31. tempat pelarian

535 124 59
                                    

Fenly merengkuh tubuh nya sendiri yang mulai menggigil, terduduk di sebuah kursi kayu di temani deras nya hujan malam ini.

Air mata nya meluruh bersama dengan ribuan titik hujan yang menghantam wajah tampan nya yang kian memucat.

"Maafin Oven Mah ... " lirih nya dengan nafas yang sudah tersenggal senggal.

Hampir setengah jam sudah ia berteman dengan dinginnya malam yang di hias hujan sambil menangis sejadi jadi nya di sini.

Meluapkan semua emosi yang sudah bertahun tahun coba ia tahan sendiri.

Sesekali giginya saling berhentakkan, tanda bahwa ia sudah kedinginan. Fenly mulai memijat kepala nya yang sudah terasa sedikit pusing.

Ia bingung harus kemana, ia sama sekali tak memiliki siapapun saat ini.

Entah ia akan jadi apa malam ini? Pikiran nya buntu seketika, sampai wajah seseorang muncul secara tiba-tiba dalam pikiran nya.

Seperti menemukan secercah harapan, senyum Fenly kini terukir.

Yah ... sepertinya hanya dia satu-satu nya orang yang dapat menolong Fenly saat ini.

Kini Fenly beranjak dari tempat nya, menyeret kopernya menuju tempat yang kini ada di pikiran nya.

*****

"Lo tetep mau balik Ji?" Tanya Shandy dari arah belakang.

Aji yang sejak tadi masih terfokus pada titikan hujan di luar sana kini menengok.

"Gue balik ajah deh bang ... besok kan gue juga harus sekolah. Gak akan sempet kalo gue ke kosan dulu sebelum berangkat buat ganti jadwal mapel."

Shandy memang tak pernah tau bagai mana bingung nya menjadi Aji yang selalu teratur.

Bahkan Shandy tak pernah membawa apapun saat pergi ke sekolah, hanya sebuah tas yang kosong berisikan angin.

Yah ... entah Shandy ini terlalu cerdas atau sebalik nya, tapi ia punya cara tersendiri agar ia tidak tersiksa dengan jadwal pelajaran yang setiap hari harus ia ganti.

Kalian mau tau bagaimana caranya?

Semua buku pelajaran Shandy taruh di laci meja nya.

Sangat cerdas bukan?

"Yaelah Ji ... timbang jadwal mapel doang! Harus banget di pikirin?"

"Yehhh harus lah bang!! Kalo sampe buku nya gak kebawa, gue mau belajar apa? Belum lagi kalo guru yang punya mapel nya marah, abis deh gue di cap nakal!! Udah cukup sekali ajah yah gue di cap nakal gara-gara ngikut lo bolos."

Shandy mendengus, "Masih ajah lu bahas itu Maulana! Itu kan salah lu sendiri yang mau ngikut!"

"Heheh iyah ... iyah ... lagian gue kan gak bilang gue nyalahin lo bang!"

Shandy memalingkan wajah nya kesal.

"Ji ... " panggil Kayla yang kini tengah berjalan ke arah keduanya.

"Iyah?" Aji tentunya menjawab dengan mata yang berbinar.

"Nih ... " Kayla menyodorkan sesuatu.

"Apaan tuh?" Bukan Aji yang bertanya, melainkan Shandy.

Suatu Hari Nanti || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang