" IZHAM! " jerit Zayn yang baru sahaja tiba di ruang dapur tu.
Terus dia berlari ke arah Izham dan memeluk tubuh sasa Izham.
" LEPASKAN AKU LAH! TEPI LAH ZAYN! " jerit Izham meronta-ronta minta dilepaskan seperti orang gila.
" WEH BAWAK MENGUCAP! KAU KENAPA NI IZHAM! GILA KE?! "
Tubuh Zayn ditolak dengan kuat hingga dia tersandar di dinding.
" HAAH AKU DAH GILA! KENAPA?! ADA MASALAH KE?! " jerkah Izham lalu pisau itu dihalakan semula ke lehernya.
" Izham... Mari sini. J-jangan buat gila! Cukup lah Rayyan je mati. A-aku taknak kau mati pulak... Mari Izham. " lembut nada yang digunakan oleh Zayn.
" PERGI MAMPUSLAH! ARGHH! P-PERGI! " jerit Izham lalu menghala pisau itu ke arah depannya seolah-olah seperti hendak menyuruh seseorang pergi. Bukan arah Zayn tapi tempat lain.
Zayn memandangnya pelik.
" Adik... kau sayang aku kan? "
" PERGI! " tengking Izham.
" Tamau lah begini. Jom main sama-sama! Aku jadi polis, kau jadi pencuri! "
" ARGH PERGI LAH SIAL! "
" Izham Iskandar! Kau ada masalah hidup apa sekarang ni?! "
" Kalau kau rasa kau sayang aku, tinggalkan semua ni. "
" Kau... "
Kenangan lampau kembali menghantui hidupnya.
" Mati Izham! Takde siapa ambil tahu tentang kau! "
" Kalau kau mati, kau tenang. "
" PERGI LAH! AKU KATA PERGI, PERGI LAH! JANGAN KACAU AKU LAH BODOH! "
" IZHAM! LETAK PISAU TU! TAJAM TU WOI! BAHAYA! " marah Zayn apabila Izham datang ke arahnya.
" Choose. You or me? " sinis Izham berkata.
" Iskandar... "
Ya. Sekarang ni, Iskandar yang ambil alih tubuh Izham.
" Pilih cepat. Kau atau aku yang perlu tinggalkan dunia ni? " sungguh sarkastik dia bertanya.
Kenapa Zayn perlu dijadikan mangsa juga sedangkan mental kau yang diserang?
Kau yang perlu mati. Bukan Zayn.
" Dengar kata aku Iskandar. Letak pisau tu! " tengking Zayn.
" TAKNAK! " tengking dia kembali.
" Shit. " carut Zayn lalu berlari ke biliknya.
" KAU NAK KE MANA ZAYN! JANGAN INGAT YANG KAU BOLEH LARI DARI AKU! " jerit Iskandar dengan kuat.
" Kau patut mati. Bukan budak tu. "
" PERGILAH! "
Lalu dia membuka langkahnya untuk ke bilik Zayn. Pintu bilik Zayn dipulas, tiada orang.
" Aku tahu, kau mesti nak main nyorok-nyorok kan Zayn? " kata Iskandar sinis.
" Baiklah! Mari kita main nyorok-nyorok! Aku kira sampai sepuluh je ye. Lepastu, aku cari kau! " lalu menyandarkan badannya ke dinding dan menutup matanya.
" Satu... "
" Dua... "
" Tiga... "
..................
" Sembilan... "
" Sepuluh! Yey! Jom kita cari! " sengih Iskandar. Pisau yang dipegangnya tadi masih lagi kekal di genggamannya. Tangannya telahpun berdarah kerana dia secara tidak sengaja tertusuk dengan pisau.
" Zayn... Where are you? " soal Iskandar lalu menghamburkan tawanya.
" Mari kita menyanyi. " berhenti Iskandar lalu tangannya dibawa ke dagu. " Mahu nyanyi lagu apa ya? "
" Aku tahu! "
" Nenek nenek si bongkok tiga. Siang malam asyik berjaga. Mencari cucu di mana ada... "
" Kalau dijumpa cucu itu, akan nenek bunuhnya... " nyanyi Iskandar lalu menepuk-nepuk tangannya.
" Halah! Zayn! Mana kau! Aku tak sabar nak rasa darah kau yang sedap tu! "
Pisau itu dibawa ke tangannya lalu ditoreh-toreh sedikit. Lalu ditusuknya dengan dalam.
Dengan tiba-tiba dia mengerang kesakitan. Kepalanya terasa berpinar-pinar. Lalu tubuh badannya jatuh ke lantai.
" Fuh. Nak nenek nenek sangat. Kan dah pengsan. " rengus perlahan Zayn.
Dravin disebelahnya hanya ketawa.
" Dia ni mental ke macam mana? " tanya Dravin.
" Tah lah. Dia ada split personality je masalahnya. "
" Apa tu? " soal Dravin. Dia pernah je dengar cuma, tak tahu apa benda.
" Kecelaruan identiti. " jelas Zayn.
" Dah, sekarang ni. Mayat dia ni- eh silap. Jasad dia ni, bawak je letak dalam bilik. Lepastu, ikat kaki dengan tangan dia. Sebabnya, tak tentu juga yang Izhan boleh ambil alih badan ni semula lepas ni. " ujar Zayn.
Dravin menganggukkan kepalanya.
Setelah mereka meletakkan tubuh Izham dibiliknya, mereka kembali ke ruang tamu.
" Tak sangka Izham berat. " perli Zayn lalu merenggangkan otot badannya.
" Apa yang jadi? Kau terangkan lah. " gesa Dravin.
" Tulah kau. Siapa suruh pergi. Kan tak tahu apa-apa. " sinis Zayn berkata.
" Kejap. Kau kata Izham ada split personality kan? " tanya Dravin.
Zayn menganggukkan kepalanya. " Haah. Kenapa? "
Terus dahi Dravin berkerut seperti memikirkan sesuatu.
" Split personality? " bisik Dravin seorang diri.
" Identiti satu dia lagi apa? "
" Iskandar. Personaliti dia, seorang yang obses dengan darah sampai sanggup cederakan orang sekeliling dia dan diri dia sendiri. Arwah Rayyan pun kena macam tu. " jelas Zayn lalu mengeluh.
" Walaupun hakikatnya tidak. " gumam Zayn perlahan.
" Iskandar? " soal Dravin kembali.
" Haah. Kenapa? "
" Iskandar! Kau tinggalkan badan dia sekarang! "
" Taknak! Aku kata taknak! "
" Izham... "
" Ian... "
" WOI! " jerit Zayn menyentakkan Dravin daripada lamuanannya.
Serta-merta memori mereka suatu kala dulu diputarkan kembali.
" Sejak bila Izham ada tatu? " soal Dravin. Tadi dia terperasan tatu yang ada dekat badan Izham.
" Tulah. Aku pun tak tahu. Aku tanya dia tapi dia tak jawab. " terang Zayn.
" KAU TAHU BENDA TU HARAM, YANG BUAT JUGAK KENAPA?! "
" Tak perlu sibuk. Hal kau, kau jaga sendiri. Hal aku, aku jaga sendiri. "
" Vin... " lirih suara dia memanggil.
" Aku faham perasan kau. Tenang kan diri kau dulu. "
" Dia, dia dah berubah... tolong aku... " air matanya bertakung.
" Aku sayang dia Vin. Dia je dunia aku dari dulu. Tapi kenapa? " rintihnya.
⚠︎⚠︎⚠︎
Jangan lupa vote and comment.
10 comment , double update.
YOU ARE READING
Killer [ C ]
Mystery / ThrillerPembunuhan yang berlaku tanpa meninggalkan sebarang bukti dan motif yang kukuh. Dilakukan dengan cara yang sangat profesional. Pembunuhan yang kejam. Sehinggakan saksi yang nampak setiap pembunuhan itu pun dibunuh sekali. ' Iskandar? " " Bila masa a...