50. kebencian

434 112 48
                                    

Farhan sudah siap dengan seragam sekolah nya. Ia bergegas menuruni tangga untuk sarapan.

"Pagi Mami cantik, " sapa Farhan sambil memeluk Mami nya yang masih berkutat di depan kompor.

"Pagi pangeran ganteng nya Mami, " balas Mami seraya mengecup kening Farhan.

Kini Farhan beralih menyapa Sinta, "Pagi juga ka Sinta jelek!!" ledek nya sambil duduk di samping Sinta.

Sinta tersenyum paksa ke arah Farhan, "Pagi juga adek jelek!!" ledek nya sambil terkekeh.

"ABANG!!" sargah Farhan Kesal.

Sinta malah terkekeh.

"Huh … gaya nya minta di panggil abang, tiap pagi ajah masih teriak Mami buat beresin pelajaran!"

"Yehhh suka-suka!"

"Dasar manja!"

"Biarin!"

"Huhu … Farhan adek manja." ledek Sinta.

"Kaka!!!" Farhan sudah kesal.

Sinta masih tak perduli, ia malah makin gencar meledek adik nya, "Manja manja … huuuu Farhan maja."

"Ihhh Mami … liat ka Sinta ngeledek mulu!!" adu Farhan sambil menghentak-hentak kan kaki nya ke lantai.

"Huuu pengaduuu!"

"Biarin wlee," balas Farhan menjulurkan lidh nya.

"Ngaku udah gede masih suka ngadu! Huuu."

"Mami … ka Sinta gak mau diem tuh!!"

Sinta semakin terkekeh, memang sangat lucu mengganggu adik bungsu nya itu yang sangat manja.

"Udah … kalian tuh sama ajah, sama-sama suka ngeledek! Giliran di ledek balik gak terima."

"Tau huuu … " sorak Sinta pada Farhan.

"Kenapa jadi abang? Kaka yang duluan!!"

"Enak ajah. Kamu duluan yang bilang kaka jelek!!"

"Emang kaka jelek!! Mau apa? Wleekk."

Sinta menatap sinis Farhan, bahkan ia sudah mengangkat sendok. Jika saja dalam beberapa detik ini ia lupa kalau Farhan adalah adik nya, dapat di pastikan kalau sendok besi itu sudah melayang ke arah kepala Farhan.

Sudah biasa jika suasana seperti ini terjadi. Bukan hanya pagi, tapi di se tiap kali mereka bertemu pasti saja ada permasalahan yang membuat kedua nya berdebat.

"Apa?!" Farhan menantang kaka nya.

Sinta masih dengan tatapan yang sama, ia sama sekali tak memutus pandangan sinis nya itu. Bahkan kini Sinta semakin melotot sampai suara bell rumah terdengar membuat perhatian mereka bertiga tersorot habis ke arah sana.

"Pagi-pagi gini siapa yang bertamu Mi?" tanya Farhan mengalihkan pandangan nya.

Mami menggedikkan bahu nya, "Mami juga kurang tau."

"Biar Sinta ajah yang buka." Sinta menawarkan diri.

"Gak usah!" larang Farhan saat Sinta sudah mulai berdiri.

"Biar abang ajah."

Sinta kembali terduduk, "Yaudah terserah."

Farhan kini sudah sampai di depan pintu, ia sangat penasaran, siapa yang berani bertamu di pagi-pagi buta seperti ini.

Sebelum ia membuka pintu utama itu, ia mencoba mengintip lewat jendela. Memastikan jika yang datang bukanlah pria yang ada dalam pikiran nya.

Ia menyibak sedikit kain hordeng rumah nya.

Suatu Hari Nanti || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang