72. pamit

482 114 35
                                    

Kayla termenung di depan pintu ruangan tempat Aji di rawat.

Kondisi Aji saat ini sudah kembali stabil, setelah melewati masa kritis nya semalam.

Kayla teramat bersyukur mendengar hal itu. Ia sungguh tak akan memaafkan diri nya sendiri jika saja sampai terjadi sesuatu pada Aji.

Kini ia melangkah dengan ragu memasuki ruangan yang sudah di penuhi teman-teman Aji saat ini.

"Kay … " panggil Aji dengan lemah.

Kayla tersenyum ke arah pria itu.

"Ngapain lagi kamu ke sini? Mau bikin masalah lagi?" kali ini Shandy yang bertanya.

Kayla tak memberi tanggapan, ia hanya menatap abang nya tanpa ekspresi. Saat ini, rasa nya ia tak lagi melihat abang nya pada diri Shandy.

"Shan … lo kenapa sih? Biarin ajah kali Kayla mau nengok Aji," ujar Gilang membela Kayla.

Shandy memalingkan wajah nya.

"Kay punya hak untuk nengok Aji kan bang?" tanya Kayla dengan lirih.

"Hak apa? Sebagai pacar pura-pura nya?!"

"Bang!" Aji sungguh tak terima Shandy mengatakan hal demikian.

Tentu semua nya terkejut dengan ucapan Shandy.

"Apa?! Lo juga!! Masih mau jadi orang bego dan ngebucin sama dia?!"

Sesak!!

Itu yang Kayla rasakan saat abang nya menunjuk dirinya dengan benci, bahkan air mata nya kini sudah melucur bebas menuruni pipinya.

Seburuk itu kah diri nya di mata Shandy saat ini?

"Lo gak sadar apa Ji? Dia selalu bikin lo susah!! Dia juga selalu manfaatin lo!! Dan jangan lupa, lo kaya gini juga karena dia!!"

"Bang … gak semua nya itu salah Kayla ko," bela Fenly.

"Lo juga?" tanya Shandy tak percaya.

Entah mengapa saat ini ia teramat benci pada adik nya itu.

"Shan, udahlah. Ini rumah sakit, gak usah pake ribut bisa kan?!" lerai Farhan.

"Iyah bang … gak enak juga di dengernya." Zweitson ikut berkomentar.

"Lo semua gak tau apa apa!! Karena itu lo semua belain dia!!"

"Shandy cukup!!"

Shandy terpaku saat suara seorang gadis yang terasa sangat tak asing menyapa indra pendengaran nya.

Dengan cepat ia berbalik ke arah pintu masuk.

Bukan hanya Shandy, tapi semua yang ada di sana pun ikut terkejut dengan pemandangan yang saat ini mereka lihat.

"Nindy," lirih Shandy.

Tanpa menghiraukan tatapan bingung semua orang saat ini, Nindy menarik lengan Shandy untuk membawa nya keluar dari tempat ini.

Ricky dan juga Mirra yang kini masih mematung di ambang pintu mulai masuk.

"Makasih banyak yah ka Mirra, bang Rick." Kayla berterima kasih.

"Iyah … sama-sama Kay," jawab Ricky.

Mirra pun mengelus pundak Kayla untuk pengganti jawaban.

"Yang tadi itu siapa?" tanya Fiki keheranan.

Aji menatap Kayla, ia heran karena Kayla tidak sama sekali terkejut.

Yah … Kayla sempat meminta tolong pada Mirra agar membawa Nindy kemari saat ia tau jika Mirra dan Nindy satu sekolah.

Suatu Hari Nanti || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang