𝖐 𝖎 𝖑 𝖑 𝖊 𝖗 33

476 52 24
                                    

" IZHAM! " jerit Zayn yang baru sahaja tiba di ruang dapur tu.

Terus dia berlari ke arah Izham dan memeluk tubuh sasa Izham.

" LEPASKAN AKU LAH! TEPI LAH ZAYN! " jerit Izham meronta-ronta minta dilepaskan seperti orang gila.

" WEH BAWAK MENGUCAP! KAU KENAPA NI IZHAM! GILA KE?! "

Tubuh Zayn ditolak dengan kuat hingga dia tersandar di dinding.

" HAAH AKU DAH GILA! KENAPA?! ADA MASALAH KE?! " jerkah Izham lalu pisau itu dihalakan semula ke lehernya.

" Izham... Mari sini. J-jangan buat gila! Cukup lah Rayyan je mati. A-aku taknak kau mati pulak... Mari Izham. " lembut nada yang digunakan oleh Zayn.

" PERGI MAMPUSLAH! ARGHH! P-PERGI! " jerit Izham lalu menghala pisau itu ke arah depannya seolah-olah seperti hendak menyuruh seseorang pergi. Bukan arah Zayn tapi tempat lain.

Zayn memandangnya pelik.

" Adik... kau sayang aku kan? "

" PERGI! " tengking Izham.

" Tamau lah begini. Jom main sama-sama! Aku jadi polis, kau jadi pencuri! "

" ARGH PERGI LAH SIAL! "

" Izham Iskandar! Kau ada masalah hidup apa sekarang ni?! "

" Kalau kau rasa kau sayang aku, tinggalkan semua ni. "

" Kau... "

Kenangan lampau kembali menghantui hidupnya.

" Mati Izham! Takde siapa ambil tahu tentang kau! "

" Kalau kau mati, kau tenang. "

" PERGI LAH! AKU KATA PERGI, PERGI LAH! JANGAN KACAU AKU LAH BODOH! "

" IZHAM! LETAK PISAU TU! TAJAM TU WOI! BAHAYA! " marah Zayn apabila Izham datang ke arahnya.

" Choose. You or me? " sinis Izham berkata.

" Iskandar... "

Ya. Sekarang ni, Iskandar yang ambil alih tubuh Izham.

" Pilih cepat. Kau atau aku yang perlu tinggalkan dunia ni? " sungguh sarkastik dia bertanya.

Kenapa Zayn perlu dijadikan mangsa juga sedangkan mental kau yang diserang?

Kau yang perlu mati. Bukan Zayn.

" Dengar kata aku Iskandar. Letak pisau tu! " tengking Zayn.

" TAKNAK! " tengking dia kembali.

" Shit. " carut Zayn lalu berlari ke biliknya.

" KAU NAK KE MANA ZAYN! JANGAN INGAT YANG KAU BOLEH LARI DARI AKU! " jerit Iskandar dengan kuat.

" Kau patut mati. Bukan budak tu. "

" PERGILAH! "

Lalu dia membuka langkahnya untuk ke bilik Zayn. Pintu bilik Zayn dipulas, tiada orang.

" Aku tahu, kau mesti nak main nyorok-nyorok kan Zayn? " kata Iskandar sinis.

" Baiklah! Mari kita main nyorok-nyorok! Aku kira sampai sepuluh je ye. Lepastu, aku cari kau! " lalu menyandarkan badannya ke dinding dan menutup matanya.

" Satu... "

" Dua... "

" Tiga... "

..................

" Sembilan... "

" Sepuluh! Yey! Jom kita cari! " sengih Iskandar. Pisau yang dipegangnya tadi masih lagi kekal di genggamannya. Tangannya telahpun berdarah kerana dia secara tidak sengaja tertusuk dengan pisau.

" Zayn... Where are you? " soal Iskandar lalu menghamburkan tawanya.

" Mari kita menyanyi. " berhenti Iskandar lalu tangannya dibawa ke dagu. " Mahu nyanyi lagu apa ya? "

" Aku tahu! "

" Nenek nenek si bongkok tiga. Siang malam asyik berjaga. Mencari cucu di mana ada... "

" Kalau dijumpa cucu itu, akan nenek bunuhnya... " nyanyi Iskandar lalu menepuk-nepuk tangannya.

" Halah! Zayn! Mana kau! Aku tak sabar nak rasa darah kau yang sedap tu! "

Pisau itu dibawa ke tangannya lalu ditoreh-toreh sedikit. Lalu ditusuknya dengan dalam.

Dengan tiba-tiba dia mengerang kesakitan. Kepalanya terasa berpinar-pinar. Lalu tubuh badannya jatuh ke lantai.

" Fuh. Nak nenek nenek sangat. Kan dah pengsan. " rengus perlahan Zayn.

Dravin disebelahnya hanya ketawa.

" Dia ni mental ke macam mana? " tanya Dravin.

" Tah lah. Dia ada split personality je masalahnya. "

" Apa tu? " soal Dravin. Dia pernah je dengar cuma, tak tahu apa benda.

" Kecelaruan identiti. " jelas Zayn.

" Dah, sekarang ni. Mayat dia ni- eh silap. Jasad dia ni, bawak je letak dalam bilik. Lepastu, ikat kaki dengan tangan dia. Sebabnya, tak tentu juga yang Izhan boleh ambil alih badan ni semula lepas ni. " ujar Zayn.

Dravin menganggukkan kepalanya.

Setelah mereka meletakkan tubuh Izham dibiliknya, mereka kembali ke ruang tamu.

" Tak sangka Izham berat. " perli Zayn lalu merenggangkan otot badannya.

" Apa yang jadi? Kau terangkan lah. " gesa Dravin.

" Tulah kau. Siapa suruh pergi. Kan tak tahu apa-apa. " sinis Zayn berkata.

" Kejap. Kau kata Izham ada split personality kan? " tanya Dravin.

Zayn menganggukkan kepalanya. " Haah. Kenapa? "

Terus dahi Dravin berkerut seperti memikirkan sesuatu.

" Split personality? " bisik Dravin seorang diri.

" Identiti satu dia lagi apa? "

" Iskandar. Personaliti dia, seorang yang obses dengan darah sampai sanggup cederakan orang sekeliling dia dan diri dia sendiri. Arwah Rayyan pun kena macam tu. " jelas Zayn lalu mengeluh.

" Walaupun hakikatnya tidak. " gumam Zayn perlahan.

" Iskandar? " soal Dravin kembali.

" Haah. Kenapa? "

" Iskandar! Kau tinggalkan badan dia sekarang! "

" Taknak! Aku kata taknak! "

" Izham... "

" Ian... "

"  WOI! " jerit Zayn menyentakkan Dravin daripada lamuanannya.

Serta-merta memori mereka suatu kala dulu diputarkan kembali.

" Sejak bila Izham ada tatu? " soal Dravin. Tadi dia terperasan tatu yang ada dekat badan Izham.

" Tulah. Aku pun tak tahu. Aku tanya dia tapi dia tak jawab. " terang Zayn.

" KAU TAHU BENDA TU HARAM, YANG BUAT JUGAK KENAPA?! "

" Tak perlu sibuk. Hal kau, kau jaga sendiri. Hal aku, aku jaga sendiri. "

" Vin... " lirih suara dia memanggil.

" Aku faham perasan kau. Tenang kan diri kau dulu. "

" Dia, dia dah berubah... tolong aku... " air matanya bertakung.

" Aku sayang dia Vin. Dia je dunia aku dari dulu. Tapi kenapa? " rintihnya.

⚠︎⚠︎⚠︎

Jangan lupa vote and comment.

10 comment , double update.











































Killer [ C ]Where stories live. Discover now