62. di tinggal

447 112 16
                                    

Keberadaan Fiki tentu masih menjadi misteri bagi Zweitson. Bagaimana tidak, seluruh akun media sosial nya seketika tak aktif. Terhitung sejak kemarin sore.

Padahal biasanya, semua kegiatan Fiki selalu ia ekspose di media sosial nya setiap satu jam sekali bahkan lebih cepat dari itu.

"Ji … gue bener-bener khawatir deh sama Fiki, sampe sekarang dia masih belum bisa di hubungi loh!" adu nya pada Aji.

Zweitson tau dari wajah Aji jika pria itu sedang tidak baik-baik saja, tapi masalah teman gemoy nya pun perlu ia bicarakan saat ini bersama Aji.

"Terus gue harus ngapain Son?" tanya Aji begitu datar.

"Ya ngapain kek Ji." Zweitson kebingungan.

Aji melengos, ia sedang tak ingin berdebat saat ini. Sudah cukup lelah ia bergulat dengan hatinya sendiri.

Kini Aji juga mulai membuka ponsel nya.

"Ihhh Aji … gue lagi ajak ngobrol juga lo malah main hp!!"

Aji menatap Zweitson jengah, "Lo mau gue bertindak kan tadi? Ya ini gue lagi usaha buat nelfon dia! Bisa diem dulu gak sih!"

Zweitson menciut, ia rasa Aji saat ini begitu galak. Mungkin keseringan bersama Kayla membuat nya tertular sifat galak. Bahkan Zweitson sendiri baru tau jika galak itu menular.

Aji menatap Zweitson lagi, "Gak di angkat."

"Kalopun di angkat udah dari tadi gue ngobrol sama dia kali ji, gue juga gak akan ribut." Zweitson menjawab sambil melengos.

"Terus kenapa lo gak bilang?"

"Ihhh lo kenapa sih Ji hari ini marah-marah terus? Gue ngeri nih liat nya! Mana si Fiki gak ada."

Aji tak menjawab, ia sudah benar-benar lelah dengan semua nya.

Aji kini sudah mengedarkan pandangan nya ke arah luar kelas, terpaku pada pintu kelas yang kini sudah menampakan keberadaan seorang gadis di sana.

Lagi-lagi Aji mengalihkan pandangan nya, tak ada kah titik sudut dalam ruangan ini yang dapat ia jadikan tempat ternyaman untuk di tatap?

"Kay … ada perlu sama Aji yah?" Zweitson bertanya dengan ramah.

Kayla mengangguk di iringi senyum canggung nya.

Zweitson memandang Aji sebentar lalu kembali berujar, "Ati-ati Kay … Aji lagi mode galak sekarang. Dari tadi pagi bawaan nya emosi mulu."

Aji yang mendengar ucapan Zweitson kini dengan cepat bangkit, membuat ke empat pasang mata yang berada di sana terfokus penuh pada nya.

"Eh mau kemana?" tanya Zweitson.

"Kemanapun yang bikin gue tenang," jawab Aji cepat.

Kini langkah Aji sudah mulai melaju sampai tangan Kayla berhasil menahan lengan Aji.

"Ji … " panggil Kayla dengan lirih.

Aji hanya terdiam, tak menepis tangan lembut milik Kayla itu, tapi ia juga enggan untuk menengok menatap wajah gadis itu.

"Aku butuh Ngomong sama kamu."

Aji berbalik, melepas dengan lembut genggaman tangan Kayla.

"Mau minta maaf?" tanya Aji begitu datar.

Kayla tersentak sejenak lalu mengangguk dengan canggung.

"Gak perlu Kay … lo gak salah, gue yang salah."

Kayla terkejut, sungguh terkejut.

Cara Aji berbicara pada nya sungguh terdengar berbeda.

"Engga Ji … aku tau aku salah, tolong dengerin semua penjelasan aku dulu yah, ini cuma salah paham."

Suatu Hari Nanti || UN1TY [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang