24. Fenly

593 117 23
                                    

Fenly masih mematung, terpaku tepat di halaman depan rumahnya.

Ia baru saja pulang dengan di antar oleh Shandy.

Yah ... sehabis jogging tadi pagi ia memang tak langsung pulang ke rumah, melainkan bermain terlebih dahulu bersama teman-teman nya.

"Fen ... ko malah ngelamun, kita gak nyasar kan?" Tanya Shandy dengan heran.

Fenly mencoba menetralkan kembali wajah nya, "Engga ko bang ... ini bener rumah gue."

"Lah, terus kenapa lu malah diem di situ?" Tanya Shandy sambil melepas helm nya lalu turun, "Yuk masuk!" Lanjutnya lagi dengan melangkah yakin.

Fenly sedikit gelagapan lalu dengan reflek ia menarik lengan Shandy yang membuat pria itu keheranan.

"Bang ... mendingan lo langsung balik sekarang yah, thanks karena lo udh mau ajak gue buat main sama anak-anak dan nganterin gue sampe rumah."

"Lah ... gue di usir nih? Gak ada masuk dulu terus di sediain minum atau makan gitu?"

"Em ... lain kali yah bang, sekarang mending lo balik dulu ajah."

"Lah ... napa sih ni bocah?" Shandy tak terima dengan dorongan halus Fenly yang menyuruhnya cepat pulang.

Shandy tidak mengerti dengan perubahan raut Fenly saat ini.

"Sorry yah Bang," sungguh Fenly merasa tidak enak sebenarnya kepada Shandy.

"Yaudah gue balik."

Dengan sedikit kesal, Shandy menaiki lagi vespa nya dan pergi meninggalkan Fenly yang kembali mematung.

Kni Fenly menarik nafas beratnya. Mendapati sebuah mobil yang Fenly tau betul itu milik papah nya membuat ia kikuk sendiri.

Apakah papah nya sudah pulang?

Ahh ... pasti ia akan habis hari ini, pulang sore di hari week end seperti ini.

Fenly melangkah menuju pintu utama, ia memejamkan matanya sebentar memberanikan diri untuk masuk.

Ceklek.

Saat ia melewati ruang tamu hingga dapur ia masih belum melihat sosok sang Ayah.

Ia sedikit lega, mungkin Ayahnya masih beristirahat. Setidaknya, ia bisa lolos dari amarah papah nya untuk saat ini.

Ia menaki tangga dengan langkah yang hati-hati, mewanti-wanti jika saja Ayah nya mucul dari sembarang arah.

Setibanya di depan pintu kamar, ia langsung membuka pintu dengan senyum lega, sampai satu tatapan mampu mengubah ekspresi wajah Fenly menjadi terkejut.

"Abis dari mana jam segini baru pulang?" Intrupsi dari papahnya mampu membuat Fenly diam.

Yah, karena ini adalah kali pertamanya Fenly pergi dari rumah di tambah lagi pulang sore.

"Pulang sama siapa tadi?"

"Kenapa gak mau di jemput sama pak Ardan?"

Fenly hanya membisu.

Sebenarnya memang tadi pak Ardan menghubungi Fenly, menanyakan apakah diri nya perlu di jemput atau tidak, tapi Fenly dengan yakin nya lebih memilih pulang bersama Shandy.

Mamah Fenly kini mendekat lalu merengkuh lembut pundak Fenly, mencoba menguatkanya.

"Pah ... biarin Oven istirahat dulu, pasti capek baru pulang."

Fenly hanya menunduk, ingin menjawab tapi ia ragu.

"Papah cuma tanya mah ... apa susah nya jawab?"

Suatu Hari Nanti || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang