"Kau mau kue cokelat?"
Perempuan kecil itu menyodorkan sebungkus roti cokelat pada Lucia. Lawan bicaranya terdiam, menerima sebungkus roti itu dan tersenyum.
"Aku sudah makan, tapi akan ku bawa pulang saja..." ucap Lucia
Ruth mengangguk sembari memamerkan gigi rapinya. Ia kembali duduk di belakang bangku Lucia, sedang Lucia memasukkan roti cokelat itu dalam tasnya.
Ruth adalah seorang murid pindahan dari kota di sisi timur negara itu, kulitnya sedikit cokelat karena paparan matahari dan rambutnya dikuncir kuda.
"Apa bangku di dekat jendela itu tidak ada yang menempati?" tanya Ruth pada seorang murid.
"Ada tapi ia sedang berlibur sekarang jadi bangku itu kosong" tutur murid tersebut.
Lucia terdiam, ia teringat semua ucapan Brian bahwa ia harus berhati-hati dengan Ruth, ia sekaligus harus bersikap biasa saja dengan Ruth.
Lucia juga selalu mengawasi semua pergerakan Ruth di sekolah, ia bercerita bahwa orangtuanya memiliki bisnis pengolahan gandum dan jeruk tetapi Lucia memiliki kecurigaan tersendiri bahwa semua barang yang dikenakan oleh Ruth adalah barang-barang mahal.
.
.
.
.
.
"Aku sudah melihat data pengolahan gandum terbesar di negara ini Papi, keuntungannya tidak akan mencukupi untuk membeli sepatu dari Paris..." ucap Lucia yang duduk di hadapan Brian.
"Jeruk juga tidak sayang..." ucap Brian singkat.
"Papi, hari ini ia memberiku kue cokelat..." cicit Lucia.
"KAU MAKAN?! MUNTAHKAN!"
Suara Brian memekik kencang.
"Tidak..." jawab Lucia tenang.
Brian terduduk lemas di balik meja kerjanya lalu memijit pelipisnya, Lucia seringkali membuatnya pusing.
"Kita kirimkan rotinya ke laboratorium, jangan memegangnya lagi" ucap Brian pendek.
Lucia mengangguk.
.
.
.
.
.
"Daddy akan pergi?" cicit Lody yang menangkap basah Don menyusuri anak tangga.
"Aku harus pergi sayang, Paman Brian perlu bantuan..." jawab Don.
Lody mengangguk dan berbalik.
"Marah padaku?" bisik Don pelan.
Sejenak tadi ia memperhatikan wajah perempuan kecil itu ditekuk kemudian ia memutuskan untuk memeluknya sebentar.
Lody menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Don. Perempuan mungil itu berbalik, mengusak kepalanya pada dada Don. Menghela nafasnya yang cukup panjang dan berakhir dengan sebuah pelukan.
"Aku tahu terjadi sesuatu di sekolah bukan?" cicit Lody.
"Aku tidak tahu apa, aku juga tidak akan mencari tahu. Tapi aku mohon jaga Lucia untuk ku Daddy..." tambah Lody.
Don memeluknya dengan erat, mengusap punggung Lody perlahan.
"Ku pastikan tidak akan ada yang terjadi..." jawab Don.
Malam itu berakhir dengan Lody yang tertidur lelap setelah Don terpaksa harus bertahan tiga puluh menit bersamanya untuk memastikan Lody tidak takut lagi.