47

10.3K 356 51
                                    

Lody tersadar dari lelapnya, tubuhnya terasa nyeri dibeberapa bagian. Kedua tangannya terikat kuat dengan sebuah tali, hampir mati rasa. Ia tersadar tetapi seluruh pandanganya gelap, ia mencoba mengembalikan kesadarannya secara total dengan cepat.

Di kamar mandi. Di bekap, air dan kepalanya dipukul dengan tongkat baseball lalu beginilah ia sekarang.

Suara riuh teriakan, hentakan pada pintu utama dan suara gemericik air bercampur memenuhi indera pendengarannya. Salah satu suara ia cukup mengenalinya, itu Lucia - memekik memanggil namanya. Lody tak ingin bergerak atau bersuara, ia hanya ingin laki-laki di dekatnya tak tahu bahwa ia telah bangun dari pingsannya.

Kepalanya terasa sangat pening, aliran air bercampur dengan anyir darah melewati tubuhnya. Lengan, pipi, betis hingga ujung-ujung jarinya serempak merasakan perih. Ia tak tahu apa yang sudah laki-laki ini lakukan.

Aku telanjang!

Dalam hatinya memekik kencang, air mata mulai terasa hangat membasahi kain penutup matanya.

Seseorang mencoba mendobrak pintu kamar mandi itu, berkali-kali tetapi berkali-kali juga laki-laki di dekatnya menahannya hingga usaha itu gagal.

Laki-laki itu menghampirinya, derap langkahnya mendekat. Ia tak duduk, tetap berdiri, mengeluarkan suara-suara menggelikan dan tak lama cairan menjijikan itu mendarat tempat di dada, kaki dan wajah Lody.

Laki-laki itu tertawa.

Kiv?

Lody akhirnya mengenali suara itu. Laki-laki yang sengaja membuat Don murka itu kini menyekapnya dan melecehkan dirinya.

Dada Lody semakin sesak. Tangisan, umpatan, marah, sedih, perasaan terhina ia tumpuk menjadi satu dalam dadanya dan berakibat turunnya kesadaran miliknya sekali lagi. Dalam ambang kesadarannya ia mendengar Lucia memanggil namanya berulang kali hingga tiba-tiba pintu itu terbuka dengan sangat kencang.

.

.

.

.

.

"Brengsek!" ucap Don sembari meremas kemudinya, menambahkan tekanan pada pedal remnya.

Don meraih revolver miliknya yang ia simpan rapat di nakas setelah mendengar suara tangisan dari Lucia di ujung telepon. Perempuan kesayangannya dalam bahaya dan ia bersumpah ia tidak akan mengampuni siapapun yang menyentuh miliknya.

Mobil Don melesat cepat menembus kota, mengacuhkan semua makian pengguna jalan raya yang hampir mati tertabrak olehnya. Brian dan James juga turut serta mengekor mobil sedan berwarna hitam itu dengan cepat.

"Hubungi Leo, minta ia siapkan tempat untuk membuang jenasahnya" ucap Brian tegas dan segera disusul oleh James yang mengikuti perintah Brian.

Brian menekan beberapa tombol pada ponselnya dan segera terhubung dengan Lucia.

"Papi kumohon cepatlah!!! Tidak ada suara Lody dari dalam!!!" pekik Lucia.

"Kiv mengunci pintu ini dengan sesuatu kami tidak bisa mendobraknya!!" tambah Lucia.

"Kami segera sampai" balas Brian yang kemudian menutup sambungan teleponnya.

"Kau bawa bahan peledaknya?"

"Tentu, mari kita berpesta!!!" pekik James senang.

.

.

.

.

.

"Hm?"

Our SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang