26

25K 477 16
                                    

Lody semakin erat menutup matanya saat sesuatu menyentuh pangkal tenggorokannya. Mulutnya begitu penuh, sesuatu menekan rongga mulutnya hingga ia kehabisan nafas.

"Nggghhhh!!!"

Semakin ia mengerang benda itu semakin cepat menghujam rongga mulutnya.

"Ngggghhhhhh!!!!"

"Aaaghhhh!!!"

Kali ini ia membuka matanya lebar, meremas bahkan menarik pelapis tempat tidurnya dengan kasar, ia tak bisa bernafas. Kejantanan Don menghujam tenggorokannya dengan dalam.

Lody terbatuk saat kejantanan Don keluar dari mulutnya, lendir dari air liur dan cairan milik Don menetes membasahi dagu mungilnya. Don memeluknya, mengecup bibirnya beberapa kali hingga perempuan kecil itu tenang. Deep throat kali ini benar-benar seperti mencabut nyawanya.

"Shhhh...gunakan kata-kata itu jika kau sudah tidak kuat lagi..." bisik Don.

Lody hanya mengangguk, mengusap mulutnya dan kembali dalam ceruk leher Don. Ia tahu tubuhnya terkadang menolak tetapi hasratnya tak bisa dicegah, ia ingin merasakan bagaimana tubuhnya memanas, mulai kehilangan kesadarannya karena tenggorokannya tersumpal kejantanan milik Don.

"Kau masih bisa?" tanya Don perlahan.

Lody mengangguk, Don mengecup lembut kening Lody. Don kemudian bangkit dan memposisikan Lody di depan tubuhnya terbaring miring. Don kembali memeluknya, menyembunyikan wajahnya pada ceruk tengkuk leher Lody.

"Kita akan lakukan ini pelan-pelan..."

Sekali Lody mengangguk, mempercayakan seluruh tubuhnya pada lelaki yang saat ini membuka pahanya perlahan dan menusukkan kejantanannya dengan begitu lembut.

Lody memeluk lengan tangan Don dengan erat, setiap kulit yang menyentuh otot kewanitaannya membuatnya merasa sangat dicintai. Don menarik lalu mendorong kejantanannya perlahan.

"Mhhh..."

"Kau suka?" bisik Don.

Lody mengangguk, tetapi perlahan dirinya ingin merasakan lebih dari ini. Ia ingin tubuhnya merasakan letupan-letupan yang keras. Lody mendorong tubuhnya ke belakang, membuat kejantanan Don menusuk semakin dalam.

Don tahu betul seperti apa perempuan kecil dalam pelukannya. Ia tak suka permainan yang lembut seperti apa yang mereka lakukan sekarang. Don mengapit kedua kaki Lody dengan kakinya, menusuk kewanitaan Lody dengan tempo lebih cepat.

"Aahh ahh ahh..."

Lody mulai meracau, liangnya tertekan dan menjadi semakin sempit sementara kejantanan Don mendesaknya semakin keras. Ia perlahan mulai merasakan nafasnya tersengal-sengal ketika Don mulai mencekik perlahan-lahan leher putihnya.

"Daddyy...aaagghhh!"

Don bergerak semakin dan jauh lebih cepat, memompa liang kewanitaan Lody tanpa henti dan jeda. Mencekik leher perempuan mungil itu semakin keras.

"Nggrrhhhhh...shhiiittt!!"

Don senang mendengar mulut kecil itu mengumpat dalam desahnya. Don mencabut kejantanannya. Memutar tubuh Lody dengan cepat, memeluknya erat dan memutarnya kembali. Lody kini tepat berada di atas tubuhnya, ia kembali memasukan kejantanannya dalam liang sempit itu.

"Ride on me Baby..."

Lody bangkit dengan susah payah, mencoba duduk setegak mungkin dengan kejantanan Don yang telah bersarang dalam tubuhnya.

"Aaghh...good girll..." ucap Don

Lody menjepit kejantanan Don lalu mengurutnya naik dan turun dengan liang kewanitaannya. Terkadang ia menarik tubuhnya ke atas hingga tertinggal kepala kejantanan Don dalam liang lalu membanting tubuhnya ke bawah hingga kejantanan itu menusuk tajam dalam kewanitaan miliknya.

"Yess aaahh ahhhh daddyy aaahhhh...aahhh..."

"Mmhh fuucckkk aaaggghhh..."

Don meremas buah dada Lody yang terpental-pental ketika tubuh itu memompa kejantanannya. Mencubitnya, menarik putingnya sesuka hatinya hingga membuat Lody berteriak. Ia menampar buah dada itu bergantian, kanan dan kiri membuat goresan-goresan merah pada kulit mulus Lody. Don meremas pinggang Lody, membuat Lody bergelinjang hebat.

"Aaghh!! Mhhh!! Aahh!!"

Don merasakan liang Lody berkedut, menjepitnya semakin kencang. Don kemudian menarik kedua tangan Lody, menjatuhkannya dalam pelukannya. Dalam pelukan eratnya Don memompa liang itu tanpa jeda.

"Aagaaiinn aaahhh daddyyy!!!"

"Uugghhh Babyyy...aaghhhh my little sluutt!!!"

Kejantanan Don menusuk semakin dalam, mendesak liangnya yang kian menyempit. Ia sendiri akan segera sampai pada puncaknya.

"Daddyy dadddyyy I'm cumming!!!" Lody berteriak, mencengkram bahu Don dengan kencang.

"I'm cumming!!!" Don menyetak kejantanannya dalam-dalam, memastikan tak ada satu inchi pun di luar kewanitaan Lody.

Tubuh kecil itu bergetar, cairan hangat mulai keluar. Lody merasakan cairan panas dan kental membasahi liang kewanitaannya, lalu mengalir keluar dan perlahan membuat kulit sekitar kewanitaannya basah.

Don melepas penyatuan mereka, menggulingkan Lody. Perlahan ia menekuk kedua kaki Lody dan membukanya, ia melihat betapa kewanitaan itu telah basah oleh cairan miliknya. Don memasukan kedua jemarinya, mengocok kewanitaan Lody sekali lagi.

"Ngggghhhhhh!!!! Yeessss....daddyyy!!"

Liang itu kembali menegang, menyesap apa saja yang berasa di dalamnya. Jemari Don bergerak tak beraturan, memutar, terbuka kadang menjepit apa saja yang terlewati.

"Yess! Aahh disituuu!!!"

Sebuah titik menonjol, permukaannya lebih kasar dibanding sekitarnya adalah titik terlemah dalam kewanitaan Lody. Don menusuk titik itu berulang kali membuat Lody menyepakan kaki-kakinya. Menggaruknya seperti ia menggaruknya seperti itu menggaruk kulit Lody yang gatal.

"AGGGHHHHHRRHHHHH!!!"

Pinggul itu terangkat lalu terbanting dalam sekejap. Don memainkan jarinya yang lain tepat di klitoris Lody, melakukan hal yang sama dengan apa yang ia lakukan di dalam liang.

"DADDDYYYYY!!!"

Pekikan Lody membuat Don buru-buru mencabut dan menghentikan aktivitas jemarinya. Ia berdiri tepat di hadapan liang kecil yang berwarna merah saat itu. Pemilik liang itu menjerit, meronta saat ia berhasil meraih squirt . Don tersenyum saat perempuan kecil itu menegang, mengejan mengeluarkan cairan tubuhnya tanpa kendali.

Don mengambil bathrobe dari dalam kamar mandi milik Lody. Ia selalu menyimpan beberapa bathrobe di sana, hal itu penting untuk berjaga. Don berjalan keluar dari kamar Lody tanpa menutup pintu, memasuki kamarnya dan mengambil beberapa handuk hangat lalu kembali ke dalam kamar.

"Jangan bergerak..." ucap Don sesaat setelah menutup pintu kamar.

"Daddy..."

Suara parau itu disambut dengan kecupan lembut pada kening Lody. Don memandangi tubuh kecil itu, begitu banyak bercak keunguan di sana, lendir dan cairan tubuhnya benar-benar merusak tempat tidur milik Lody.

"Pejamkan matamu, akan ku bersihkan semuanya..."

Don perlahan mengusap kewanitaan Lody dengan handuk hangat, meluruskan posisi kaki Lody, mengusap semua tubuh perempuan itu dengan air hangat. Hati-hati ia menggerakan handuk itu, ia belum tahu apakah Lody merasakan sakit atau perih pada tubuhnya.

Setelah selesai Don memakaikan bathrobe milik Lody berwarna putih polos. Menggendongnya perlahan keluar dari kamarnya dan menidurkannya di tempat tidurnya.

"Ada yang terluka? Sakit? Perih?" ucap Don sembari menyisir rambut Lody dengan jari.

Perempuan itu menggeleng, lalu memeluk bantal di sebelahnya.

"Aku lelah Daddy..." cicitnya.

"Tidurlah, nanti malam kita harus ke rumah kayu untuk merayakan ulangtahun Pablo..."

Lody mengangguk dalam pejamnya.

"Selamat tidur sayang..." bisik Don lalu mengecup puncak kepala Lody.

Our SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang