Don membuka almari kaca di sudut ruangan, mengambil beberapa amplop berwarna hitam dan sebuah album foto. Ia berjalan ke arahku, tersenyum seperti biasa.
Don menunjuk sebuah layar berukuran 10 inchi, terdapat 4 sudut pandang yang berbeda dan seorang perempuan mungil sedang melukis di sana. Perempuan itu tampak serius didampingi oleh pelatihnya.
"Aku mengawasinya lewat kamera pemantau, ku buat kamera itu sekecil mungkin sehingga tidak akan ketahuan..." ucap Don yang kemudian duduk di hadapanku.
"Seperti ini..."
Don membuka salah satu amplop yang telah ada di atas meja, mengeluarkan beberapa lembar kertas. Aku membacanya sekilas, berisi semua perjanjian dalam hubungan di atas ranjang, tentang bagaimana jadwal sekolah dan kursus Lody dilaksanakan juga tentang makanan dan minuman yang bisa dan boleh ia konsumsi.
"Seseorang harus bersiap hidup di bawah telapak tangan seorang dominan, maksudku jika pembaca menginginkan sebatas apa yang terjadi di atas ranjang...itu akan menyulitkan mereka nantinya..." kata Don dengan seksama.
"Banyak hal yang harus dibicarakan dan disiapkan, mentoleransi bebebrapa hal tentu menjadi dasar dari perjanjian seperti ini..." imbuhnya.
"Lody tak pernah melanggar semua ini?" tanyaku sembari membolak-balik kertas perjanjian itu.
"Lody melanggar adalah hal biasa, seperti diam-diam membolos sekolah lalu pergi ke pusat game online atau melepas kaus kaki lalu berlarian di dekat danau lalu pulang dengan tangisan karena kakinya terantuk batu..."
Don tertawa, matanya seketika menyipit saat tertawa.
"Lalu bagaimana denganmu?" tanyaku.
"Aku mencoba menaati semua yang tertulis di sana terkecuali jika ada hal-hal yang tidak terduga. Tetapi Maria akan menghubungi Lody dan mengatakan situasinya..."
Aku mengangkat alisku dan tersenyum padanya. Don menghela nafas panjang saat itu, ia memang tak bisa banyak bercerita tentang hal macam ini pada banyak orang. Mungkin ini akan jadi sesuatu yang baik untuknya jika bisa bicara dengan orang lain.
"Di luar sana, kau tahu banyak pria melakukan kekerasan pada pasangannya dengan mengatasnamakan BDSM. Padahal tidak ada sangkut-pautnya..." ucap Don sembari menyalakan rokoknya.
"Memukul pasangan terlebih perempuan diluar kesepakatan dan tanpa ada tujuan tertentu adalah kriminal" ucap Don serius.
"Para perempuan harus berhati-hati soal itu..." ia menambahkan.
Aku tersenyum, kenyataannya memang demikian. Di luar sana banyak pria-pria yang tidak memahami mengenai gaya hubungan BDSM, berfikir bahwa melakukan kekerasan adalah bagian dari sebuah gaya padahal tidak dan hal itu berujung pada kekerasan seksual.
Mata Don beralih ke layar di sampingnya, mengamati Lody yang berada sedang melukis.
"Kau menyayanginya?" ucapku.
"Key, kau adalah orang pertama yang tahu bagaimana perasaanku padanya bukan?"
Aku tertawa.
"Bagaimana pekerjaanmu? Ku dengar kau berpindah rumah sakit?"
Aku mengangguk dan menggoyang pelan gelas berisi jus apel yang mulai tak dingin.
"Aku ingin melakukannya dengan lebih santai, kau tahu tinggal di rumah sakit selama dua puluh empat jam itu memuakkan..." cicitku.
"Aku hanya bisa berharap kau baik-baik saja, menjalani hidupmu dengan baik. Para pembacamu terkadang marah padamu karena kau terlambat menulis soal aku dan Lody, begitu bukan?"
Aku mengangguk sekali lagi.
"Aku mencoba yang terbaik yang aku bisa..."
"Tentu, santai saja... lakukan apa yang kau suka."
Don mematikan layar di hadapannya. Membuka sebuah album foto, di sana aku melihat Lody dan Don mengabadikan dirinya masing-masing, terkadang berdua dengan semua ekspresi yang mereka punya.
"Berapa usiamu sekarang?" tanyaku tiba-tiba.
"Empat puluh lebih, belum sampai lima puluh..." jawab Don ringan.
Aku mengangguk dan tersenyum padanya.
Malam itu Don memperlihatkan banyak foto-foto Lody saat ia pertama kalinya datang ke rumah ini, saat pertama kali ia kembali bersekolah dan pertama kali ia menangis karena siku tangan kanannya terkena cabang pohon berduri.
"Key harus lebih sering kemari..." ucap Lody diantara denting piring dan garpu.
Malam itu kami bertiga menikmati makan malam bersama. Menu kali itu adalah köttbullar dengan tambahan kentang tumbuk dan beberapa sayuran rebus, Don juga mengeluarkan wine yang dikemas pada tahun 1980, sebuah kombinasi yang pas di lidahku.
"Sudah kusiapkan beberapa botol wine untukmu..." ucap Don.
"Kau berlebihan..." balasku sembari menusuk bulatan daging di atas piringku.
"Tidak, Key harusnya bisa mendapat lebih dari itu...aku sudah membeli beberapa pernak-pernik juga baju, sepatu dan banyak topi dari Barcelona. Aku kirim setelah semua barangku selesai dibongkar hm?" ucap Lody.
Aku membalasnya dengan senyuman lebar dan usapan pada punggung telapak tangan kirinya. Kulitnya begitu lembut, perempuan mungil itu benar sungguh cantik.
"Lody, para pembaca ceritaku berkata kau lucu..."
Aku melirik Don, ia tersenyum.
"Hm? Aku?" ucap Lody terkejut.
Aku mengangguk, mengiyakan apa yang ia dengar.
"Mungkin aku tidak lucu tetapi bodoh saja...atau polos? Maria sering bilang begitu..." jawabnya.
"Kau tidak bodoh sayang...kau menggemaskan" sahut Don.
Lody mengangkat bahunya, tanda ia sendiri tak tahu apakah dirinya lucu, bodoh atau polos. Aku dan Don tertawa melihat mimik wajahnya.
Seusai makan malam aku berpamitan, Lody memelukku sangat erat sebelum Don memelukku. Mereka mengantarkan aku hingga aku menutup pintu mobilku, Don bahkan memastikan aku menempatkan hadiah pemberiannya dengan tepat di sisi kananku.
Mereka melambaikan tangan hingga gerbang tinggi berwarna hitam itu tertutup. Menyusur jalanan di area tempat tinggal Don yang dihiasi lampu-lampu terang di kanan dan kirinya. Tak jauh aku melihat kepulan asap dari sebuah rumah berbahan batu, lampu depannya berpendar lembut.
"Pablo dan Gisella pasti sedang menyiapkan makan malam..." cicitku.
Sebuah mobil sedan berpapasan denganku, pria di dalam mobil itu membuka kaca mobilnya.
"Oh Key!"
"Saaamm!"
Pekik kami berdua setelah memutuskan untuk berhenti, aku berbincang dengannya sebentar kemudian berpisah karena ia harus mengantar dokumen perusahaan pada Don.
Aku melajukan mobilku lebih cepat, langit malam semakin menghitam.
"Terimakasih Nona, semoga perjalanan pulang anda menyenangkan..." ucap seorang penjaga gerbang.
Aku mengangguk, ku injak pedal gasku kembali.
Don dan Lody adalah bagian dari diriku, mereka bertumbuh bersamaku dan selamanya akan selalu begitu.
Key.