Pagi itu cukup mendung, langit tak berwarna biru seperti hari-hari sebelumnya. Lody yang baru selesai mandi mengusak rambutnya di hadapan Don.
"Boleh aku nanti makan siang di kantin saja?" cicit Lody.
"Hari ini akan ada kegiatan olahraga, mungkin untuk yang terakhir...jadi boleh, ajak Lucia juga" ucap Don.
Lody memeluk tubuh Don dengan erat, mengusak wajahnya tepat pada dada Don. Don segera menangkap pinggang ramping milik Lody, takut perempuan kecilnya jatuh karena berjinjit.
"Wangi sekali?" cicit Don.
"Aku mengganti lotion, harum sekali ya?" ucap Lody.
Don hanya mengangguk, mengecupi kepala sang malaikat kecilnya.
"Sepertinya akan pulang larut, ada gladi bersih untuk perpisahan lusa...aku akan segera pulang setelah semua selesai." imbuh Lody yang kini merapikan bajunya dan mengenakan cardigan berwarna biru tua dengan aksen garis putih pada kedua pergelangan tangannya.
"Biar Paman Song menunggu sampai selesai..." ucap Don.
Lody menggeleng.
Don pasrah.
Pagi itu Don melepas Lody pergi ke sekolah, hari terakhir sebelum pesta perpisahan dilaksanakan. Don memberikan kelonggaran pada Lody menikmati hari-hari terakhir bersama teman-temannya.
"Ada sesuatu?" ucap Don sembari menyuap sesendok sup ayam kental dengan potongan roti bawang di mangkuknya.
"Entahlah, aku mungkin terlalu khawatir..." ucap Bibi Lee.
"Dia akan baik-baik saja..." jawab Don.
Bibi Lee mengangguk, meneruskan pekerjaan di dapurnya.
Seusai menandaskan makan pagi Don kembali ke kamarnya, membersihkan badannya dan melakukan sisa pekerjaan yang belum selesai. Hari ini dia terlihat santai dengan pekerjaannya, Brian juga datang untuk melakukan rapat bersama.
"James tidak kemari?" tanya Brian sembari menyesap alkohol di hadapannya tipis.
"Mungkin setelah makan siang akan kemari..." jawab Don.
"Ku dengar malam itu kau menghadapi tikus kecil?"
"Eiihh...hanya anak laki-laki yang jatuh cinta dengan Lody lalu ingin menikahinya" jawab Don sembari membuat kepulan asap dari rokoknya.
"Cukup berani ku pikir, semakin hari kau harus semakin berhati-hati dengan para pemuda di luar sana. Kita tidak lagi muda dan anak-anak sedang memulai petualangan cinta mereka"
"Tetapi para pemuda di luar sana tidak punya apa anak-anak itu butuhkan, betul?" ucap Don menyeringai.
Brian tertawa.
"Kau pikir saja pemuda mana yang bisa melampaui kita? Kecuali memang dia anak raja"
"Kita juga jatuh bangun bahkan hampir mati berkali-kali agar bisa berdiri sekuat ini..." ucap Brian sembari memutar pena di sela jemarinya.
"Kau ingat bagaimana kita harus mencangkul ladang anggur milikmu yang brengsek itu...astaga jika aku ingat kenapa kita bodoh sekali saat itu!"
Brian tertawa lepas mengingat kebodohan mereka mencangkul ladang anggur sebelum ditanami dan membungkus anggur-anggur yang mulai muncul dengan plastik murahan lalu berakibat Brian rugi puluhan juta dalam kurun waktu enam bulan.
Begitu juga Don, gagal dalam beberapa proyek membuat hampir seluruh tabungan dan investasinya terkuras habis. Sedikit demi sedikit bangkit, mengais sisa-sisa tenaga dan kemudian berdiri kembali hingga besar seperti saat ini.