28. Teman bak saudara

520 124 16
                                    

Seorang gadis kecil kini berlari dari ujung pintu rumah.

"Ka Soni ... " teriaknya begitu riang.

Dua pria yang kini baru saja sampai pun tersenyum melihat Gadis cantik itu begitu ceria.

"Bang Fiki gak di sapa nih?" Ujar Fiki sambil menuruni motor nya.

"Gak mau! Bang Piki jelek!!"

"Yehhh bocil!!" Ujar Fiki sambil mengusak rambut Gina dengan kesal.

"Ihhh ... " rengek Gina sambil melepas tangan besar kaka nya.

Zweitson hanya terkekeh, "Peluk gak?"

Tentu Gina dengan begitu antusiasnya merengkuh tubuh Zweitson yang sudah berlutut untuk menyamai tinggi dengan gadis itu.

"Uhhh sayang ... banget sama Gina," ujar Zweison sambil mendekap erat adik dari sahabat nya itu.

"Gina juga," jawab gadis itu.

Zweitson tersenyum dalam dekapan gadis itu.

Hangat.

Yah ... dari dulu ia ingin mendapat kehangatan ini. Hangat nya pelukan seorang saudara.

"Ka Soni ... " teriakan anak laki-laki berusia 9 tahun terdengar juga dari ambang pintu.

Kini anak itu pun sudah berlari menghampiri kedua insan yang tengah asyik berpelukan.

"Amii ... " ujar Zweitson merentangkan kembali tangan kanan nya, sedang tangan kiri nya masih mendekap Gina.

Yah ... ini adalah alasan Zweitson suka berkunjung ke rumah Fiki. Karena kedua adik dari sahabat nya ini adalah sumber kehangatan yang tak pernah Zweitson miliki.

"Ini gue yang kakak nya, kenapa Zweitson yang di peluk sih?" keluh Fiki dengan muka gemoy nya.

"Ka Soni baik, gak kaya bang Piki!!"

Fiki hanya dapat mendengus saat mendengar ujaran Gina barusan. Sedangkan Zweitson sudah terbahak.

Gina memang tak pernah akur jika dengan Fiki.

Zweitson termenung sejenak, ia cukup sadar bahwa tak akan selama nya ia dapat tetap memeluk kedua saudara dari sahabat nya itu, karena pada hakikatnya tentu mereka akan lebih menyayangi Fiki dari pada diri nya.

"Liat deh ka Soni bawa apa?" Zweitson memperlihatkan tentengan nya pada Gina.

"Icecream?"

Zweitson menggangguk dengan bahagia, "Bagi sama bang Ami juga yah."

"Wah ... makasih ka Soni baik, muach."

Zweitson terpaku.

Kini tangan nya mengelus pipi kanan nya yang masih terasa lembab bekas kecupan Gina tadi.

Ini adalah kecupan sayang yang pertama kali Zweitson dapat dari seorang adik.

Dan ia baru tahu jika rasa nya akan se bahagia ini.

Suatu Hari Nanti || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang