Chapter 41 - Only one

288 39 9
                                    

Sesampainya Jeno diparkiran rumah sakit itu. Dia langsung pergi ke arah resepsionis, bertanya terkait pasien atas nama Aulia dengan semua keadaannya waktu itu.

"Permisi Mbak. Saya mau cari pasien bernama Aulia, yang baru aja sampe beberapa menit yang lalu"

"Sebentar Mas. Saya carikan dulu datanya"

"Oke Mbak"

Jeno menunggu hampir satu menit lamanya.

"Ohh. Aulia yang pingsan dan tubuhnya dilumuri air selokan itu ya Mas. Dia ada dikamar nomor 012"

"Masih dilantai satu ini kan Mbak?"

"Iya Mas"

"Oke, terimakasih banyak ya Mbak"

"Iya sama-sama Mas"

Dengan cepatnya dia pergi menuju tempat itu. Dari pintu ke pintu dia telah lewati. Bahkan dia tak menyadari betapa banyak nya orang-orang yang ada dirumah sakit kala itu. Kini pikiran dia hanya Aulia yang terlihat baik-baik saja dihadapannya.

Mengintip dari sela-sela kaca pintu kamar itu. Jeno melihat Aulia terbaring lemah dikasur dan kepalanya kini telah diperban. Mungkin Jeno merasa Tiffany telah membuat kepala Aulia menjadi seperti itu.

"Lagi-lagi kenapa harus kepala sih yang jadi sasarannya" Jeno yang marah akan hal itu sembari membayangkan masa lalu yang terjadi pada kepalanya itu.

Pelan-pelan dia masuk ke dalam kamar itu. Nyatanya tidak ada siapa-siapa selain Aulia didalam kamar itu.

Jeno pun langsung berdiri disampingnya Aulia. Tangannya mulai memegangi tangan Aulia yang terkapar lemah dikasur.

"Lu yang bilang sama gua jangan luka. Nah, lu sendiri luka gini. Gimana sih Aulia" Ucap Jeno sembari terus memegangi tangan Aulia dengan sangat erat, bahkan dia hampir untuk tidak ingin melepaskannya.

Dengan refleks nya tangan kiri Jeno mengelus-elus kepala Aulia yang telah dibalut dengan perban. Aulia kini belum nampak sadar. Karena matanya masih tertutup dan belum adanya tanda-tanda gerakan dari tangannya itu.

"Tadi pagi lu pakein gua perban dimuka. Nih, buktinya masih gua pake. Sekarang lu yang pake perban" Jeno yang kini tangan kanannya memegangi tangan Aulia dengan erat sementara tangan kirinya mengelus-elus kepalanya. "Sakit engga sih Aulia. Mana bibir lu luka gitu. Badan lu pada lecet. Apalagi tangan lu ini, jadi memar gitu. Tiffany emang kurang ajar"

Jeno terus memandangi wajahnya Aulia dari jarak yang sangat dekat.

"Yaudah gua mau keluar dulu. Mau beli makanan. Siapa tau kalo lu udah bangun. Nanti lu laper" Jeno yang tengah berdiri dari duduknya itu.

Tiba-tiba saja,

"Jangan pergi Jen. Gua mohon. Gua cuman butuh lu disini. Please " Aulia yang tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya langsung meraih tangannya Jeno.

Jeno yang terkejut akan hal itu dia hanya bisa berkata "Syukurlah. Udah bangun"

"Disini aja ya. Gua cuman butuh lu doang kok. Bukan yang lain" Ucap Aulia dengan nada bicaranya yang lemas.

"Yaudah kalo itu yang dimau" Jeno kembali duduk disampingnya Aulia.

"Gua suka deh kita pegangan gini. Oh iya Jen? Tangan lu keker juga ya. Enak buat dipegangnya"

"Bisa-bisanya lagi sakit malah bercanda begini"

"Tapi emang bener. Gua suka banget semua hal tentang lu. Lu rajin olahraga juga ya? Soalnya otot-otot lu juga terlatih dengan baik" Aulia yang tersenyum lemah dikasur.

BACK 2U [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang