali diam. Lebih memilih mengedarkan pandangannya saat ini melihat kenampakan sekitar.
Sampai dimana pandangannya jatuh pada satu objek—dimana terlihat sepasang ayah dan anak yang nampak saling memberikan perhatian satu sama lain.
Sang ayah yang selalu terlihat menjaga putranya, dan sesekali akan membuat sang putra tersenyum hingga tertawa lebar itu tak luput dari tatapannya saat ini.
Di tambah kehadiran sosok wanita—yang ia duga adalah istrinya—sama terlihat senangnya. Padahal mereka hanya melakukan beberapa hal sederhana saja, tapi mereka terlihat begitu bahagia.
Ia pun kemudian berdecih pelan. "Kenapa keluarga orang lain bisa terlihat sebahagia itu...?"
••🐿️🐶••
Ketukan langkah dari suara sepatu yang beradu dengan lantai itu sedikit terdengar menggema di sebuah lorong perkantoran yang terlihat cukup ramai oleh para pekerja yang lain.
Sesekali ia akan menampilkan senyum ramahnya pada mereka yang menyapanya ketika berpapasan.
Tak sedikit dari mereka yang mungkin beberapa kali akan bergumam kecil memberikan pujian untuk sosok wanita ini.
"Permisi,"
"Ya? Ada yang bisa—eh?! B-bu Sena?! Aduh, maaf bu...saya kira siapa tadi."
Wanita itu—yang di kenal dengan nama Marsena Amerta Sari—hanya bisa menampilkan senyum maklumnya saja tadi.
"Gapapa, kamu gak usah terlalu berlebihan gitu sama saya, Rina."
Rina—yang merupakan seorang pekerja di bagian resepsionis itu hanya tersenyum kikuk saja.
"I-iya Bu, maaf.."
"Omong-omong, suami saya di dalam lagi ada tamu atau sendiri?"
"Oh? Pak Bima kebetulan lagi gak ada jadwal temu Bu hari ini, jadi kemungkinan pak Bima lagi sendiri di ruangannya." Jelas sang Resepsionis.
![](https://img.wattpad.com/cover/286609767-288-k138124.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect || Seungsung
Fanfiction||Seungmin & Jisung ft. Minho|| "Diantara kita, cuman Lo yang sempurna. Lo terlalu sempurna buat gue yang punya banyak kecacatan." -Guardian Seungmin Antares. Cover by yougi:) [Warn] Bxb! Seungsung area Seungmin X Jisung dom! Seungmin bott! Jisung c...