34. Interograsi

523 132 56
                                    

Shandy kini sudah terduduk dengan mata yang menatap lekat lawan bicara nya di depan.

Sedangkan pria di depan Shandy saat ini hanya dapat diam tak bergeming, bahkan ia menunduk karena takut akan tatapan penuh tanya dari Shandy.

"Lo masih gak mau cerita sama gue?" Suara Shandy membuka keheningan di ruangan ini.

"Gu-gue bingung harus cerita dari mana bang."

Shandy mengerti, mungkin ada rasa takut dan tidak enak hati saat pria itu harus menceritakan masalah pribadi nya. Terlebih mereka baru mengenal dalam jangka waktu sekitar seminggu saja.

Tapi jujur, Shandy sudah menganggap pria di depan nya ini sama seperti sahabat-sahabat nya yang lain. Tak ada yang berbeda.

"Lo kabur dari rumah?" Shandy memberikan pertanyaan.

Tak ada jawaban.

"Fen," panggil Shandy lagi.

Yah, pria yang sejak tadi di ajak Shandy bicara adalah Fenly.

"Lo sebenernya ada masalah apa sih?"

Fenly kini sedikit mendongak, "Gue di usir bang. Papah gak mau lagi anggap gue sebagai anak nya."

Shandy terkejut, "Lo ngelakuin kesalahan apa?"

Fenly lagi-lagi menunduk, "Gue belain lo di depan dia," lirih Fenly hampir tak terdengar.

"Gimana?"

Shandy bukan nya tak mendengar, ia hanya memastikan jika apa yang tadi ia dengar adalah kebenaran.

"Dia jelek-jelekin lo di depan Mamah dan gue! Dia ngelarang gue buat berteman sama kalian!" Sargah Fenly penuh penekanan.

"Gue cape bang! Gue cape jadi Fenly yang sendirian, yang gak punya temen, yang setiap hari tugas nya belajar, buku, baca, itu ajah terus."

"Gue cuma pengen kaya kalian, gue mau bisa punya banyak temen, bisa ketawa bareng, main bareng."

Tatapan penuh nanar Fenly kini menatap lekat Shandy, "Dan Papah gak pernah mau tau itu!"

"Yang dia mau tau, gue harus jadi anak kebanggaan nya yang memperoleh nila sempurna buat wujudin cita-cita dia yang gak pernah terwujud."

"Gue bukan boneka yang bisa terus terusan dia atur bang!"

"Gue juga bukan robot yang bisa terus terusan nurut apa yang dia mau!"

"Gue bukan tuhan yang bisa selalu kasih apa yang dia mau!"

"Gue manusia biasa bang ... salah kalo gue egois untuk kali ini ajah?"

Lagi-lagi air mata Fenly lolos begitu saja.

Dengan cepat Fenly menepis air mata nya itu, ia kelepasan. Bagaimana bisa ia bicara seperti itu di hadapan Shandy.

"Sorry bang ... " sesal Fenly.

Suasana menghening.

Shandy tidak menyangka jika masalah yang Fenly hadapi lebih besar dari apa yang ia sangka.

Shandy tentunya sungguh mengerti apa yang Fenly hadapi saat ini, tapi ia juga tak dapat membenarkan apa yang Fenly lakukan.

Suatu Hari Nanti || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang