23

23.7K 545 17
                                    

Genap satu minggu berjalan Don tinggal di hotel, ia hanya pergi untuk bekerja dan menghadiri pertemuan bersama dengan perusahaan lain. Ia menghabiskan waktu untuk membaca atau sekedar berolahraga ringan.

Malam itu ia menuang bir dalam tiga gelas, ada pertemuan penting malam ini dan tentu saja Don akan menjadi tuan rumahnya. Tepat pukul sepuluh malam bel kamar hotelnya berbunyi, Don bergegas membuka pintu tanpa melihat siapa yang datang lebih dulu. Orang pertama yang ia undang tentu saja Sam.

"Tidak seburuk yang ku kira, hampir satu minggu aku tidak pergi ke kantor..." ucap Sam melepas jaket kulitnya.

"Bahkan ini bisa lebih buruk dari yang kau kira..."

Don melemparkan satu bundle kertas pada Sam, tidak lama kemudian Sam tersenyum hingga giginya yang rapi terlihat berjajar sempurna.

"Ku pikir kau akan diam saja, dimana Brian?"

Brian adalah tamu kedua malam ini. Don duduk di depan Sam dengan santai, menikmati bir dinginnya perlahan. Belum sempat ia meneruskan pembicaraan bel kamarnya berbunyi. Brian datang.

Pertemuan kali ini memang sedikit agak remeh, jika dibandingkan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Biasanya mereka akan membahas bagaimana minyak ilegal yang mereka beli bisa segera di pasarkan atau berapa banyak keuntungan yang  mereka dapat jika bisa menjual banyak barang selundupan ke pasar legal. Kali ini pertemuan untuk membahas siapa perempuan yang berani merusak hubungan Don dan Lody.

Don memutar gelasnya, menerawangnya pada bohlam lampu di atas kepalanya.

"Aku melepas banyak uang untuk kasus ini, aku harus tahu pada siapa Sharon kali ini bekerja..." ucap Don.

"Ku pikir kita tidak akan lama memancing, Sharon perempuan yang haus dengan uang...anak buahku akan bekerja dengan baik" ucap Brian sambil mengotak-atik ponselnya.

"Apa Nona baik-baik saja? Maria bilang padaku kalau beberapa hari tidak sekolah..."

"Dia baik, kuharap begitu. Dia mengirim pesan padaku untuk memberinya waktu hingga ia siap untuk bicara padaku"

Brian dan Sam menghela nafas, keduanya memahami bagaimana kondisi Don.

Ketiganya berbincang hingga pagi mulai menembus awan, sebuah rencana telah dibulatkan. Don menutup pintu kamarnya, merebahkan dirinya di atas ranjang yang dingin lalu ia terlelap.

.

.

.

.

.

Bibi Lee menggenggam jemarinya erat-erat sedangkan Paman Song mencoba menghubungi Don tetapi sudah lebih dari 30 menit tidak tersambung. Keduanya merasa seperti udara di sekitarnya benar-benar sesak, mereka butuh Don.

"Jadi kau kekasihnya?" ucap perempuan berbaju merah menyala siang itu.

Lody mengangguk lalu tersenyum, memamerkan giginya yang rapi.

"Kau masih kecil, apa kau pintar bermain di ranjang?"

"Mungkin belum, tetapi kata Don aku terbaik" ucap Lody sembari memotong daging steak di atas piringnya.

"Aku tahu kau sangat marah padaku, kau lihat ini bekas guci yang bersarang di pelipisku bahkan belum sembuh"

Siang itu Sharon membuat janji bertemu dengan Lody. Sebuah keputusan besar ia ambil ketika Sharon menghubunginya lewat surat yang dititipkan pada penjaga gerbang. Ia menyetujuinya dengan datang ke sebuah restoran kecil dekat pusat kota. Hari itu cuaca sedikit mendung, Lody memakai setelan celana jeans lalu ia padu dengan kemeja berwarna coklat muda dengan pita berenda di kancing atasnya. Rambutnya di urai bebas, hanya dihiasi jepitan rambut kecil berbentuk kuda untuk membuat rambutnya rapi.

"Ah...aku senang pecahan guci itu tidak menusuk mata indahmu..." jawab Lody ringan.

"Aku tidak yakin Don tidak bermain perempuan di luar...kau tampak seperti anak-anak yang pesakitan..."

Ucapan-ucapan Sharon terdengar begitu menyakitkan, tetapi ia tahu ular tidak akan pernah bisa berkata baik.

"Bermain perempuan pun, seleranya bukan sepertimu..." ucap Lody sembari menyeka sudut bibirnya.

"Ada banyak perempuan yang bisa ia ajak pergi...tapi mereka tidak pernah mendapatkan apa yang aku dapatkan." imbuh Lody.

"Aku tidak tahu apa yang Gustav inginkan dari Don tetapi jika ia berani menyentuh kehidupanku dengan mengirimmu pada Don lalu berharap segalanya akan hancur...sebaiknya kau beritahu padanya untuk pergi berlibur segera mungkin sebelum Don tahu siapa di balik keusilan kalian..."

Lody memandang mata Sharon yang bergetar, ia tak pernah menyangka akan melakukan hal seperti ini sebelumnya. Tetapi ia punya harga diri dan tentu saja hak untuk mempertahankan hubungannya dengan Don.

Sharon terdiam, daging sapi kualitas terbaik itu seperti menyekat jalan udara di tenggorokannya. Perempuan di hadapannya begitu ringan mengatakan segalanya, Sharon tidak pernah tahu Lody memiliki keberanian sebesar ini.

"Kau heran padaku?" Lody kembali memasukan sepotong daging dalam mulutnya, mengunyahnya perlahan dan menelannya.

"Untukmu...aku pikir jumlahnya akan jauh lebih banyak dibandingkan jumlah yang diberikan oleh Celine padamu. Pergilah berlibur sesegera mungkin..." imbuh Lody sembari menyerahkan sebuah amplop berwarna putih berisi uang dan tiket pesawat terbang.

"Kau mengancamku?!" bentak Sharon.

"Dalam dua hari Don akan menghabisi Gustav, tentu hari berikutnya bisa saja kau yang dihabisi...jika kau benar mengenal Don, kau akan tahu bagaimana jika ia sedang marah..."

Sharon sontak berdiri, menyambar amplop putih itu lalu bergegas meninggalkan restoran itu. Tampak dari dalam restoran ia berlari menyebrangi jalan raya lalu pergi menggunakan mobil sedannya.

Bibi Lee dan Paman Song yang sedari tadi menunggunya di depan restoran menghambur keluar, memasuki restoran itu dan duduk bersama Lody.

"Paman, Bibi pesanlah sesuatu selagi kita di sini..." ucap Lody yang kembali memasukan daging ke dalam mulutnya.

"Apa Nona baik-baik saja? Apa ada yang terluka? Apa dia mengancammu?"

Serentetan pertanyaan Paman Song ucapkan padanya, Lody hanya tersenyum dan menyerahkan buku menu padan merak berdua. Jika saja ia bisa, ia ingin menangis, menjerit dan meraung saat itu juga. Hatinya bergemuruh kencang, jika saja ia tidak memegang pisau dan garpu di tangannya kedua tangannya akan bergetar menghadapi Sharon hari itu tetapi itu tak boleh ia lakukan, menghadapi Sharon ia tak boleh lemah.

Ponselnya berbunyi, sebuah pesan masuk. Lody membacanya perlahan dan tersenyum.

✉️ Don: Kau sangat cantik hari ini, jepitan kuda di rambutmu terlihat cocok. Kirimkan bill restoran itu padaku...aku mencintaimu!

"Kalian juga harus minum ini, bantu aku menghabiskan wine ini..." ucap Lody yang kemudian menuang cairan itu pada dua gelas milik dua orang di depannya.

"Baik Nona!" jawab mereka serempak.

Rintik hujan tiba-tiba turun, membasahi kaca restoran itu. Dari tempat duduknya ia bisa melihat seorang pria melambaikan tangannya lalu berlari bergegas meninggalkan jalanan dengan memacu mobilnya kencang.

Our SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang