Intermezzo¹

14.2K 248 25
                                    

Halo teman-teman!

Aku penulis cerita ini, Key.
Kali ini aku akan menghadirkan sebuah intermezzo bagi teman-teman semua, hal ini sekaligus akan menjawab beberapa pertanyaan teman-teman.

Part ini akan berisi percakapanku dengan Don dan Lody, aku membuat ini untuk memberikan informasi mengenai tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita ini.

Semoga kalian suka ya!

-----------------------------***-------------------------

Sore itu cukup cerah, matahari sedikit mulai menyisir langkahnya menuju barat. Aku saat ini berada di sebuah rumah besar, di sebuah area tempat tinggal yang cukup besar. Rumah ini sangat besar, terbagi atas tiga lantai. Setiap lantai disesuaikan dengan peruntukannya, lantai paling bawah adalah gudang, garasi, tempat penyimpan wine dan perpustakaan kecil.

Lantai dua, terisi beberapa ruang tanpa pembatas. Ruang tamu, dapur, ruang makan, ruang santai serta ruang belajar khusus untuk Lody. Lantai dua ini berakhir dengan sebuah pintu tinggi yang menuju langsung ke taman belakang. Taman, mungkin bisa ku sebut lapangan saja karena luasnya tak jauh berbeda, terdapat sebuah ayunan dari kayu bercat coklat tua di sisi timur dan pohon-pohon pinus menjulang di sisi barat berbatas tepi dengan hutan.

Lantai tiga, aku tak banyak melihat ruangan. Hanya ada tiga, tertulis di pintu "Don" , "Lody" dan "Ruang Kerja" itu saja. Kamar Lody dan Don tak jauh berbeda, meskipun memiliki desain yang berbeda. Lody dengan tembok berwarna putih gading dengan warna-warna pastel menghias dindingnya. Sedangkan Don, kamar ini didominasi dengan warna hitam dan putih, kombinasi sederhana yang membuat ruangan itu justru sangat sempurna.

Bibi Lee, memberiku sebuah jus apel dingin dan beberapa kudapan. Ia adalah pengurus rumah ini, apapun yang terjadi ia akan selalu ada di sini. Ia juga yang merawat Don sejak ia pertama kali memutuskan tinggal sendiri, selanjutnya bersama Lody.

Paman Song menghampiriku, menjabat tangan. Ia berkata sudah cukup lama tidak bertemu denganku, aku mengiyakan. Kegiatanku di luar menyita waktuku sehingga aku menunda datang berkunjung.
Paman Song sendiri adalah seseorang yang bekerja untuk Don untuk menjaga Lody, tak mungkin membebani Bibi Lee lagi untuk mengawasi dan menjaga Lody.

Aku meneguk jus apel dingin itu sedikit, jujur saja itu terlalu enak dan aku tak ingin menghabiskannya.

"Keeeyyyyy!!!"

Suara mungil dan melengking itu mengagetkanku. Seorang perempuan mungil berlari menuruni tangga sementara pria di belakangnya melambaikan tangannya padaku. Don dan Lody.

"Kau bilang para pembaca penasaran dengan kami?" ucap Don sembari memelukku hangat.

"Ku pikir begitu, begini akhirnya aku bisa sampai di kediamanmu"

Seketika tempat itu menjadi wangi, aroma acid dari buat stroberi dan bercampur dengan vanilla lembut memenuhi ruangan itu. Harum tubuh Lody memang tak bisa ditandingi.

Don menggiring kami untuk duduk di beranda, menikmati kudapan dan minuman sembari berbincang. Don dan Lody lebih banyak bercerita, aku mendengarkan mereka.

"Aku bertemu dengan Lody di panti asuhan seperti yang kau tulis sebelumnya, usianya saat itu lebih dari tujuh belas tahun. Lalu aku membawanya ke rumah ini dan ia mulai kembali untuk bersekolah dan tentu saja mengambil beberapa kursus pribadi" tutur Don.

"Hm! Aku harus bersekolah lagi karena saat di panti asuhan pengelola panti menerapkan batas usia untuk sekolah karena banyak anak-anak di sana yang juga harus sekolah sehingga kami tidak bisa melanjutkan sekolah" imbuh Lody.

"Lalu kau menyutubuhinya setelah sampai di sini?" tanyaku terang-terangan pada Don yang kemudian disambut tawa panjang.

"Tidak...kau gila? Aku tidak berhubungan dengannya ketika ia sampai di sini. Butuh waktu sekitar hampir tiga tahun untuk kami bisa menyesuaikan diri satu sama lain...masa yang cukup sulit"

"Karena aku malu sekali bertemu dengan Daddy saat itu, aku tidak pernah tinggal bahkan sekedar bersinggungan dengan pria...dia yang pertama" terang Lody.

Aku tersenyum diantara mereka berdua, ini bukan sebuah hubungan yang tiba-tiba. Hubungan ini benar-benar terencana.

"Siapa yang sebenarnya menyukai gaya bercinta seperti ya...boleh kubilang itu BDSM..." ucapku.

"Hmmm...awalku aku pikir hanya aku, tetapi berubah ketika aku mengetahui Lody memiliki sisi masokis yang tidak pernah ku duga sebelumnya." jawab Don sembari membelai rambut Lody perlahan.

"Menyenangkan saat merasa sakit, uhm...mungkin ini berbeda dengan orang lain, tetapi itu enak." jawab Lody sembari tertawa.

"Kau dengar sendirikan?" ucap Don sambil tertawa.

"Kalian melakukan persetujuan sebelumnya?" tanyaku yang kemudian aku menyumpal mulutku dengan biskuit keju dengan butiran coklat di atasnya.

"Tentu, aku membicarakan hal ini sampai benar-benar matang. Aku jelaskan padanya tentang bagaimana gaya bercinta kami akan dilakukan, akibatnya dan semua detail yang dibutuhkan..."

"Kami membahasnya berhari-hari, membuat batasan-batasan yang harus aku patuhi dan Daddy patuhi juga..." ucap Lody.

"Seperti apa?" tanyaku.

"Seperti aku harus memakai kaus kaki sepanjang hari kecuali saat aku tidur atau aku tidak boleh memasuki ruangan yang dilarang Daddy untuk kumasuki seperti tempat penyimpanan wine dan ruang kerja..." terang Lody.

"Kaus kaki?" tanyaku heran.

"Hmm...tumit Lody adalah hal yang kusukai, bagiku hal itu tidak boleh dilihat oleh orang lain...jadi aku memutuskan ia harus memakai kaus kaki sepanjang hari" terang Don.

"Lody juga melakukan hal yang sama?" tanyaku.

"Iya, ia melarangku bertemu perempuan tanpa Maria atau Sam. Semua klien perempuan ditemui di kantor dan tidak ada perempuan selain yang tercantum di daftar pengunjung bisa masuk rumah ini atau aku tidak bisa mengganti parfumku jika ia tidak memintanya." ucap Don.

Lody tertawa, memarkan gigi kecil berderet yang rapi. Disambut Don dengan pelukan yang hangat.

"Kalian membuatku ingat sesuatu..." ucapku.

"Apa? Tentang kekasihmu?" ucap Don.

"Hey, tidak di sini kita bisa membahasanya!" Aku menghardiknya sebelum ia berhasil membocorkannya.

"Banyak pembacaku yang ingin bertemu dengan pria seperti dirimu... mereka berkata 'kapan aku bisa bertemu orang seperti Don???' Aku harus jawab apa?" tanyaku.

"Hmmm...banyak hal yang harus dipersiapkan jika mereka bertemu dengan orang sepertiku. Aku tidak bisa menjamin seseorang memahami betul mengenai gaya berhubungan seperti yang aku jalani dengan Lody..."

"Aku tidak paham dengan yang kau maksud..." ucapku.

"Seperti yang kau lihat, aku dan Lody melakukan sebuah hubungan yang sedikit berbeda. Aku berperan sebagai seorang dominan di sini, tentu tugasku bukan hanya berlaku di atas tempat tidur, tapi lebih dari itu..."

Ucapan Don berhenti saat Lody tiba-tiba berdiri, ia berpamitan. Seorang guru kursus melukisnya telah datang. Aku mempersilakannya, begitu juga Don.

"Aku menjadi kompas untuknya, menjadi pelindung dan orang nomor satu yang akan datang jika ia membutuhkan apapun. Termasuk hal-hal yang tak terduga, seperti memakai masker bergambar kelinci contohnya. Selain itu aku juga tidak bisa acuh dengan apa yang ia butuhkan, mencukupi semua kebutuhannya adalah hal dasar..." imbuh Don.

Belum ia selesai bicara, Don mengajakku berpindah tempat untuk berbincang.

"Kita harus ke ruang kerjaku" ucapnya sambil berjalan.

"Kenapa? Bukankah itu tempat terlarang?" cicitku sembari mengikutinya menaiki tangga.

"Seluruh rumah ini terbuka untukmu Key, selain itu aku harus mengawasi Lody lewat kamera pemantau dan itu terletak di ruang kerja..."

Aku hanya berdeham menyetujui ucapannya.

"Silakan masuk Key..."

Our SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang