9×3=27

378 54 11
                                    

°
°
°
°
°
°

Saat ini, Felix masih menemani Jisung diarea belakang sekolah. Setelah perdebatan mereka dengan Renjun tadi, Jisung terlihat lebih diam.

Felix paham, pasti saat ini Jisung sedang dilema, Antara lebih mempercayai temannya atau sang kekasih. Felix paham soal itu.

Saat Renjun yang marah dan pergi begitu saja di susul oleh Haechan, kini hanya menyisakan Jisung dan Felix saja berdua.

"Ra, Lo inget waktu gue cerita kalo gue denger temen-temennya Ardian ngomongin soal Lo itu?" Felix mulai membuka suara, memecah keheningan yang melanda.

"Gue inget...kenapa?"

"Kalo dipikir-pikir, menurut gue omongan Arkan ada benernya, Ra. Gue bukan maksud nyuruh Lo harus percaya sama omongan gue atau Arkan. Itu hak Lo mau lebih percaya sama siapa. Tapi—

Disini gue cuman mau ngingetin Lo, Ra. Seandainya Ardian emang gak serius sama Lo, mending Lo tinggalin dia. Daripada Lo pertahanin tapi nyakitin Lo setiap waktu, itu bakalan buang-buang tenaga sama waktu Lo aja, Ra."

Jisung hanya diam, saat ini pikiran dan hatinya terlalu kacau.

"Tapi gue percaya...Ardian gak mungkin begitu ke gue.."

"Hati manusia gak ada yang tau, Ra. Walopun dia bilang serius sama Lo di awal, kita gak tau akhirnya dia bakalan tetep tulus atau berubah. Udah jadi hal lumrah manusia selalu berubah, Ra. Dan Lo gak bisa nyangkal itu." Tutur Felix.

Jisung menggigit bibirnya, jari-jarinya ia remas pelan menandakan rasa kekhawatiran yang kini tengah menyelimutinya.

Menyadari itu, Felix langsung menggenggam tangan Jisung. Mengusapnya lembut untuk menghantarkan rasa tenang bagi sahabatnya itu.

"Buat sekarang, Lo boleh ragu. Tapi jangan sampe lo kehilangan kepercayaan sepenuhnya ke Ardian. Karna semua dugaan ini juga belum tentu bener kan, Ra?

Jujur, sebenernya gue berharap kalo itu juga gak bener. Gue harap Ardian emang tulus buat Lo, Ra."

"Gue juga berharap gitu, Lix.."

Felix tersenyum lembut menatap kearah Jisung. "Jangan terlalu di pikirin buat sekarang, kalo emang udah waktunya, semua kebenaran itu bakalan terungkap dengan sendirinya kan? Sekarang tinggal Lo aja gimana cara menyikapinya kalo itu semua bener. Dalam hubungan selalu ada konsekuensinya, mau baik atau buruk, jadi Lo harus Nerima itu."

Jisung mengangguk, sedikit menyeka air matanya yang menggenang di pelupuk matanya.

"Thanks, Lix. Gue pikir Lo bakalan ninggalin gue juga kayak Arkan."

"Mana mungkin, Lo sama gue, kita udah temenan jauh lebih lama. Gue gak mungkin bisa ninggalin Lo gitu aja, cukup waktu itu aja kita berantem, gue gak mau jauh dari Lo lagi, Ra."

"Makasih banyak, Lix...Lo yang paling tau gue gimana."

"It's oke, Ra. Lo juga yang paling tau gue gimana kan? Anggap aja ini impas."

"Trus, Arkan sama Satria gimana, Lix? Mereka marah sama gue sekarang.."

"Cuman Arkan yang mungkin marah sama Lo, tapi Satria enggak. Lo tenang aja, buat sekarang biarin Arkan ngeredam emosinya dulu, nanti kalo udah tenang kita bisa bicarin masalah ini baik-baik lagi, Lo ngerti?"

Jisung mengangguk kecil. "Iya, gue ngerti."

"Ayo, kita balik ke kelas. Bentar lagi bel masuk."

••🐿️🐶••

Kini jam sudah menunjukkan waktu dimana seharusnya kegiatan belajar mengajar sudah berakhir.

Bel pertanda akhir dari jadwal pembelajaran pun sudah berbunyi. Seluruh murid mulai bersorak senang dan berbondong-bondong keluar dari kelas mereka masing-masing.

Perfect || Seungsung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang