"Itu banyak sekali, untuk apa?" Elli bertanya pada Jenni.Mereka sedang berjalan di trotoar dengan menenteng segala macam belanjaan di kedua tangannya.
"Aku tidak tau, kurasa bayiku sedang ingin berbelanja saat ini" Mengusap perutnya yang sedikit buncit.
"Kurasa dia perempuan"
"Kupikir juga begitu"
"Apa Ben aman?" Tanya Elli.
"Maksudmu?"
Elli terkekeh. "Kupikir anak itu sudah tau kalau mommy tersayangnya sedang hamil"
"Ben belum tau sama sekali"
"Kau serius?" Elli terkejut.
"Hmm. Dia hanya bertanya apakah mommy makan banyak hingga perutnya buncit"
"Anak itu"
"Beberapa bulan lagi perutmu akan membesar, bagaimana jika Ben mulai sadar?"
"Eldian akan mengurungku jauh-jauh darinya"
Mereka tertawa lepas.
"Ben benar-benar tidak mau cintanya dibagi"
"Ya. Dan dia sangat possesive kepada kami"
"Terlihat seperti tipikal Eldian versi kecil"
"Tentu saja. Kadang aku merasa tidak menurunkan apapun pada Ben"
"Benarkah?" Sembari terkekeh.
"Ya. Sifatnya benar-benar copy paste ayahnya"
"Apakah itu buruk?"
Jenni memutar bola matanya jengah.
"Ya dan tidak. Buruk apabila ia sudah beranjak dewasa, kupikir dia akan banyak mematahkan hati wanita nantinya"
"Dan baiknya?"
"Umm. Ben memiliki rasa sayang yang sangat besar terhadap apa yang ia cintai, seperti ayahnya"
"Oh kau benar, sangat possesive"
"Kupikir dia juga akan mencintai adiknya setelah dia lahir"
"Seperti Jayden dan Edelina"
Jenni sontak tertawa mendengar nama kedua anak itu.
"Astaga dua kurcaci menggemaskan itu"
"Meskipun mereka selalu bertengkar, akan tetapi ada saatnya dimana mereka saling menyayangi satu sama lain layaknya adik kakak yang akur"
"Kuharap aku dapat melihatnya"
"Kadang saat Edelina sakit, Jayden yang merawatnya. Saat itu aku melihat tatapan khawatir di wajahnya"
"Terdengar seperti mitos"
"Aku tau, aku pun terkadang tidak percaya jika mengingat kejadian itu"
Mereka kemudian berhenti di depan toko souvenir. Menunggu jemputan yang sudah di utus oleh Eldian untuk mengantar mereka kerumah.
Elli melihat jalan yang tidak begitu ramai oleh kendaraan bermotor. Suasananya sedikit damai dan tenang seperti tidak biasanya.
Kepalanya bagai di pukul dengan palu serta jantungnya berdegup keras saat ia tidak sengaja melihat sosok yang sedang bersantai di sebuah kafe di seberangnya.
Javier.
Pria yang sudah lama tidak muncul di kehidupannya.
Kini pria itu muncul di pandangannya. Seringai muncul di wajah tampanya saat mata tajam tersebut menatap lurus ke arah tempat dia berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ours (Knight #1)
RomanceWARNING!! This is an explicit story. Eden Marvius Knight & Javier Marvius Knight Lalu Eden segera mencengkram rahang Elli dengan kuat hingga bibirnya mengerucut, lalu meludahi wajahnya. "Ini adalah perilaku pantas untuk perselingkuhan seorang gadis...