5

72.6K 941 7
                                    

Sejak dini hari Don sudah berada di ruangannya, ia membuka tirai kaca tempat ia bekerja selebar mungkin. Di luar masih gelap, matahari mungkin masih tidur saat itu.

Sesekali ia memijat pelipisnya, mengerang, meneguk kopi hitam yang entah sudah berapa cangkir ia habiskan.

Nanti malam perusahaannya akan mengikuti evaluasi global, yang artinya ia akan bertemu dengan para petinggi perusahaan lain dari luar negeri. Ia tak ingin perusahaannya mendapat malu, ia bekerja keras bersama dengan timnya untuk hari itu.

Pukul dua pagi ponsel itu akhirnya berhenti bergetar, serentetan pesan, puluhan panggilan tak terjawab terpajang di layarnya. Don meletakkan ponselnya di sofa, ia tak ingin diganggu atau ia tak ingin mendengar Lody mengamuk di sebrang sana karena ia pergi tanpa berpamitan.

"Saya akan urus sisanya Bapak bisa beristirahat lebih dulu, saya pesankan makan pagi" ujar Maria sembari merapikan beberapa berkas.

"Baiklah, pastikan Paman Song mengantar Lody ke sekolah pagi ini. Ia harus ke sekolah tidak ada alasan" ucapnya sambil merebahkan punggungnya di atas sofa dan memejamkan mata.

"Baik" jawab Maria singkat, yang kemudian berlalu meninggalkan Don.

Don membuka pesan yang ditinggalkan Lody untuknya, ia tersenyum kadang tertawa geli.

"Daddy tidak pulang? Akan kukirimkan tenda ke kantor!"

"Tidak pulang? Aku sedang makan permen asam :p"

"Aku akan menjadi singa kalau Daddy tidak pulang!"

"Singa sudah mengamuk!!"

Di akhir tahun seperti ini kadang ia ingat bagaimana Lody dulu. Ia sempat menolak saat Don menawarkan untuk merayakan pesta akhir tahun dengan melihat kembang api di kantornya. Kantor Don merupakan salah satu gedung tertinggi di kota tersebut, dari jendela kaca lebar itu kita bisa mendapatkan city view yang terbaik, jika bergeser kita akan melihat perbukitan dan sungai yang lebar di negara itu. Pesta kembang api biasanya dilakukan oleh beberapa perusahaan sekitar, kembang api akan muncul bergantian dengan indah.

Don tak memaksa. Tahun pertama ia habiskan menonton Home Alone bersama Lody yang tertawa sampai perutnya kram.

Ditahun berikutnya Lody menyetujui dengan syarat ia tak ingin siapapun ada di kantor. Jujur ia tak ingin teman atau bahkan karyawan Don mengetahui keberadaannya, ia berfikir bahwa ia bukanlah siapa-siapa. Lody juga takut membayangkan banyak karyawan akan berbisik-bisik di belakang punggungnya sama seperti saat si miskin memasuki kantor si kaya di drama yang ia pernah lihat.

Don mengabulkan permintaannya dan saat itulah Don tahu bahwa Lody tidak pernah melihat pesta kembang api sebelumnya. Lody melompat-lompat, mulutnya ternganga, poni yang berada di atas dahinya naik dan turun.

Ditahun itu Don berhasil mencuri kecupan kecil di pipi Lody yang dibalas dengan tangisan.

Ditahun berikutnya pesta akhir tahun dihabiskan di sofa dengan lenguhan hingga menjelang pagi.

Don terkadang merasa bahwa ia keterlaluan. Membawa Lody dari panti asuhan, bukan membesarkannya dengan baik justru menggaulinya. Tetapi jika ia bisa menjelaskan lebih banyak, ia tak tahu bagaimana ia mulai tertarik dengan perempuan itu dan merasa ia harus memilikinya, harus membuatnya menjadi miliknya dan tentu saja ia tak ingin berbagi dengan siapapun.

Ting!

"Aku sudah di sekolah, aku akan jadi anak baik hari ini sampai tiga hari ke depan. Daddy cepat pulang...(。•́︿•̀。)"

Don: "Janji padaku, setelah ini selesai kita akan pergi berlibur"

Lody: "Baik, jangan berbohong...usia Daddy bertambah 10 tahun jika berbohong"

Don tersenyum. Ia memejamkan matanya dan tertidur.

Our SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang