Javier memukul jok depan. "Ken bisakah kau percepat lajunya!?""Tidak bisa tuan, disini ramai pejalan kaki. Maaf tuan"
Sejujurnya Ken mengendarai sangat gugup kali ini. Terlebih Javier yang begitu rewel, sementara Eden selalu memasang wajah masam dan terlihat begitu kejam. Memang ini bukanlah kali pertama ia begitu takut akan bosnya, namun ini kali pertama baginya melihat kemarahan bos secara langsung.
Beberapa Jam kemudian, mereka sampai di daerah yang terlihat seperti pasar yang cukup sepi, karena memang sudah malam hari. Eden dan Javier segera turun dari mobil disusul dengan Ken.
Ken mengikuti langkah kedua bosnya yang cenderung terburu-buru itu. Bosnya membawa ke sebuah toko buah yang sudah seharusnya tutup namun ia melihat ada seorang wanita paruh baya yang masih menjaga toko itu.
"excusez moi nous cherchons quelqu'un" Tanya Eden kepada wanita itu.
"quel genre de personne recherchez-vous?" Jawab wanita paruh baya itu dengan ketus.
Eden menunjukan sebuah foto yang menggambarkan Elli sedang berpose melet bersamanya.
Wanita paruh baya itu terkesiap. "oh la femme qui vient d'être kidnappée était avec Giselle dans sa boutique à l'instant" Balas wanita itu.
"Giselle?" Javier mengerut dahinya bingung.
"Je vous remercie, madame" Ujar Eden tersenyum kepada wanita itu.
Wanita paruh baya itu merona malu melihat senyuman yang begitu tampan itu. Andai dia masih muda dan belum menikah, sudah pasti ia akan memiliki suami seperti itu. Oh betapa tampannya pria itu.
Sialan memang, koordinat yang diberikan polisi itu tidak akurat. Sekarang dia perlu mencari wanita bernama Giselle itu.
"Apa kau menemukan pencerahan?" Tanya Javier.
Lalu ponsel pribadinya mendapatkan missed call dari Edelina. Sialan, Eden benar-benar stress memikirkan Elli yang diculik hingga lupa gadis kecil kesayangannya sedang merindukannya.
Sedangkan Jayden, ia sudah tau watak anak itu mirip dengannya, sangat dingin diluar namun begitu hangat jika bersama keluarganya. Sudah pasti anak itu merindukannya, hanya saja gengsi untuk sekedar menelpon menggunakan ponsel yang ia beri secara diam-diam kepada mereka.
"What do we do?" Tanya Javier lagi.
Eden berdehem pelan. "Ken, cari wanita penjual buah yang bernama Giselle itu sekarang"
Javier mengernyit bingung. "Dengan apa kau mencoba melacak seseorang?"
"Saya membawa tablet bos, warga sipil seperti itu mudah untuk dilacak" Ucap Ken lalu pergi ke dalam mobil untuk melakukan tugasnya.
"Sial seluruh kerja keras ini membuatku lapar" Kata Javier.
"Ingin makan?" Tanya Eden.
Javier menggeleng. "Tidak sampai aku melihat bahwa tubuh istriku masih lengkap"
Eden mengangguk pelan. "Edelina menelfonku 3 jam yang lalu" Lirih Eden.
Javier menoleh ke arah kakaknya yang sedang menatap ke menara eiffel dari pasar bastille. Ia bisa melihat tatapan sendu kakaknya saat mengatakan nama Edelina. Sebagai adik, tentu saja ia melalui banyak hal yang berat dan ringan bersama kakaknya. Kakaknya yang begitu dingin namun begitu penyanyang. Eden sangat menyayangi Elli dan anak-anaknya, hanya saja pria itu begitu payah dalam mengungkapkannya dalam bentuk kata.
"Bos saya mendapatkan alamatnya" Ken memanggil keduanya dari mobil.
Eden dan Javier segera menyusul dimana Ken berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours (Knight #1)
RomanceWARNING!! This is an explicit story. Eden Marvius Knight & Javier Marvius Knight Lalu Eden segera mencengkram rahang Elli dengan kuat hingga bibirnya mengerucut, lalu meludahi wajahnya. "Ini adalah perilaku pantas untuk perselingkuhan seorang gadis...