"Kau baik-baik saja?" suara teman kursus Lody membuyarkan lamunannya.
"Ng? Aku baik-baik saja...ada apa?"
"Kau melamun sepanjang kelas"
"Tidak, aku mendengarkan meskipun terlihat melamun" jawab Lody diselingi dengan tawa kecil.
Sore itu terasa berjalan sangat lambat, bahkan ia beberapa kali menengok keluar jendela untuk memastikan Paman Song tidak datang terlambat. Lody bahkan hampir saja terkena tegur karena tidak fokus dan tertangkap beberapa kali menengok keluar.
Ia juga menolak ajakan teman-temannya untuk pergi ke minimarket untuk ngobrol dan menikmati beberapa kudapan. Ia hamya ingin segera pulang dan menyiapkan permainannya dengan Don. Ia mengetukan kakinya pada trotoar, jika bisa ia akan berlari saja ke rumah karena lagi-lagi Paman Song datang terlambat.
Jalanan dan waktu Lody selesai kursus adalah waktu yang sama dengan bubarnya kawasan perkantoran. Jalanan akan dipenuhi mobil dan transportasi umum dan Don sudah berpesan padanya bahwa Lody tidak boleh marah dengan Paman Song jika terlambat menjemput.
Lody tersenyum lebar saat mobil sedan berwarna silver itu berhenti di tepi jalan, ia berlari dan membuka pintu mobil itu dengan kencang.
"Ayo pulang!" ucapnya dengan senang.
.
.
.
.
.
"Bisakah kau tidak mengetukan pena lagi? Aku tahu ini memakan waktu tapi sudah kuatur agar tidak terlambat" bisik Maria pada Don yang duduk di sebelahnya. Don meliriknya dan tertawa tipis.
Pertemuan dengan calon penanam modal akan selalu memakan waktu, bukan alot hanya saja basa basi yang tidak penting harus diperpanjang agar mereka mau menggelontorkan lebih banyak uang lagi dan lagi di masa depan.
Selesai pertemuan Don bergegas pergi, menolak tawaran untuk makan malam, menolak untuk minum-minum dan ia hanya ingin segera kembali ke hotel. Don meninggalkan Maria, memintanya menggantikan dirinya untuk minum-minum atau basa basi lainnya. Ia tak ingin melewatkan waktunya bercakap dengan Lody, ia melepas dasi berwarna hitamnya dan serampangan memasukannya dalam tas bahkan ia meminta sopir taksi untuk mengemudi lebih cepat dari sebelumnya.
Sesampainya di hotel Don membasuh mukanya dengan hati-hati, memastikan bahkan tidak ada sisi yang terlewat. Mengganti setelannya dengan baju yang lebih nyaman dan setelahnya memilih untuk berbaring menunggu Lody menghubunginya.
.
.
.
.
.
"Selamat bersenang-senang!" ucap Lody sambil berteriak dan melambaikan tangan pada Paman Song dan Bibi Lee yang dibawa pergi oleh mobil taksi. Ia meminta kedua orang itu untuk makan malam dan pergi ke bioskop menonton film yang sudah mereka tunggu-tunggu. Tetapi sejujurnya Lody hanya ingin sendiri saja di rumah.
"Apa Daddy sudah pulang?" gumamnya.
Ia mengambil ponselnya dan mengetikan beberapa kata.
Lody: Apa daddy sudah selesai?
Di seberang sana Don menyambar ponselnya dengan cepat, mengetik beberapa kata lalu menekan tombol videocall. Ia harus menunggu beberapa waktu sampai perempuan itu mengangkat panggilannya.
Saat layar itu terbuka menampilkan seseorang yang berdiri di depan layar tanpa memakai sehelai kain, Don menelan air liurnya. Lody bergerak, berputar-putar dan melepas kaus kakinya.