𝖐 𝖎 𝖑 𝖑 𝖊 𝖗 11

776 86 77
                                    

" Argh! " jerit Zayn apabila terasa tangannya seperti ditikam dengan sesuatu.

" Hehe. " sengih Izham lalu menekan pisau tersebut dengan tikaman yang lebih dalam.

" Argh! sakit lah sial! " marah Zayn.

" Shhh... sikit je lagi okay? " sinis Izham berkata sambil mengusap kepala Zayn.

" Sian dia. Sakit ke? Ala, bukannya sakit sangat pun. Sabar ya. " kata Izham lagi.

" Okay I'm done! " kata Izham lalu memicit pula tempat tikaman itu.

" Arghhh! " teriak Zayn lebih kuat.

" Okay. Thanks brother. " kata Izham lalu menghirup cecair berwarna merah yang ada di dalam gelas kaca tersebut.

Darah.

" Shit Iskandar. Sakit lah! Kau dah kenapa? " tengking Zayn.

" Hmm... sedap... kau darah apa? " tanya Izham.

" K-kau nak tahu kenapa? " soal Zayn lalu perlahan-lahan dia mengesot ke dinding.

Sah! Iskandar memang cari nahas!

" Just asking duh. Sekarang ni aku tanya, kau darah apa? " tanya Izham lagi.

" K-kau tak perlu tahu Iskandar. Kau tak perlu tahu! " jerit Zayn.

" Jangan risau. Dalam rumah ni, ada kita berdua je. Opsss! Lupa, kita bertiga je. Tapi tulah, orang ketiga tu dah... " kata Izham lalu menggantungkan ayatnya.

" Ap-apa maksud kau? " bergetar hebat mulut Zayn.

" Hehe. Tak tahu. " ketawa Izham lalu menghirup lagi sirap dalam gelas tersebut.

" K-kau! " jerit Zayn lalu bangkit dari duduknya untuk melihat keadaan luar.

" Rayyan! " jerit Zayn.

" Apa yang kau buat ni Iskandar! Rayyan! Bangun Rayyan! Bangun! " jerit Zayn lalu menepuk-nepuk pipi Rayyan.

" Darah dia tu sikit sangat. Aku perlukan banyak. Sebab itulah kau jadi mangsa aku. Hehe. " sinis Izham berkata sambil mengukirkan senyuman sinisnya.

" Z-zayn... " panggil Rayyan yang sedang nyawa-nyawa ikan.

" Weh Rayyan! Bangun Rayyan! Bangun! Jangan tinggalkan aku! " jerit Zayn lagi.

" A-aku m-minta maaf- argh- a-aku ha-harap k-kau t-tak l-u- uhuk uhuk- t-tak lup-lupakan ak-aku.... h-halal-kan seg-segala ma-makan m-minum ak-aku... " kata Rayyan yang sedang bertarung dengan nyawanya.

" No Rayyan! Bangun! Sedarkan diri kau! Jangan mudah mengalah Rayyan! Jangan tinggalkan aku Rayyan! " jerit Zayn lagi. Air mata yang sudah mengalir dipipinya itu dihiraukan.

Manakala Izham hanya melihat mereka berdua dengan riak wajah yang kosong.

Oh, pembetulan. Iskandar, bukan Izham.

" RAYYAN! BANGUN RAYYAN! TOLONG BANGUN! " jerit Zayn lagi.

" K-kirim s-salam aku d-dekat J-jack... A-aku s-sayang k-korang arghh- s-semua.... j-jan-jangan m-mar-marah I-z-Izham argh- " kata Rayyan lagi.

" S-sela-mat t-tingg-al... " dengan tiba-tiba mata Rayyan tertutup. Lantas Zayn memeriksa denyutan nadinya.

Kosong.

" RAYYANNN!!!! " jerit Zayn sepenuh hatinya.

" Ray-Rayyan? "

" K-KAU! " jerkah Zayn lalu menolak tubuh Izham ke dinding.

" K-KAU PENYEBAB RAYYAN MATI! KAU TAHU TAK KAU BUNUH DIA! KAU! " jerkah Zayn lalu menumbuk pipi kanan Izham.

" Argh- ak-aku ta-tak salah. " kata Izham dengan tangisan yang perlahan.

Killer [ C ]Where stories live. Discover now