1

298K 1.8K 23
                                    

Don memutar pena yang terselip di jemarinya. Isi kepalanya penuh dengan berbagai macam hal.

Tentang bisnis, tentang perusahaan, tentang pertanyaan-pertanyaan mengapa ia memilih melajang hingga usianya hampir menginjak 40 tahun dan berisi penyesalan mengapa ia tak mengizinkan Lody pergi bersenang-senang dengan temannya yang berakhir ia menangis seharian.

Don meletakkan penanya asal, punggungnya yang kaku ia sadarkan pada kursi kerjanya berharap ototnya bisa sedikit melemas. Ia memejamkan mata, menghela nafas mencoba menyingkirkan suara tangisan Lody di ujung telepon tadi sore.

Lody.

Seorang perempuan kecil, tingginya tak sampai 155cm. Ia berkulit putih pucat, berambut panjang dan "manis" itu yang selalu Don ucapkan padanya.

Lody, perempuan kecil berusia terpaut belasan tahun itu mampu membuat Don uring-uringan dan tak jarang membuat Don menjadi setan neraka di kantor.

Lody, perempuan itu juga yang selalu sanggup membuat Don merasakan apa yang mungkin disebut "cinta" ?

Don menghela nafas, berdiri lalu mengemasi barang-barangnya, memakai jasnya asal.

Don menekan beberapa angka di ponselnya lalu bicara sebentar pada seseorang di seberang telepon. Belum selesai ia bicara, ia mendengar sesuatu di lempar entah di pintu atau dinding:

"DADDY JANGAN PULANG! LODY BENCI DADDY!!!"

Don menghela nafas, perempuan kesayangannya masih marah.

"Aku akan segera pulang, sudah terlalu larut...Bibi bisa pulang" ucap Don.

"Tetapi Tuan, Nona sendirian..." jawab seseorang di seberang telepon.

"Tidak apa-apa, Lody akan baik-baik saja"

"Baik Tuan".

Don menutup telepon, meraih kunci mobilnya dan bergegas pulang.

.

.

.

.

Rumah itu gelap, hanya beberapa pendar lampu bohlam yang masih menyala. Lody memang tak suka lampu yang terang, ia akan mengomel sepanjang waktu karena silau.

Paman Song menghampiri Don, membawakan tas dan jas sembari berbisik,

"Nona tidak mau makan, tidak mau keluar dari kamar Tuan...vas sudah hancur" mata Paman Song mengedip sedikit ketakutan.

Don hanya mengangguk dan tersenyum.

Sementara di balik pintu, perempuan kecil itu tersenyum lebar.

"Daddy akan kena batunya malam ini..." ucapnya sambil menutup mulutnya.

Our SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang