Sn=....41

351 47 3
                                    

PS: sorry klo ada typo, dadakan juga ngetiknya, mana rumah lagi rame banget. Huhuㅠㅠ

°
°
°
°
°
°

Tok—!
Tok—!
Tok—!

Suara ketukan pintu tersebut, sejenak mengalihkan atensi sosok pria yang tengah asik membaca sesuatu melalui Gawai nya di sebuah ruang tamu. Raut wajahnya nampak begitu serius dengan sedikit gurat lelah disana.

"Masih sibuk ngurus kerjaan, mas?"

Suara lembut dari sosok wanita cantik itu mulai menyapa pendengarannya. Dengan secangkir kopi yang ia bawa, wanita tersebut sedikit mengambil tempat di samping sosok pria tersebut.

"Bukan, tapi sedikit mantau kelakuan anak kurang ajar ini aja.."

Wanita itu nampak melirik sekilas kearah layar gawai milik suaminya itu yang tengah menampilkan sebuah foto berisikan dua lelaki yang nampak begitu bahagia.

Siapa lagi jika bukan Seungmin dan kekasihnya.

"Aku bingung sama kelakuan dia, bisa-bisanya dia pacaran sama anak ini. Apa di luaran sana gak ada wanita cantik lagi sampe dia milih buat ngejalin hubungan sesama jenis?" Perkataan tersebut terdengar sedikit sarkastik, namun wanita di sebelahnya justru menanggapi dengan senyum manis nan lembutnya.

"Itu kan keputusan dia mas, Ian udah gede, wajar aja dia punya jalan pilihannya sendiri, kan?"

"Jalan pilihannya itu maksudnya begini? Dengan pacaran sesama jenis? Apa dia gak mikir, resiko apa yang bakalan dia terima kalo ngelakuin hubungan begini? Gimana kalo semisalnya orang lain tau soal orientasi dia yang melenceng? Dia berniat mau ngehancurin harga diri aku dengan ngelakuin hubungan tercela gini?! Aku udah cukup muak sama kelakuan dia yang selalu bikin onar, tapi buat ngejalin hubungan begini-ini udah di luar batas, Rika. Aku gak bisa biarin dia begini, mau gak mau aku harus pisahin mereka-"

"Trus ngerebut kebahagian anak kamu, begitu?" Potong wanita itu dengan cepat.

"Bukan ngerebut, tapi mencoba buat bikin dia sadar sama pilihan dia yang melenceng itu."

"Yang kamu bilang mau nyadarin dia itu, bukan murni niat kamu buat bener-bener tulus ngerubah Ian, mas. Niat yang sebenernya kamu maksud itu cuman pengen ngendaliin Ian supaya Ian jadi apapun yang kamu minta. Itu bukan cara nyadarin Ian, mas. Tapi itu cara keegoisan kamu buat terus terusan mengekang Ian, kamu sadar gak soal itu?"

Nampak wajah lelaki itu mulai mengeras, dirinya sedikit tak menyukai ucapan sang istri yang seolah-olah membuat dirinya yang bersalah disini.

"Apa maksudnya kamu ngomong begitu? Apa kamu pikir, yang selama ini aku lakuin ke Ian itu karna buat ngendaliin dia?"

"Kalo bukan, terus apa mas? Apa kamu gak sadar, sikap kamu ke Ian selama ini kayak gimana? Kalau aku tanya, kapan terakhir kali Ian pernah ngelakuin sesuatu sesuai sama kemauannya sendiri?"

Pria itu nampak diam sejenak, mencoba mengingat-ingat kapan sekirannya ia pernah membiarkan sang anak melakukan sesuatu yang tanpa pernah ia suruh.

"Lihat? Kamu diem kan? Bahkan kamu aja gak inget. Bukannya udah jelas, kalau selama ini kamu udah bener-bener ngatur hidup anak kamu itu secara berlebihan, mas."

"Tapi aku ngelakuin itu jelas-jelas buat ngedidik dia. Supaya dia bisa jadi anak yang berguna-"

"Anak yang berguna buat kepentingan pribadi kamu, begitu?" Lagi-lagi sang Istri kembali menyela ucapan Sang suami. "Aku tau, semua orang tua pasti berharap kelak anaknya bisa tumbuh jadi anak yang berguna, tapi mereka gak sampai bener-bener ngatur segala pilihan sama aturan hidup anaknya, mas. Mereka tau, yang mereka didik itu anak mereka, darah daging mereka, bukan selayaknya boneka seperti yang kamu lakuin ke, Ian mas.

Perfect || Seungsung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang