Musim gugur mulai menyelimuti seluruh daerah sub-tropis. Dedaunan yang bertebaran di dasar serta cuaca yang sedikit kurang baik saat ini.Elli meminum coklat panas di sebuah balkon yang terdapat pada kamar yang ia tiduri. Pandangannya terus tertuju pada dedaunan yang satu persatu jatoh dari ranting pohon besar di halaman belakang mansion itu.
Meski baru dua hari berlalu sejak ia merasakan hukuman Eden dan Javier, yang dia rasakan hanyalah hal biasa. Mungkin ia sadar kalau dirinya seperti seorang binal namun ia tidak peduli, asalkan rencananya berjalan dengan lancar dia akan baik-baik saja.
Berurusan dengan pembunuh gila dan tampan memang merepotkan. Tapi setelah sejauh ini dirinya melihat ada secercah harapan yang akan mendatang.
Sangat sulit untuk menangani Eden Knight dan Javier Knight. Kedua bajingan ini benar-benar pintar dan mampu memanipulasi lawannya. Untuk melawan mereka rasanya tidak boleh hanya dengan membawa 1 kepala.
Elli menghela napasnya kasar lalu meletakkan coklat panasnya di meja kecil disebelahnya. Dirinya bersandar lemas dan menutup kelopak matanya kasar.
Kenapa bisa serumit ini, dirinya yang sudah dibutakan oleh balas dendam yang menggebu-gebu tiba-tiba berubah menjadi perasaan aneh yang kerap kali muncul apabila dihadapkan langsung kepada pria-pria itu.
Ia berharap itu bukanlah hal yang akan menghalangi rencana dia dan Eldian yang sudah berjalan sejauh ini.
Ia akan terus bermimpi melihat kehancuran Knight.
Ketukan pintu terdengar.
"Nyonya, tuan akan segera kembali. dia ingin anda segera menunggu dibawah"
Elli menganggukan kepalanya sebagai balasan. Dan disusul dengan pelayan itu, lalu keluar dari kamarnya.
Elli bangun dari kursinya lalu mengambil sebuah tongkat alat bantunya untuk berjalan. Tidak perlu bertanya siap yang membuatnya seperti ini, sudah pasti si kedua bajingan sialan itu.
Dirinya terkadang masih merasa kesulitan menggunakan tongkat seperti ini terlebih dia nelum terbiasa karena baru mulai memakainya kemarin. Dan sialnya tangga di mansion ini lumayan tinggi, beruntung selalu ada pelayan yang siap sedia membantunya.
Saat sampi di ruang tengah, dia mengambil duduk dibsebuah sofa tengah yang panjang dengan tubuhnya yang menghadap sebuah pintu besar.
Jarum jam terus bersetak hingga terdengar suara mobil sampai pekarangan dan pelayan yang bersedia di kedua bagian samping di pintu besar itu.
Sosok Javier dan Eden muncul dari balik pintu. Sudah jelas aura seperti ap yang dikeluarkan mereka. Mencengkam dan Mengintimidasi, namun bagi Elli hanyalah Pembunuh dan Bajingan.
"Lihat siap yang menunggu Jav" Eden berkata sambil mengangkat tangannya.
"Sungguh menyenangkan apabila hal yang pertama aku lihat saat pulang kerumah adalah kau sayang" Javier datang lalu mengecup singkat bibir Elli.
"Aku baru saja dari kamar"
Eden dan Javier duduk di dua sofa yang terpisah saling berhadapan. Keduanya melepaskan jas hitamnya hingga menyisakan dasi dan kemeja putih yang menujukkan pahatan tubuhnya yang indah.
"Bagaimana harimu?" Tanya Eden.
"Tentu saja baik" Buruk.
"Good to know"
Ya benar, good to know.
"Kami membawakanmu makanan china, makanlah"
"Terima kasih"
Tanpa pikir panjang Elli pun membuka bungkusan tersebut. Makanan china favoritnya di Manhattan, Javier tau itu. Dia tidak memperdulikan gengsinya lagi, selama perutnya terisi sudah pasti itu lebih baik dari apapun.
"Kau makan lahap sekali" Ucap Eden sambil terkekeh.
"Thanks" Ucapnya dengan makanan penuh di mulut.
Selalu seperti ini, disaat kemarin Elli disenggama dan disiksa secara beruntun hingga ia tidak kuat berjalan, dan sekarang ia kembali berada pada situasi normal bersama para bajingan ini.
"Kau sudah bisa berjalan lebih baik?" Ucap Javier.
Elli menggeleng kepalanya sebagai jawaban.
"Kita bawa saja ke rumah sakit Jav" Timpal Eden.
"Aku setuju"
"Tidak... kurasa tidak perlu, ini akan sembuh dengan sendirinya"
Keduanya tersenyum miring sambil memandanginya.
"Bagus, lagipula kau layak mendapatkannya" Ucap Eden dingin lalu beranjak dari kursinya dan pergi ke ruangan kantor pribadinya di lantai 2 rumah ini.
Elli memandang lekat punggung Eden hingga menghilang dibalik pintu ruang kantornya.
"Kau pantas mendapatkannya El" Javier pun juga bangun dari duduknya dan pergi menyusul Eden.
Entah apa yang terjadi dia merasakan air matanya jatuh perlahan. Perasaannya terasa aneh, dan disaat kedua pria tersebut melayangkan tatapn dingin mereka, hatinya terasa tersayat-sayat oleh pisau kecil. Apa yang terjadi padanya.
Elli terus mencoba menepis perasaan ini namun tetap saja sulit. Entah kenap setiap dia melakukannya, bayangan Jayden dan Edelina muncul dikepalanya.
Namun nasi sudah menjadi bubur, ia akan tetap melanjutkan tujuannya. Eldian sudah mengabari bahwa kami sudah sampi pada 68 persen menguasai kekuasaan Knight Group. Elli berfikir kedua pria itu tau kalau dia dalang dibalik semua ini.
Tapi dengan cepat ia segera meminta Eldian untuk memanipulasi segala hal yang tak sengaja sudah bocor pada kedua pria itu. Dan mereka berhasil mengkambing hitamkan salah satu orang kepercayaan mereka di perusahaan, dan sekarang orang itu berada di penjara tempat Eden menyiksa para pengkhianat di hidupnya.
Dan sekarang Javier serta Eden sangat sibuk mengurusi perusahaan yang perlahan-lahan akan runtuh. Mereka pasti sedang pusing memikirkan segala cara untuk kembali menormalkan situasi yang melanda Knight Group.
Bahkan beberapa pemegang saham di Knight Group mulai menarik diri. Hal itu membuat keduanya lalu lalang hingga Elli menjadi pelampiasan dua hari lalu.
Ya, Elli pikir hukuman itu untuk dirinya, ternyata itu hanyalah kemarahan menggebu-gebu yang perlu kedua pria itu lampiaskan. Terdengar seperti predator namun Elli tidak peduli. Dirinya sudah dibutakn oleh rencana, rencana, dan rencana.
"This won't be that hard right?" Elli berucap pada diri sendiri dengan seringai terbentuk di wajahnya.
________
Thanks For Read

KAMU SEDANG MEMBACA
Ours (Knight #1)
RomanceWARNING!! This is an explicit story. Eden Marvius Knight & Javier Marvius Knight Lalu Eden segera mencengkram rahang Elli dengan kuat hingga bibirnya mengerucut, lalu meludahi wajahnya. "Ini adalah perilaku pantas untuk perselingkuhan seorang gadis...