Lody menutup mulutnya rapat-rapat, Bibi Lee memeluknya dengan erat. Sebuah berita di televisi mengabarkan seorang pebisnis besar di negaranya telah ditemukan meninggal di sebuah semak belukar, dekat pegunungan yang jauh dari kota.
Mayatnya ditemukan penuh dengan luka, laporan di televisi memberitakan tubuh lelaki itu penuh luka hantaman dan hampir tidak bisa dikenali. Bersamaan dengan itu berita tentang bangkrutnya salah satu perusahaan tekstil secara tiba-tiba, disusul kemudian ditemukannya gudang pembuatan obat-obatan terlarang.
"Matikan televisinya, kita harus sarapan..." ucap Don saat menuruni anak tangga.
"Daddy..." cicit Lody.
"Matikan sayang...kita sarapan" tegas Don.
Bibi Lee langsung menyambar remot kontrol dan mematikan televisi tanpa banyak bicara, ia pun bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Lody menikmati roti bakar dengan sosis dan sup jagungnya dalam diam. Sesekali ia melirik Don dan kembali memutuskan untuk meneruskan kegiatan makannya. Ia benar bingung dengan apa yang sudah Don lakukan. Sejak perpisahan di dekat cafe itu Don menghilang beberapa hari dan baru kembali tadi malam. Laki-laki dalam berita itu adalah Gustav.
Lody juga menerima pesan dari Lucia bahwa Celine menghilang entah kemana, Brian pun tak memberikan jawaban jelas saat ditanyai. Lody ingin sekali kabur dari meja makan itu dan mengubur dirinya di balik selimutnya yang hangat tetapi peraturan Don tidak bisa dilanggar.
"Ambilkan Lody sup jagung lagi Bibi, hari ini dingin..." ucap Don yang melihat mangkuk sup jagung Lody telah kosong.
"Cukup Daddy...aku sudah kenyang..." ucap Lody.
"Baiklah, setelah sarapan kerjakan tugas sekolahmu. Aku akan pergi sebentar lagi, makanlah siang bersama Gisella dan Pablo..."
Lody mengangguk tanpa menjawab. Setelah selesai makan ia berdiri meninggalkan Don yang masih menyelesaikan kegiatan makannya. Ia menyusur anak tangga tanpa bicara dan menengok ke belakang, Lody membungkam mulutnya menahan tangis.
Lody menutup pintunya, mengambil beberapa buku dalam tas ranselnya dan mulai mengerjakan tugas sekolahnya. Liburan musim panas bukan berarti ia bisa bebas tanpa tugas sekolah, justru beberapa gurunya melimpahkan banyak tugas untuknya.
Sesekali ia menghela nafas, melemaskannya bahunya. Ia segera mengerjakan sisa soal yang ada di hadapannya saat pintu kamarnya terbuka. Lengan hangat itu merengkuhnya perlahan dari belakang, ia tak berani melihat Don, hanya diam.
"Kau takut?" bisik Don perlahan.
Lody berdiri, membalikkan badannya dan memeluk Don erat. Ia mengusak wajahnya pada dada Don lalu menangis meraung.
"Jangan takut..." ucap Don diselingi suara tawa ringannya.
"Sayang, kau tahu ada banyak alasan aku tidak membawamu keluar dari rumah selama ini, juga banyak hal yang seharusnya tidak kau ketahui dari orang luar selain dari diriku sendiri..." imbuh Don.
Don menggendong Lody lalu merebahkannya di ranjang yang belum sempat dibereskan pagi itu.
"Tentang Sharon, perempuan terkadang memilih pekerjaan-pekerjaan yang sulit dipahami oleh orang pada umumnya termasuk membahayakan dirinya sendiri. Dulu sebelum mengenal manusia seperti Gustav, ia seorang yang baik bahkan ia tergabung pada beberapa yayasan amal tetapi uang membutakan segalanya termasuk hati..." tutur Don.
"Celine bagaimana?" cicit Lody.
"Celine bahkan mungkin saat ini sedang menikmati choco lava dan segelas jus jeruk di dalam pesawat menuju Milan...ia akan sekolah di sana, tinggal bersama Sharon. Jadi jangan khawatir hm?" tutur Don sembari mengusap puncak kepala Lody.
"Apa mereka akam baik-baik saja?"
"Tentu, uang perusahaan Gustav akan cukup untuk sampai Sharon bisa kembali bekerja lagi, Sam sudah memasukan dokumen Sharon pada beberapa perusahaan di Milan...ia akan segera bekerja"
Lody mengadahkan kepalanya, menatap mata Don. Tidak, lelaki itu tidak berbohong dengan apa yang ia katakan. Bibir kecilnya tersenyum sembari mengusap pipinya. Don memagut bibir mungil itu sebentar dan kembali memeluk tubuh Lody erat.
"Kau tahu, ada banyak hal yang mengerikan tentangku bagi banyak orang di luar sana. Bagi mereka aku bisa seperti kawan bahkan bisa seperti serigala yang kelaparan dan siap menelan siapa saja..."
"Hanya saja terkadang mereka tidak mengetahui mengapa aku bisa menjadi serigala kelaparan..." ucap Don sembari mengusap punggung Lody.
"Kenapa?"
"Kau" ucap Don lalu mengecup bibir Lody singkat.
Don kemudian bangun dari tidurnya yang disusul dengan Lody yang kembali duduk di kursi meja belajarnya.
"Aku pergi hm?"
"Jangan pulang malam...aku takut"
"Tentu, kabari aku jika terjadi sesuatu..."
Lody mengangguk dan tersenyum. Sebuah kecupan singkat pada pipi kirinya membuat perasaannya membaik. Matanya mengekori kepergian Don dari kamarnya hingga pintu kamarnya tertutup kembali dan ia pun kembali mengerjakan tugas sekolahnya.
"Jangan izinkan Lody melihat televisi hingga masalah ini selesai, kumpulkan semua koran dan jangan menaruhnya sembarangan, aku tidak mau Lody membaca berita apapun tentang Gustav..." ucap Don pada Paman Song dan Bibi Lee di selasar belakang rumah.
"Tuan, apakah Tuan dan Nona akan datang ke pemakaman?"
"Tentu, aku akan belikan baju untuk Lody siang ini...aku harap Bibi bisa memeriksanya dulu sebelum Bibi taruh di kamar Lody"
"Tentu Tuan" jawab Bibi Lee singkat.
"Aku akan pergi cukup lama, mungkin nanti malam aku baru bisa kembali. Buatkan Lody makanan yang ia sukai untuk nanti siang, ajak juga Pablo dan Gisella untuk makan siang bersama di sini..."
"Baik Tuan..."
Pagi itu ditutup dengan kepergian Don untuk menjumpai Sam dan Brian di hotel tempat ia menginap selama ini. Persiapan pemakaman Gustav tentu tidak akan mudah jika hanya segelintir orang saja yang mengurusnya, semakin banyak orang datang akan semakin cepat persiapan itu selesai dan tentu saja pemakaman babi tengik itu akan segera dilaksanakan.
Don ingin keluar dari mobilnya saat ia sudah berhenti tepat di depan sebuah kedai kopi, tetapi niatnya tertunda karena ponselnya berbunyi, beberapa pesan masuk:
✉️Sharon: Dia sudah di sini, cukup berantakan dan kau membuatku menjadi babysitter keterlaluan!
✉️Celine: Paman Don, aku sudah sampai di Milan. Paman, terimakasih untuk semuanya...aku akan belajar dengan giat dan memulai kehidupan baruku di sini. Peluk terhangatku untuk Lody!
Don membuka pesan terakhir di ponselnya dan langsung memaki layar ponselnya dengan kencang.
✉️Maria: HEH! KAU MENYURUHKU MEMBANTUMU BERKEMAS?! ASTAGA SPERMAMU BAHKAN MENEMPEL DI KARPET!
✉️Don: AKU TIDAK MENYURUHMU MEMBERESKAN KAMAR TIDURKU YA!
✉️Maria: BOS SIALAN!
✉️Don: Aish, kubawakan cokelat panas dan burger kesukaanmu tapi cepat keluarlah dari kamarku!
✉️Maria: Oh usaha yang cukup bagus Don!
Selanjutnya Don hanya tertawa dan segera memasuki kedai kopi.