30. Make it up

9K 250 0
                                    


"Kesepakatan akan berlangsung hari ini"

Javier menghembuskan asap rokoknya pelan. "Apa yang membuatmu yakin ini akan berhasil, brother?"

"Tentu saja"

Javier mendecak kesal kemudian mematikan rokoknya di sebuah asbak yang terletak di meja. "Apanya yang tentu saja sialan"

Eden menoleh ke arah adiknya. "Apa yang membuatmu berpikir dia akan menolaknya hm?"

"Kenapa kau menjawab sebuah pertanyaan dengan sebuah pertanyaan, ck kau memang selalu membuat segalanya rumit"

"Dia tidak akan menolak demi keselamatan keluarganya, aku tau itu"

Javier mengerutkan dahinya. "Aku..entahlah aku masih kurang mengerti"

"Kau akan mengerti"

Sementara di sofa lain ada Elli yang hanya terduduk mematung sambil mendengarkan segala percakapan kedua pria itu sedari tadi. Uh, hawa kebosanan sudah mulai menyelimuti seluruh tubuhnya.

"Bisakah salah satu dari kalian melepaskan ini" Elli membuka suara sembari mengangkat tangannya yang sedang diborgol.

Kedua pria itu hanya tersenyum miring. Melihat itu Elli menundukkan kepalanya, apa gunanya meminta tolong kepada dua pria yang tidak waras ini. Dengan mereka semua terasa sia-sia.

"Kemarilah sayang" Eden merentangkan kedua tangannya.

Menurut, Elli segera berjalan ke arah Eden. Setelah sampai dihadapannya, pria itu menarik lembut tangannya dan membawanya ke sebuah pelukan hangat seorang pria sembari tangan besar itu mengelus rambut halusnya.

"Jangan khawatir, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk melindungimu"

Elli tau betul apa yang dikatakan pria itu. Namun diapun tau bahwa kalimat itu memiliki makna lain atau seperti sebuah clue yang Elli harus pecahkan. Itu sudah seperti kebiasaan Eden yang mendarah daging.

"Berkata secara langsung atau to the point benar-benar bukan gayamu" Ujar Javier dengan kekehan pelan.

Oke. Dugaan Elli kali ini semakin benar.

"Tuan, tamu sudah datang" Pelayan secara tiba-tiba mendatangi mereka.

"Buka gerbang dan siapkan segala sesuatu untuk dihidangkan di meja makan, setelah itu kau boleh pergi"

Pelayan tersebut menunduk. "Baik tuan" Kemudian melenggang pergi.

"Kakakmu sudah datang sayang"

Eden melepaskan pelukannya dengan lembut, kemudian menatap wajah wanita itu lekat-lekat.

"Why are you always look this stunning"

Pipinya memerah merona akibat rasa malu yang muncul begitu saja. Elli menunduk, tak mampu menatap wajah tampan pria itu.

"Lihat aku jika sedang berbicara" Ucapnya sembari menangkup kecil rahang Elli dan mengangkat wajah wanita itu untuk menatapnya.

"Good" Ucap Eden saat melihat Elli sedang menatapnya.

"Hey, sudahi acara kalian tamu sudah datang. Dan kau brother, kau harus bersikap adil padaku karena barusan kau sudah puas menghabiskan waktu bersama Elli"

Eden menoleh ke arah Javier dan menatapnya tajam dengan wajah tersirat akan kekesalan.

"Apa?" Tanya Javier berpura-pura dungu.

Eden kembali pada wajah Elli dan kemudian mengecupnya lembut.

"Selalu nikmat" Dengan senyum merekah diwajahnya.

"Oke sekarang kau menjijikan" Ganggu Javier.

Elli melepaskan rengkuhan Eden di pinggangnya. "Kurasa aku harus segera bersiap menyambut kakaku" Ucapnya.

"You should, go upstairs"

Elli mendengar perintah itu dengan baik dan kemudian berjalan menaiki tangga untuk ke kamarnya.

Javier menghembuskan napasnya lega. "Finally"

Kemudian pintu terbuka memunculkan sosok yang sedari tadi memang ditunggu-tunggu oleh tuan rumah.

"Sialan kau, apa maumu hah!!" Eldian melangkahkan kakinya dengan tergesa lalu menghampiri Eden dan mencengkram kerah kemejanya.

Eden menelengkan kepalanya bingung. "Apa yang orang katakan memang benar ternyata, kau pria yang sangat sopan dan ramah dikalangan pembisnis"

"Berhenti basa-basi tidak jelas bajingan. Sekarang katakan apa maumu huh!!!" Teriak Eldian.

"Easy bro, just calm the fuck down" Ujar Javier tenang dengan kedua tangan terangkat.

Eldian tidak menggubris.

"Sekarang katakan. Dimana adiku?!" Geramnya.

"Tentu saja adikmu aman, kakak ipar" Seringai terlukis di bibir Eden.

"Elli, kemarilah!" Teriak Javier.

Tak lama suara langkah kaki di tangga terdengar. Elli terlihat menuruni tangga dengan menggunakan gaun simpel yang membentuk tubuhnya dengan rambut diikat sanggul ke atas. Ia benar-benar terlihat sangat cantik saat ini meski ia perlu dituntun oleh dua pelayan karena tangannya masih diborgol.

Bruk.

Tubuh Eden tersungkur dengan ia rasakan rasa perih di pipinya. Eldian memukul wajahnya dengan sangat kuat dan tiba-tiba disaat dirinya sedang mengagumi betapa cantiknya Elli memakai gaun itu.

Kemudian Eldian menindih bagian perutnya lalu kerah kemaja Eden kembali di cengkram kuat.

"Kau memang bajingan Knight, apa yang kau lakukan kepada adikku hingga kau memborgolnya huh?!!"

"Untuk apa kau bertanya jika kau sudah tau jawabannya" Ujar Eden dengan suara paling mengintimidasinya.

Sementara Javier hanya berdiam bersandar pada pilar besar di ruangan tersebut. Dirinya hanya menatap santai perkelahian anak-anak yang dilakukan Eden dan Eldian.

Kemudian Elli segera melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa, sebisa mungkin menyeimbangkan tubuhnya agar tidak jatuh.

"Hei sayang, pelankan langkahmu kau bisa jatuh" Javier segera menghampiri Elli.

Javier menuntun Elli menuju tempat perkelahian kecil tersebut.

"Kak Eldian, cukup kak" Ucap Elli dengan rintihan yang tertahan.

Kepalanya sekan dikuasai oleh emosi yang menggebu-gebu, membuat Eldian tidak menggubris apa yang adiknya katakan. Pria itu tetap memukuli wajah Eden yang hanya pasrah menerimanya.

"CUKUP!" Teriak Elli.

Napas Eldian terengah-engah, ia mulai berhenti memukuli Eden. Tatapannya beralih ke arah adiknya yang mulai mengeluarkan air mata.

"Elli" Ucapnya, lalu ia bangun menghampiri adiknya dan memberikannya sebuah pelukan.

"Kau baik-baik saja selama ini?"

Elli tersenyum kecil. "Baik dan sedikit tidak"

Keduanya terkekeh pelan.

"Sebaiknya kita harus segera menyelesaikan masalah ini" Ujar Javier.

Eldian kemudian melihat kembali tangan Elli yang di borgol.

"Baiklah, setelah kau melepaskan borgol ini dari tangan adikku"

"Tidak, sampai kau menyetujui kesepakatan yang akan kita buat"

Eldian mengerut bingung. "Kesepakatan apa?"

"Maka dari itu Mr. Kairi, sebaiknya kita diskusikan di ruang makan sekaligus makan malam bukankah itu menarik?" Ucap Javier dengan senyum ramahnya.

Eldian berdecih kesal. "Apa itu hanya akal-akalanmu huh?!"

"Apanya yang akal-akalanku huh?!"

"Sudahlah" Elli mencoba menenangkan mereka berdua.

"Kalau begitu, aku akan duluan menuju ruang makan. Aku tunggu kalian disana"

________

Thanks For Read

Ours (Knight #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang