12×4=48

288 31 5
                                    






Pagi ini Seungmin sudah terlihat rapi dengan stelan seragamnya, menatap pantulan dirinya pada sebuah cermin yang terpampang jelas di hadapannya.

Entahlah, rasanya pagi ini Seungmin sedikit merasa berbeda. Di mulai dari dirinya yang bangun sebelum alarm berbunyi, dan langsung bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

Hmm, sebuah kebiasaan baru yang terasa begitu aneh untuknya. Apakah ini suatu pertanda yang buruk? Semoga saja bukan.

Seungmin menghela napasnya pelan, sebelum setelahnya ia menyambar jaket juga tas miliknya, dan barulah ia beranjak pergi dari kamarnya untuk turun ke lantai bawah.

Sesampainya di lantai bawah, pemandangan pertama yang ia lihat adalah sosok pria tua menyebalkan-yang sayangnya itu adalah ayahny-nampak sudah duduk dengan manis diatas kursinya sembari sibuk bermain dengan iPad nya.

Seungmin sedikit mencibir, melihat wajah ayahnya membuat moodnya sedikit buruk.

"Loh? Ian? Tumben udah siap, padahal baru aja mamah mau ke kamar kamu buat bangunin." Ucapan seorang wanita yang sedang menyiapkan makanan dimeja makan tersebut, membuat atensi Seungmin teralih padanya.

"Gak tau, tiba-tiba aja kepengen bangun pagi." Jawab Seungmin acuh. Ia kemudian menarik kursinya sedikit untuk ia duduki.

Suara derit dari kursi itu, nampaknya membuat sosok sang kepala keluarga sedikit teralih dari iPad nya kepada sosok sang anak yang sudah duduk di seberangnya.

"Loh? Ngapain kamu?" Sepertinya pertanyaan yang dilontarkan sang kepala keluarga sedikit salah. Pasalnya pertanyaan itu mengundang kernyitan tak suka dari lawan bicaranya.

"Duduk lah, gak liat?"

"Bukan—maksudnya, tumben kamu ikut gabung disini."

"Kenapa? Papah gak suka? Yaudah, Ian gak peduli, toh Ian cuman mau sarapan doang. Anggep aja gak ada."

Sahutan dengan nada yang terkesan sarkas dan acuh itu membuat Bima menghela nafas berat. Sifat putranya yang kurang ajar itu benar-benar membuatnya sedikit frustasi.

"Tumben, biasanya pergi aja nyelonong."

Seungmin merotasikan matanya jengah. Kenapa sih dengan orang-orang rumahnya yang mendadak terheran-heran begini?

"Papah punya jam kan? Ini baru jam setengah enam pagi, sekolah juga masih sepi."

Ah ya, benar juga. Ini masih terlalu pagi untuk memulai segala aktivitas.

Bima sedikit berdehem pelan, entah kenapa ia tiba-tiba saja merasa cangung untuk sesaat. Karna, kalau boleh jujur ya, sudah lamaaaaa sekali dirinya tak satu meja makan dengan putranya ini.

Wajar bila dirinya kembali merasa canggung, terlebih mengingat hubungan keduanya pun masih kurang baik.

Seungmin sendiri masa bodo, dia tidak terlalu ambil pusing. Pemuda itu justru langsung mengambil salah satu roti isi yang tersaji di depannya. Memakan roti tersebut dengan khidmat dalam keterdiamannya.

"Ekhem!—belakangan ini, papah jarang dapet kabar kalo kamu bikin ulah disekolah," Bima berucap, menghilangkan kesunyian yang ada. "Sekarang kamu udah berubah ya."

"Bukannya itu yang papah mau?"

Bima tak menjawab, pria paruh baya itu hanya diam menatap sendu kearah Seungmin yang begitu acuh.

"Trus, soal ujian kamu gimana? Kamu udah persiapin?"

"Masih Senin nanti. Soal persiapannya, itu bukan urusan papah."

Perfect || Seungsung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang