15

32.8K 625 4
                                    

Siang itu Don melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan besar berisi beberapa orang, sebagian ia mengenalnya dengan baik sebagian lagi orang-orang baru. Ia mengenakan setelah kaus berkerah, celana jeans dan sepatu keds berbeda dengan beberapa orang di dalam yang menggunakan setelan jas.

"Don!" suara dari meja tujuh belas, seseorang melambaikan tangannya pada Don dan disambut dengan anggukan oleh Don.

"Dimana Lody? Tidak ikut? Lucia ada di belakang sejak pagi cerewet ingin bertemu Lody..." ucap Brian.

"Sejak kapan aku membawanya kemari? Kalian akan menerkamnya jika aku membawanya kemari" ucap Don santai.

"Masih posesif kau ini... tentu aku tidak akan melakukannya. Lucia akan memotong penisku jika aku berselingkuh" tutur Brian.

"Ide bagus" jawab Don sambil terkekeh.

Sebuah acara yang sebenarnya dihabiskan dengan berbincang-bincang itu dilakukan setiap satu bulan sekali. Hanya obrolan basa basi yang dilakukan Don dan teman-temannya, sebagian dari mereka membahas bisnis dan tidak sedikit yang membicarakan gaya hidup mereka yaitu menjadi seorang dominan.

"Apa kau tidak ingin bertukar dengan Celine?" ucap Gustav pada Don yang sedang asyik bicara tentang gaya bercinta yang baru dengan Brian.

"Tidak, aku tidak pernah tertarik dengan ide bertukar atau meminjam pasangan. Lody lebih dari cukup..."

"Kau lihat Celine? Dia bisa merobohkanmu dengan pantatnya..." suara tawa Gustav terdengar memuakan.

"Aku tidak ingin dirobohkan, jangan menghina dirimu sendiri..." ucap Don sambil menggoyang gelas winenya perlahan.

"Berapa harga yang bisa kau tawarkan untuk aku mencoba permainan dengan Lody? Semalam atau mungkin jika kau berbaik hati seminggu?" ujar Gustav ringan.

Suara Gustav yang didengar meja di sekitar meja Don dan Brian membuat mereka menghentikan pembicaraan mereka. Membuang pandangannya ke arah meja bundar dengan hiasan pita berwarna merah di tengahnya.

"Jangan bicara sembarangan! Kau ini benar-benar!" hardik Brian.

"Aku hanya menawar saja Brian, tidak ada yang lain... Celine akan pergi liburan minggu depan, aku kesepian" ucapnya sambil terkekeh.

Don hanya mengangkat kedua alisnya lalu tersenyum tipis. Brian dan beberapa orang di sana telah mengenal Don dengan cukup baik, mereka tahu siapa Don dan hal apa saja yang bisa ia lakukan jika kepunyaannya diusik.

"Kita tidak membahas ini Gustav!"

"Aaah... mulut si tua ini benar-benar!"

Beberapa orang terlihat mulai berdiri, mengepalkan tangan mereka bersiap menghantamkan kepalannya pada Gustav. Sementara Don masih duduk dengan santai, menyesap winenya sedikit demi sedikit.

"Perempuan kecil yang kau pungut panti asuhan itu berapa harga yang kau inginkan? Jangan terlalu mahal, dia tidak cocok..." sekali lagi Gustav berbicara dengan nada tingginya.

Brian menutup matanya erat-erat, menyambar Lucia dan mendekapnya erat. Terdengar suara pecahan entah botol atau gelas yang terbentur lantai, suara gemuruh dan erangan menjadi satu.

"Om Don uwaaa uwaaa daddy...waaa" ucap Lucia dari balik bahu Brian.

"Tidak baik, tidak baik...jangan lihat!" ucap Brian sambil menjitak kepala perempuan kecilnya.

Sejenak ruangan yang awalnya ricuh menjadi hening meskipun beberapa orang masih mengeluarkan suaranya. Terdengar seseorang mengaduh di lantai, Gustav terkapar.

Don berdiri dengan terengah, tangannya mengepal keras dan matanya menatap dengan nyalang. Gustav berada tepat di bawah kakinya, darah segar mengalir deras dari hidung dan sudut bibirnya.

Satu hantaman terakhir dari kepalan tangan Don berhasil membuat Gustav meringkuk tak bergerak. Don menyambar ponselnya tergeletak di atas meja.

"Anggap aku berbaik hati kali ini, lain kali akan ku sobek mulutmu" ucap Don lalu pergi meninggalkan ruangan dan disusul dengan Brian mengekorinya.

Don masih ingat bagaimana Gustav dan beberapa kenalannya menganggap ia memperbudak Lody atau sebut saja menjadikan Lody pelacur kecil untuknya yang siap dipakai kapanpun ia mau. Di luar yang mereka ketahui memiliki perempuan seperti Lody bukan hal yang mudah untuk dilakukan, ia harus melakukan 'deal-deal' untuk dapat bertahan dengan hubungan mereka.

Don harus berhenti menyentuh Lody jika memang Lody tak mengizinkan, tak menginginkannya meskipun nafsunya sudah hampir meledak di ubun-ubun. Ia harus berdamai dengan kondisi-kondisi sulit, seperti Lody yang tiba-tiba masuk ke kamarnya menangis meraung-raung hanya karena pita kesayangannya hilang atau berdamai dengan kondisi saat Lody datang bulan dimana semua serba salah dan tentu saja Don adalah korban utama.

Don berbeda.

Ia akan menempatkan dirinya ditempat yang seharusnya. Setiap malam ia harus mengusap kepala Lody sebelum perempuan itu tidur, mengenakannya kaus kaki dan sebagainya. Ia juga harus menghabiskan waktu luangnya dengan membujuk Lody agar tak lagi menangisi hal-hal sepele. Bahkan ia memasang alarm agar ia tak lupa menghubungi Lody, ia tak mau Lody merasa sendirian.

Jika seseorang menganggap Lody hanyalah boneka untuk permainan di atas ranjang, mereka salah besar.

.

.

.

.

.

Don membanting pintu kamarnya dengan kencang, membuang jam tangannya dengan sembarangan, melampiaskan emosinya yang tertahan. Ia melangkahkan kakinya menuju meja lebar dan langkahnya terhenti saat menemukan perempuan kecil itu berada di lantai.

Perempuan itu tertidur di atas kertas gambar, masih memegang krayon berwarna merah sementara matanya terpejam lekat.

Don membereskan beberapa krayon yang tercecer lalu mengangkat tubuh Lody dan menggendongnya. Perempuan itu mengusak kepalanya pada leher Don lalu bergumam tak jelas dan kembali terdiam.

Sebuah pelukan erat dan hangat menutup tubuh Lody sore itu. Nafasnya begitu teratur, rambutnya yang berantakan mungkin karena digaruk atau diusak beberapa kali.

Don menggendongnya keluar dari kamar tidurnya, menuruni anak tangga sembari menahan tubuh Lody.

"Tidak dibangunkan?" ucap Bibi Lee.

"Nanti saja, apa dia sudah mandi?

"Dia sudah berendam berjam-jam tentu sambil bernyanyi lagu dari idol kesukaannya" tutur Bibi Lee sambil meletakan kue almond di atas meja.

"Jika tidak bernyanyi berarti aku dalam masalah..." Don berkelakar.

Bibi Lee tertawa terkekeh sembari mengeluarkan kue almond yang baru matang dari oven. Aroma kue almond yang baru matang mengusik tidur Lody, ia melepas ibu jarinya dari mulut dan bergumam...

"Daddy belikan aku kue itu..."

Don tertawa tertahan dan Lody kembali terlelap.

Our SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang