52

418 32 14
                                    






Seungmin menatap lembaran brosur yang berserakan diatas meja tepat di depannya. Dengan tatapan penuh kebingungan, ia lantas menelisik setiap brosur tersebut yang berisikan mengenai informasi sebuah universitas tinggi dari setiap daerah.

"Ini.... Maksudnya apa?" Tanyanya pada Bima yang kini tengah duduk berhadapan dengannya.

"Beberapa hari lalu, papah sempet dapet brosur tentang universitas tinggi yang ada disini dari temen-temen papah. Sekiranya kamu emang pengen kuliah disini, kamu bisa pilih beberapa nama universitas yang kamu minat dari beberapa brosur itu." Jelas Bima kemudian.

Seungmin masih belum bisa menangkap maksud ucapan dari papahnya saat ini. Apakah papahnya bermaksud ingin memaksanya lagi?

"Pah? Seriously? Lagi-lagi papah mau ngatur Ian? Dari awal aku udah bilang, Ian yang bakalan nentuin pilihan Ian sendiri." Ujar Seungmin penuh penekanan di akhir.

"Bukan begitu-papah gak ada sama sekali niat maksa kamu lagi, Ian."

"Trus ini?" Tanyanya sembari menunjuk lembaran brosur tersebut.

Sebelum menjawab, Bima sedikit menghel nafas pelan. Sepertinya Seungmin belum menangkap maksud dari ucapannya tadi.

"Papah cuman nawarin aja, kebetulan papah dapet banyak rekomendasi beberapa kampus terbaik dari kenalan papah buat kamu. Kalau kamu emang minat sama salah satunya, ya silahkan aja. Tapi kalaupun enggak...." Bima menjeda sejenak ucapannya, kemudian mulai memalingkan wajahnya sedikit dari arah Seungmin. Seolah sedang menyembunyikan gengsinya di hadapan putra semata wayangnya itu. "..... Papah gak akan maksa kamu buat masuk sana, terserah kamu maunya kemana." Lanjutkan dengan suara agak pelan.

Seungmin diam, sejujurnya ia sedang mengamati gelagat aneh dari papahnya yang terlihat sedikit berbeda saat ini. Ada apa dengan papahnya? Apa papahnya sakit?

"Pah..."

"Iya? Kenapa?"

"Sehatkan?"

Dan tak lama sebuah tutup pulpen melayang dengan cepatnya mengenai dahi mulus Seungmin, hingga membuat si korban nya meringis kecil.

"Kamu mikir papah sakit atau gimana, hah?"

"Ya abisnya papah mendadak aneh gini. Kan takutnya papah sakit atau apa gitu."

"Kamu khawatir kalau papah sakit?"

Seungmin sedikit berdehem pelan. "Dih, siapa lagi yang khawatir. Pede banget orang tua."

"Ian, omongannya bisa sopan dikit gak? Ini papah kamu loh." Tegur Bima yang semakin merasa jengah dengan sikap kurang ajar putranya ini.

"Iya, sorry, sorry..."

Sungguh, bicara dengan Seungmin rasanya membuat Bima harus sering-sering mengelus dada sembari merapalkan kata sabar dalam hati.

'Tahan, tahan, inget dia anakmu...' batin Bima mencoba menyabarkan diri.

"Jadi? Kamu mau pilih masuk kampus mana?" Tanya Bima lagi.

Seungmin berpikir sejenak, di liriknya beberapa brosur tersebut sebelum akhirnya ia membuat keputusan.

"Gak ada satupun kampus yang mau Ian pilih dari brosur itu, pah. Karna Ian masih mau cari tau lebih soal potensi diri Ian buat di kembangin kedepannya. Jadi buat sekarang, Ian mau fokus cari tau soal apa yang Ian mau jalanin, pah. Masalah kampus pilihan, masih bisa dibahas nanti. Ian masih kelas sebelas sekarang, masih ada waktu buat mikirin soal kuliah nanti kalau Ian udah tau apa yang Ian mau." Jelas Seungmin panjang pada Bima. "Papah.... Gak masalah kan soal ini?"

Perfect || Seungsung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang