"Ohh.... Eden.... please... "Tongkat bulu masih terus menggerayangi tubuh telanjangnya. Benda itu sedari tadi bergerak menjalar menyentuh titik-titik sensisitifnya. Rasa geli sedikit terasa di beberapa bagian tubuhnya.
Eden tidak menggubris segala ringisan permohonan wanita itu. Permainan terus dilakukannya. Tidak ada safeword dalam permainan ini, Eden ingin melakukannya dengan kepuasannya sendiri.
"Tubuhmu sangat cantik... " Kini jari-jari tangannya bergerak dari wajah Elli hingga berakhir di kewanitaannya.
"Eden... Egh.. " Wanita itu masih terus terengah-engah.
"Tubuhmu sulit untuk bergerak tetapi mulutmu sangat berisik sayang" Tamparan keras mendarat di kewanitaan Elli. "Seharusnya aku melakban mulutku"
Wanita itu berteriak sambil menutup mulutnya. Eden menyeringai puas. Jangan tanya sudah seberapa gairahnya dirinya. Rasanya sangat sakit menahannya apabila menggunakan celana ketat sialan ini.
Perlahan dirinya kembali pada posisinya sebelumnya, berdiri. Dia tatap wanita yang sedang menatapnya memohon. Ia buka resleting celananya, ia bergerak seolah memberikan tontonan erotis untuk wanita itu.
Untuk Elli, tentu saja dia tidak merasakan apapun karena bius sialan ini yang berhasil membungkus sedikit gairahnya. Bagus menurutnya, karena tidak seharusnya pemerkosaan seperti ini dinikmati.
Penis Eden yang sedari tadi dikurung kini sudah lepas dari sangkarnya. Benda itu berdiri tegak mengacung membuktikan seberapa gairahnya pria ini.
"Lihat penisku sayang" Geram Eden.
Elli menggerakan bola matanya sedikit kebawah. Terlihatlah batang besar dan panjang yang akhir-akhir ini selalu mengobrak-abrik vaginannya.
"Dia sangat menginginkanmu" Pria itu mulai mengocok penis perlahan sambil terus memandangi Elli. "Penis ini sangat mencintai vaginamu"
Sialan, rasanya ia berharap pendengarannya tidak hanya kabur untuk saat ini, tetapi benar-benar menghilang. Ia tidak meyangka perkataan-perkataan kotor yang dilontarkan pria itu mampu membuat tubuhnya berdesir.
"Bagaimana menurutmu? apa vaginamu juga mencintai penisku?" Kini Eden menggosok-gosok kecil ujung kepala penisnya dengan klitoris Elli.
Elli meneguk ludahnya kasar dengan mata terpejam. Sialan apa-apaan ini?! baru beberapa menit terlewat ia merasa efek bius yang tadi Eden berikan mulai luntur. Seberapa rendah dosis yang bajingan itu masukan ke tubuhnya.
Melihat wanita yang sedari tadi ia goda hanya memejamkan mata dengan dahi berkerut, membuatnya semakin semangat. "Pasti kau bingung saat ini"
Pria itu tertawa kecil.
"Aku memang memasukan dosis anestesi hanya sedikit"
Elli membuka matanya perlahan, dia tatap tajam pria yang kini setengah terduduk dihadapannya. Elli berusaha menahan desahannya kala pria itu terus melakukan pekerjaannya.
"Karena aku ingin kau tetap merasakan permainan yang akan aku berikan sayang"
Pria itu merangkak pelan mendekat. Lalu sebuah ciuman lembut mendarat di bibirnya yang ranum. Lagi-lagi pria ini sangat ahli dalam mengatur segala emosi yang ada ditubuhnya.
Hanya dengan ciuman lembut, rasa takut serta penolakan seakan perlahan luntur.
"Kiss me back, honey" Geram Eden disela-sela ciumannya.
Entah iblis atau setan apa yang merasukinya, Elli membalas lumatan lembut pria itu. Perasaan senang muncul pada diri Eden dan membuatnya tersenyum di sela-sela ciuaman mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ours (Knight #1)
RomantikWARNING!! This is an explicit story. Eden Marvius Knight & Javier Marvius Knight Lalu Eden segera mencengkram rahang Elli dengan kuat hingga bibirnya mengerucut, lalu meludahi wajahnya. "Ini adalah perilaku pantas untuk perselingkuhan seorang gadis...