Kepulan asap hangat menari-nari dari sebuah cangkir berwarna putih gading di atas meja kayu berukir kepala harimau.
Don melipat tangannya di atas dada, sesekali tersenyum melihat malaikatnya menari kesana kemari di tengah hujan. Kaki-kaki kecil Lody menginjak rerumputan, berkecipak dengan air bercampur tanah.
Rambut panjangnya terurai menepel di dahi, di pipi, di lekukan lehernya dan punggungnya. Tawanya meledak-ledak saat ia mengetahui kaki kecilnya menyenggol siput dan membuat siput itu terbalik, segera ia membalik siput lagi dan berlarian lagi.
Don masih ingat bagaimana Lody beberapa tahun lalu. Tubuhnya kurus, rambutnya kasar dan ia lebih suka diam dibanding bicara.
Disebuah acara amal, mereka dipertemukan.
Don tak melepaskan pandang darinya, meneliti setiap inchi perempuan kecil di hadapannya. Mata kelincinya yang hidup membuat Don memutuskan bahwa perempuan harus berada di dekatnya.
Seminggu berlalu perempuan itu tiba di rumah ini. Ia memakai blouse selutut, berwarna kuning pastel dengan gambar bunga mawar pada dadanya. Ia tak membawa banyak barang, hanya satu kopor berisi baju dan beberapa buku.
Saat itu Don menyambutnya seperti tamu, menanyakan apa yang Lody suka dan tidak suka, menawarkan kamar mana yang ia suka dan beberapa hal lainnya. Sedangkan perempuan kecil itu hanya menjawab
"Aku... terserah om saja" sambil terus menunduk.
Don tahu perempuan kecil itu mungkin kaget dan masih butuh beradaptasi dengan lingkungan barunya, terutama dengan kehadiran dirinya disana.
Saat itu Don memutuskan untuk menjaga jarak, mereka jarang bertemu. Mereka hanya bertemu untuk sarapan sebelum Lody berangkat ke sekolah, tetapi jika Don tidak pulang maka tidak akan ada pertemuan di antara mereka.
Don melakukannya berbulan-bulan hingga suatu hari ia mendapat sebuah pesan singkat.
Lody: Apa Om tidak pulang? Hari ini ulang tahun Om, kita harus tiup lilin.
Saat itu Don seketika menghubungi Maria, sekretaris pribadinya untuk membatalkan semua pertemuan dari sore hingga malam hari. Ia bergegas pulang. Hatinya menghangat, itu kali pertama ulang tahunnya dirayakan.
Setelah perayaan itu, Lody menjadi lebih terbuka pada Don. Ia sering mengirim pesan singkat menanyakan apa Don tahu cara menonton film di bioskop, bagaimana cara membeli baju di toko online, bagaimana cara memesan taksi saat Paman Song tidak bisa menjemput sekolah dan sebagainya.
Hingga suatu hari Lody pulang dengan basah kuyup karena ia nekat pulang dengan berjalan kaki dari tempat kursus ke rumah hanya karena ia lupa membawa dompetnya. Jujur saat melihat perempuan kecil itu, Don ingin sekali meledak. Bagaimana perempuan itu tidak menghubungi nya, tetapi Don tahu amarahnya akan membuat Lody ketakutan.
Don memanggil Bibi Lee, diperintahkannya untuk menyiapkan baju ganti dan handuk. Lalu membawa masuk ke kamar pribadinya.
Bibi Lee sempat berdiri sekian detik mencoba membaca situasi, Don tidak pernah mengizinkan siapapun masuk ke dalam kamarnya meski hanya untuk dibersihkan lalu Lody masuk dengan sepatu penuh air dan tanah, menetes di karpet lalu duduk di tempat tidur milik Don.
Tapi siapa yang bisa mengalah cinta? Bibi Lee pun berlalu.
Don mengusak kepala perempuan kecil itu dengan handuk hingga rambut sebahunya menjadi setengah kering. Sesekali ia berkata apakah ia menggosok kepala perempuan itu cukup keras, Lody hanya menggeleng.
Setelah selesai Don melepas sepatu Lody yang saat itu sudah seperti perahu karam. Penuh air.
"Tidak apa-apa..." ucap Don saat Lody tertangkap menarik kakinya dari tangan Don.