Lody dan Don memasuki rumah mereka, pintu berwarna putih gading itu ditutup rapat. Jemari kecil Lody menggandeng jemari Don dengan erat, wajahnya sedikit ditekuk.
"Ada apa hm?" ucap Don sembari memeluknya.
"Kenapa Key tidak menginap kali ini?" cicitnya.
"Dia ada pekerjaan yang harus dikerjakan segera, dia juga tidak bisa terlalu lama bersantai..." tutur Don.
Lody terdiam, matanya berkaca-kaca meski air matanya tak sempat jatuh karena diseka oleh Don lebih dulu. Bagi Don dan Lody, Key adalah satu-satunya orang yang berarti untuk mereka. Don mengecup bibir Lody dalam wajah sedihnya.
"Kau harus tidur, sudah cukup malam. Jangan membongkar kopermu dulu, besok pagi saja..." ucap Don.
"Aku mau tidur dengan Daddy..."
Don memeluk tubuh mungil itu dengan erat, kemudian mengangguk sebagai tanda persetujuan atas keinginan Lody. Don menggendong tubuh Lody yang mulai lemas karena kantuk.
"Terimakasih Bibi..."
Ucap Don yang merendahkan tubuhnya untuk dipasangkan selembar kain katun yang dilipat menjadi persegi panjang untuk meletakkan kepala Lody di bahunya. Tubuh kecil itu kini menempel sempurna, kedua tangannya bertaut tepat di bawah tengkuk Don dan kakinya mengait di pinggang lelaki miliknya.
Bibi Lee juga menutupi punggung Lody dengan selimut berwarna hitam berbahan beludru lembut, memastikan Lody tidak kedinginan. Don membawa tubuh itu menaiki tangga, memasuki ruang tidurnya dan membuka balkon meskipun dengan susah payah.
Udara malam yang sejuk bercampur dengan hening mengantarkan Lody jatuh dalam tidurnya. Tubuhya yang diayun oleh Don terasa sangat nyaman dan hangat, membantunya untuk tidur lebih cepat.
Don mengecupi pipi malaikat kecilnya dengan lembut, memastikan Lody taka akan terbangun karena ulahnya. Menggendong Lody bukan sesuatu yang harus ia keluhkan, berat badan Lody yang tak ada separuh berat badannya membuatnya seperti hanya menenteng tas kerjanya.
"Ssshhhh... Daddy di sini..." ucapnya berbisik.
Tubuh Lody yang terlanjur lelah sering kali membuat tidurnya tak nyaman, tiba-tiba merengek dalam tidurnya adalah hal yang biasa.
"Ngghhh...Daddy..."
Don membawa tubuh itu kembali ke dalam ruangannya, ia membuka laci meja kerjanya paling atas dan mengambil sebuah pacifier dan memasukkannya dalam mulut Lody. Mulut kecil itu mengecap beberapa kali dan kembali tertidur.
Don masih menimang tubuh itu beberapa saat, hening mulai meraja dalam ruangannya. Lody tertidur pulas.
Bibi Lee masuk dengan hati-hati meletakkan sebuah keranjang kecil berisi piyama dan kaus kaki baru. Ia juga menyiapkan handuk hangat untuk menyeka tubuh Lody.
Don perlahan merebahkan tubuh mungil itu pada tempat tidur miliknya dan mulai membersihkan tubuh malaikat kecilnya.
"Bibi, bisa buatkan aku mie rebus? Dengan telur..." ucap Don lirih.
Bibi Lee tersenyum dan mengangguk.
Perempuan paruh baya itu meninggalkan Don yang sedang membersihkan tubuh Lody dan bergegas menuju dapur.
Malam itu Don menghabiskan dua bungkus mie instan dengan lima telur dan beberapa potong sosis, meninggalkan Lody yang berlarian mengejar kupi-kupu kuning dalam tidur lelapnya.
.
.
.
.