Mata Bion menilik ke sudut ruangan yang terisikan oleh mayat-mayat penjaga yang telah ia perintahkan untuk menjaga wanita sialan itu. Kepalanya terasa ingin pecah melihat kekacauan yang disebabkan oleh wanita itu.1 mayat pria berlumuran darah dengan sebuah pecahan kaca di kepalanya, sementara yang satunya terlihat tak sadarkan diri dengan kepala memar dan darah berlumuran di perutnya.
"Sialan! kalian benar-benar bodoh, bagaimana bjsa satu orang wanita membunuh 2 pasukan bodoh yang sudah terlatih ini!!" Bion menendang-nendang mayat mantan pasukannya.
"euuuhhggh" Ternyata mayat yang satunya bukan mayat, melainkan seseorang yang hanya sedang sekarat dan masih sedikit sadar.
Bion melirik ke arah pria itu, ia langkahkan kakinya menghampiri pria yang ia anggap tolol itu. Kemudian ia berjongkok dan menarik rambutnya. "Ternyata yang satu ini masih mampu bernapas setelah gagal dalam misimu huh?"
Bola matanya yang merah menatap dengan takut ke arah Bion.
"Apa kau gagal?" Desis Bion di depan wajahnya.
Pria itu menganggut sebisanya.
Melihat itu, Bion tersenyum. Dan kemudia ia mengeluarkan pistol di saku belakangnya lalu menembak peluru itu hingga menembus ke otak pria itu. Sekarang ruangan itu diisi oleh bauh darah yang menyengat.
Bion keluar dari ruangan itu dengan santai, lalu tatapannya bertemu dengan seorang pria yang sedang merokok dengan pipa.
"Apa yang membuatmu mendatangiku Marco?" Bion membuka suara.
Pria itu menghembuskan asapnya ke udara, lalu melepaskan fedora hat-nya itu. Kemudian ia menilik pria tua yang sedang berkutat dengan pistolnya.
"Gagal?" Ucapnya santai.
Bion menoleh ke arah pria itu dan melayangkan tatapan tajamnya, namun pria muda itu tetap santai dan tak menggubrisnya sama sekali.
"Hmm" Jawab Bion.
"Bukankah menurutmu semua ini adalah hal yang sia-sia? memangnya apa yang akan kau dapatkan jika semua ini sudah kau capai?"
"Cih, untuk seseorang yang baru saja menginjak usia 16 tahun, kau menjadi penasehat yang baik"
"Memang, ayahku selalu memujiku begitu"
"Ayahmu orang yang bodoh" Decah Bion.
"Memang, tapi tidak sebodoh dirimu" Jawabnya dengan santai.
Bion menggeram kesal lalu menendang asal benda yang ada dihadapannya. "Pergilah bocah, atau sebaiknya kau mencari jalang untuk membantumu mengerjakan PR mu"
Marco tersenyum sinis. "Aku baru saja melakukannya"
Bion tersenyum miring ke arah pria itu. "Waw, kau memang benar-benar bajingan, sama seperti ayahmu dulu"
Marco diam mendengarkan sambil memasang tatapan yang serius namun mulutnya tetap merokok dengan santai.
"Dulu ayahmu adalah penjahat kelamin paling terkenal di sardinia" Bion terkekeh. "Semenjak saat itu aku percaya bahwa setan itu adalah sifat yang terdapat pada suatu makhluk"
"Begitukah?"
Bion mengangguk, ia mengambil sebuah kotak kecil yang berisikian batangan rokok. "Kami bersahabat sejak dia membantuku menghajar preman-preman yang mencoba mengambil makananku"
"Aku tidak percaya bahwa ayahku dulu sebrengsek itu. Tapi bagaimana ia bisa begitu mencintai ibuku?"
"Bisa dibilang dulu ibumu adalah satu-satunya wanita yang berani menolak kemudian menampar ayahmu yang terkenal tampan itu. Sampai akhirnya ayahmu tergila-gila pada ibumu lalu mencintainya lalu menikah dan terbentuklah anaknya yang paling brengsek dan menyebalkan ini"

KAMU SEDANG MEMBACA
Ours (Knight #1)
RomanceWARNING!! This is an explicit story. Eden Marvius Knight & Javier Marvius Knight Lalu Eden segera mencengkram rahang Elli dengan kuat hingga bibirnya mengerucut, lalu meludahi wajahnya. "Ini adalah perilaku pantas untuk perselingkuhan seorang gadis...