Pagi hari sudah melanda hiruk piruk kota Manhattan, sinar terim di pagi hari menembus tirai gorden kamar di sebuah apartemen. Di sebuah balkon seorang pria bertelanjang dada menatap gedung-gedung pencakar langit kota New York sembari menghisap rokok."Aku ada pertemuan dengan client pagi ini"
Eden menghembuskan rokoknya pelan. "Pergilah, biar aku yang menjaganya"
Tanpa pikir panjang Javier segera pergi meninggalkan Eden tidak lupa memberikan kecupan basah di dahi Elli yang masih terkulai lemas tak berdata akibat seks yang panas semalaman.
Eden mematikan rokoknya lalu membuka pintu balkon dan berjalan menuju kasur yang Elli tiduri.
Eden duduk di pinggiran kasur memperhatikan gadisnya yang masih tidur. "So fragile yet so strong" Eden berkata pelan.
Sembari menunggu bangun Eden sempat untuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan dan membuatkan dirinya kopi.
Mengambil satu batang rokok dan membakarnya dengan pematik api lalu menghisapnya pelan sembari memperhatikan seorang gadis si pemilik apartemen yang masih belum terbangun juga.
Tidak lama kemudian sang empunya apartemen mulai mengerjapkan matanya.
Elli merasa badannya seperti tidak leluasa dalam bergerak, ia tidak nyaman dalam tidurnya hingga terbangun.
Setelah membuka matanya Elli tersontak kaget melihat kaki dan tangannya sudah terikat oleh tali yang lumayan kuat.
"YA TUHAN APA INI" Elli terkejut.
Setelah itu Elli melihat di hadapannya ada Eden yang duduk di sebuah kursi, bertelanjang dada dengan rokok ditangannya dan memperhatikannya lekat-lekat sambil menyeringai.
"T-ttuan Eden?" Elli bergetar.
Eden tersenyum tipis sambil mengangkat sebelah alisnya sebagai respon dari perkataan Elli.
Lalu Elli tersadar bahwa dirinya sedang telanjang bulat dihadapan bosnya, tidak ada apapun yang bisa ia gunakan untuk menutup bagian tubuhnya.
"Tuan Eden, apa yang anda lakukan?" Elli sedikit berontak dari ikatannya.
Tiba-tiba ia merasa selangkangannya terasa sakit, lalu samar-samar ia mengingat tentang kejadian malam saat ia mengajak seorang pri ke apartemennya yang jika tidak salah namanya Steven entah Elli tidak ingat.
Matanya sudah tidak dapat membendung air mata, jantungnya bagai ditusuk oleh seribu jarum, tubuhnya semakin kaku dan bergetar setelah ia sadar.
Tuan Eden yang telah mengambil keperawanannya.
"Sshhh, jangan menangis" Sambil meletakkan jari telunjuk dibibirnya memberi isyarat untuk diam.
Melihat hal itu, emosi Elli semakin meledak-ledak.
"Jawab saya tuan, apakah anda melakukan itu kepada saya?!?" Elli berteriak sambil terisak.
"What do you mean Elli?"
"Anda tidak perlu pura-pura bodoh!"
Eden menyeringai. "Berani sekali" Lalu menghampiri Elli.
PLAK.
Sebuah tamparan mendarat dipipi Elli hingga kepalanya tersungkur ke pinggiran kasur.
Eden mencengkram wajahnya. "Kau cantik jika seperti ini"
"LEPASKAN SAYA!" Teriak Elli.
"I like it when you fervent" Desis sensual Eden di telinga Elli.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ours (Knight #1)
RomanceWARNING!! This is an explicit story. Eden Marvius Knight & Javier Marvius Knight Lalu Eden segera mencengkram rahang Elli dengan kuat hingga bibirnya mengerucut, lalu meludahi wajahnya. "Ini adalah perilaku pantas untuk perselingkuhan seorang gadis...