23. Trauma (18+)

12.5K 338 7
                                    


Setelah Elli memutuskan bahwa ia akan tidur berdua bersama Javier malam ini, membuat Eden terus-terusan memaki kesal. Dalam dirinya mengatakan untuk membunuh Javier tapi di kepalanya mengatakan untuk memenggal kepala Javier. Tunggu? Apakah itu sama saja? Masa bodo!

Malam ini ia terus meringkuk tidak jelas, tubuhnya bergerak sana-sini di atas kasur besar di kamarnya.

"Arghh!" Geram Eden frustasi.

Tak lama kemudian ia memejamkan matanya, berusaha untuk meraih rasa kantuk yang sedari tadi tak kunjung datang. Hingga berpuluh menit akhirnya ia mulai merasakan kantuk itu datang dan dengan senang hati Eden membiarkan kantuk itu menyelimuti dirinya.

Jam terus berlalu, matahari mulai menunjukkan dirinya di permukaan. Pancaran sinar masuk melalui gorden kamar hingga sang empunya yang sedang tertidur mulai menggeliat dan mengerjapkan matanya.

Elli membuka matanya perlahan, dan wajah Javier sedang tertidur pulas adalah pemandangan pertama di pagi harinya.

"Tampan" Tangan Elli mengelus rahang tegas berbulu halus pria itu.

Senyum lembut merekah di wajah cantiknya itu. Dia tidak salah bukan? pria di hadapannya ini memang sangat tampan, pemandangan seperti ini sangat sayang untuk dilewatkan.

"Terima kasih" Javier bergumam.

Shit.

"Kau bangun?"

"Hmm" Javier membuka matanya perlahan lalu ia tersenyum melihat ciptaan tuhan paling indah menurutnya.

Ditatap intens seperti itu membuat Elli merona malu. Meski sudah 2 minggu lebih dia tinggal di rumah mereka, tetap saja hal seperti sekarang ini jarang terjadi.

"Apa yang kau lamunkan hm?"

Yatuhan suara serak dan seksi itu.

Mendengar suara Javier saat baru bangun di pagi hari membuat tubuhnya mendesir. Elli sedikit kebingungan dengan reaksi tubuhnya yang seperti ini. Brengsek, ia tidak ingin menjadi wanita yang mudah bergairah hanya karena mendengar sebuah suara.

"Elli...?"

Elli menggelangkan kepalanya gesit.

Ini memalukan.

"Nothing"

"Benarkah? Setampan itukah diriku, kau melamunkannya hingga liur mu menetes"

Matanya membelalak. Double menjijikan, Elli benar-benar merasa malu saat ini. Hingga kemudian Javier merengkuh tubuhnya lalu memeluknya erat.

"Mana morning kiss ku sayang?" Desis Javier tepat di wajah Elli.

Kedua tangan Elli merengkuh wajah pria itu lalu memberikannya kecupan singkat. Namun saat Elli mencoba melepaskannya Javier malah menarik kembali kepala Elli lalu memberikannya lumatan penuh gairah. Kedua bibir tersebut terus bergelut hingga bermenit-menit lamanya.

Elli menepuk bahu pria itu memberinya isyarat kalau ia membutuhkan pasokan oksigen.

"Awal pagi yang indah"

"Memang"

"Kau setuju?"

"Ya, terlebih—" Elli mengelus dada bidang indah itu "Aku bangun bersama pria seksi" Desis Elli tepat di wajah pria itu.

Kemudian Elli bangun dan memposisikan dirinya di atas pria itu. Mata Javier menggelap dan sayu karena gairah sudah mulai membungkus dirinya. Elli menyeringai sambil jari-jari lentiknya menggoda rahang tegas itu lalu menjalar turun ke dada hingga perut dan berhenti di sebuah benda yang masih terbungkus kain dua lapis itu.

Ours (Knight #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang