|| 6. Berpisah

531 38 0
                                    

Happy Reading!

•••

Seminggu ini Salsa tidak bertemu dengan Reon, kalaupun bertemu Reon hanya menatapnya sekilas lalu mengacuhkannya saja. Seperti hari ini tadi Reon ke kantor hanya untuk memeriksa beberapa berkas lalu kembali pulang karena urusan penting katanya.

Juga saat tadi pagi Salsa menyapanya namun Reon hanya melihatnya sekilas lalu pergi. Salsa kesal kala mengingatnya.

Gadis itu langsung mengalihkan Atensinya saat melihat ponselnya berdering. Salsa mengambil ponselnya nama 'Ryan' terpampang di layar, setelahnya langsung mengangkatnya.

"Dimana, Sa?" tanya Ryan di seberang sana.

"Kantor, kenapa?"

"Boleh ketemuan? Kita makan bareng, Sa. Kebetulan aku lagi di Jakarta."

Salsa menimang. "Boleh. Dimana?"

"Nanti aku Sherlock. Sampai ketemu di sana, Sa."

"Iya."

Salsa menghela nafasnya panjang. Ryan adalah mantan Salsa. Salsa memutuskannya karena dirinya sudah di jodohkan dan tak mau membuat Ryan semakin sakit hati padanya.

Walaupun nyatanya sama saja dirinya menyakiti Ryan.  Namun lebih baik dari awal dia memutuskan daripada memberi harapan padanya.

Sejujurnya rasa pada Ryan ada. Tapi lebih dominan rasa sayang kepada seorang Kakak. Ryan begitu mengerti dirinya juga begitu baik dan dewasa. Salsa menyukai sifat Ryan yang begitu.

•••

"Salsa!"

Salsa menoleh lalu tersenyum saat melihat Ryan yang memanggil dirinya. Pria itu mendekati Salsa lalu menggenggam tangan kiri Salsa dan mengajaknya ke salah-satu meja.

"Apa kabar?" tanya Ryan hangat.

Sekarang mereka berdua duduk berhadapan dengan sedikit canggung.

"Sehat. Kamu?"

"Sehat."

Hening.

Kali ini tak ada lagi percakapan antara keduanya. Hanya hening yang menemani sampai akhirnya Ryan membuka suara.

"Kamu mau pergi sama aku, Sa?" tanya Ryan, menatap manik mata Salsa dalam.

"Maksudnya?"

"Kita lari, Sa. Kita menikah terus buat keluarga kecil. Kita sama-sama sampai tua, Sa." Ryan mengambil kedua tangan Salsa lalu menggenggamnya erat.

"Kita buat keluarga kecil. Kita bahagia sama-sama sampai tua. Kamu mau kan, Sa?" tanya Ryan penuh harap.

"Kamu gak harus menyiksa diri kamu sendiri demi menerima perjodohan ini. Kita bisa menikah dan lari dari sini. Kita buat keluarga baru. Kita mulai dari awal sama-sama."

Salsa melepaskan genggaman tangan keduanya.

"Aku gak bisa."

"Kenapa?"

Salsa menatap Ryan yang juga tengah menatapnya. "Aku gak bisa ninggalin ibu."

"Kita bawa ibu kamu."

Ryan berucap sungguh-sungguh.

"Aku mau menjalankan wasiat almarhum ayah. Aku gak mau mengecewakan ayah." Salsa memalingkan wajahnya.

"Kalau cuman ini yang mau kamu bilang. Aku pamit. Maaf Ryan, tapi aku benar-benar gak bisa. Mungkin kita memang bukan jodoh. Aku yakin kamu suatu saat dapat yang lebih baik dariku." Salsa berdiri, namun Ryan menggenggam tangannya mencegahnya saat Salsa akan melangkah.

"Boleh aku peluk?"

Salsa diam.

"Pelukan terakhir sebagai seorang teman."

Salsa bergeming lama, lalu akhirnya menganggukkan kepalanya.

Ryan memeluknya erat sembari terisak, mereka mengabaikan tatapan orang yang juga tengah berada disini. Salsa mengelus punggung Ryan lembut.

"Semoga kamu bahagia, Sa."

"Aku harap kamu selalu bahagia."

•••

Pendapat kalian mengenai Part ini?

Jangan lupa jaga kesehatan.

Revisi
4nov2021

Reon & Salsa [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang