"Aaagghhhh..."
Don melenguh dalam saat kejantanannya berhasil menerobos masuk ke dalam tubuh Lody. Perempuan itu tergantung di hadapannya, keringatnya bercucuran, sesekali merintih karena tangannya terasa sakit.
Pipi kanan dan kirinya terasa panas, ia melirik ke arah cermin dan kedua sisinya memang terlihat sangat merah. Rahangnya juga sedikit ngilu karena cengkraman dari Don yang kencang, lehernya sedikit perih karena mungkin bekas kuku Don tertancap di sana dan dialiri oleh keringat.
Benda panas dan keras itu menusuknya, berkali-kali tetapi tak sampai menyentuh titik terdalamnya, mungkin karena posisinya berbeda. Don terus mendorong tubuhnya, membuat kejantanannya menghujam liang Lody berkali-kali.
"Mmmhhhh!!! Aaahhh!!!"
Lody meremas bahu milik Don saat tiba-tiba Don mengangkat kedua kaki kecilnya dan mengaitkannya pada pinggangnya. Pinggang kecil Lody dipeluknya erat, mengunci seluruh suara dengan mulutnya.
"Mmmhhhh....!!"
Dorongan Don semakin menggila, kali ini sesekali benda keras itu mengenai titik kenikmatan Lody. Jujur Lody berusaha mengejar tetapi rasa sakit di lengannya tak bisa membuatnya meneruskan itu.
"Aku tak pernah suka dibantah! Kau tahu itu! Jalang kecil!"
Don memaki Lody yang disusul dengan gigitan kencang pada bahu perempuan kecil itu. Lody menggelengkan kepalanya kencang di hadapan Don.
"Aahhh Daddyy... mmhhhhh!! Maaafkan...sshh aahhhh teruskaann aahhhhh"
Tak jelas apa yang ingin ia katakan tetapi kejantanan Don yang berada di dalam tubuhnya adalah hal paling ia suka, ia tak tahu bagaimana benda itu begitu membuatnya terlena.
"Aahh... aahhh..."
Don terus memompa dibarengi dengan mencengkram lengan Lody, mencekiknya, memukul kedua pantat sintalnya terkadang ia meludahi Lody agar perempuan itu semakin cepat mengejar puncaknya.
"Aaaggghhhhhhh!!!"
Lody memekik saat puncaknya meledak, Don menarik dirinya, menarik kejantanannya keluar dari liang. Mengambil langkah mundur beberapa langkah, menyaksikan perempuan kecil itu tersengat dengan dirinya sendiri. Tubuhnya bergerak, bergetar, cairan tubuhnya mengalir di antara kaki-kakinya.
"Aaagghhhh!!"
Lagi, puncak itu meledak lagi. Kali ini lebih hebat, Lody benar-benar bergetar, ia mendongakkan kepalanya, menjerit-jerit, buah dadanya yang memerah naik dan turun dengan cepat. Nafasnya tersengal berburu dengan kewarasan yang ia inginkan.
Don menunggu puncak itu mereda, sesaat setelah Lody kembali pada kewarasannya ia melepas tali yang tertaut di tangan malaikat kecilnya. Menegakkan badannya meskipun kakinya lemas. Lody mencoba berdiri, membuka mata dan menyambut ciuman Don dengan beringas.
Entahlah tubuhnya terasa sangat lemas tetapi ia masih ingin melakukannya lagi dan lagi. Lody merasa ada sesuatu yang harus diledakan dalam tubuhnya. Ia tersenyum dalam ciuman panjang itu saat ekor matanya melirik di cermin, ikat pinggang kesukaannya melingkar manis di lehernya.
Rasa dingin menjalar lewat telapak tangan mungil Lody, beriringan dengan lututnya yang merasakan dingin yang sama. Don berdiri di sampingnya, menarik ikat pinggang yang tertaut di leher Lody yang membuatnya merangkak kemana pun Don bergerak. Terkadang ia berhenti, membuat Don kesal dan menghentak ikat pinggang itu, rasa panas akibat gesekan kulit ikat pinggang dan kulit leher itu menjadi sensasi yang menyenangkan bagi Lody.
Don mendudukan dirinya pada sebuah kursi berlapis suede berwarna coklat kayu, membuka kakinya lebar dan menciumi bibir malaikat kecilnya dengan lembut. Ia menarik tengkuk Lody, membuat perempuan itu saat ini berada tepat di depan kejantanannya yang berdenyut. Tanpa perintah Lody melahap kejantanan Don, mengocoknya dengan mulut hingga air liurnya menetes membasahi dagunya yang mungil.