Setelah kesepakatan disetujui oleh Eldian. Mereka mulai merencanakan segala sesuatu serta memutar otak untuk menghadapi Etern kelak. Keamanan serta penjagaan pada Elli serta Jenni ia tingkatkan."Apa menurutmu semua ini cukup?"
Elli memutarkan bola matanya jengah. "Menurutku ini berlebihan, duh"
Eldian terkekeh pelan. "Kuharap kau tidak keberatan dengan semua ini"
"Aku mengerti, aku pun tidak tau orang seperti apa Bion Etern itu, saat aku pertama kali melihatnya ia hanya seperti pria tua pebisnis pada umumnya. Namun siap sangka ternyata dia mafia yang kejam"
"Lalu, apa yang kalian bertiga akan lakukan?" Lanjut Elli dengan bertanya.
Eldian menatap Elli dengan sorotan mata sendu.
"Kau tau El.... anak-anakmu sangat merindukanmu, kupikir kau—"
"Tidak! aku belum siap" Potong Elli sambil menunduk lesu.
Eldian menarik napasnya panjang. "Ini semua demi Jayden dan Edelina, apakah kau tidak mengerti El!"
Elli mulai menangis sesegukan.
"Elli.... maaf aku tidak bermaksud membentakmu"
"Tidak apa, aku hanya berada dalam fase kebingungan saat ini. God, everything happens so quickly"
Eldian menepuk pundak adiknya pelan berupaya untuk menenangkannya. "Kau tidak perlu yakin pada dirimu sendiri untuk saat ini, yakinlah pada apa yang anak-anakmu inginkan"
Elli menangkat kepalanya, dengan wajah yang sembab ia tatap kakaknya lekat-lekat.
"Jayden dan Edelina butuh sosok ayah dalam hidupnya. Bukankah kau tau itu? tiap malam Jayden selalu terjaga memikirkan bagaimana rupa dan wujud ayah kandungnya"
"Aku..aku..aku hanya takut"
"What are you afraid of?" Bisik Eldian.
"Eden dan Jayden. Aku berpikir bahwa mereka bukan seseorang yang mengenal apa itu cinta, mereka hanya mengenal obsesi, dan aku tidak yakin bagaimana jadinya jika aku membawa anak-anak ke hadapan mereka, aku takut mereka tidak akan menerima mereka"
"Bukankah itu yang kau takutkan? rasa takut tidak selalu menjadi kenyataan, terlebih rasa takut terhadap orang di masa depan. Kau khawatir Elli, dan itu adalah hal yang wajar" Balas Eldian.
Eldian tersenyum lembut.
"Kau tau? aku juga berpikiran begitu, aku berpikir bahwa ada sesuatu di dalam dirimu yang ingin mereka manfaatkan untuk kepentingan mereka sendiri. Ternyata aku salah"
Elli menatap bola mata Eldian dengan penuh kebingungan. "Maksudmu?"
"Kedua pria itu sudah mencintaimu sejak lama"
Elli mengerjap. "Kau tidak bercanda bukan? karena ini sangat tidak lucu"
"I'm not, aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, bagaimana mereka selalu datang ke kamarmu hanya untuk mengucapkan selamat malam serta ucapan cinta. Dan aku tak sengaja masuk diam-diam ke sebuah ruangan kecil yang kebetulan tak dikunci"
Ruangan itu. Elli tau ruangan itu, sudah lama ia penasaran apa yang ada di dalam ruangan itu hingga membuat kedua pria itu sangat marah apabila ia mencoba membukanya.
"Apa yang ada didalamnya?" Tanya Elli dengan menggebu-gebu.
"Banyak sekali foto dirimu saat umurmu sekitar 18 tahun. Dirimu yang sedang hang out bersama teman, foto wisuda, dan rekaman wisuda. Dan tak lupa juga seperti ada monitor yang biasa digunakan untuk memantau seseorang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours (Knight #1)
عاطفيةWARNING!! This is an explicit story. Eden Marvius Knight & Javier Marvius Knight Lalu Eden segera mencengkram rahang Elli dengan kuat hingga bibirnya mengerucut, lalu meludahi wajahnya. "Ini adalah perilaku pantas untuk perselingkuhan seorang gadis...