|| 37. Tragedi lagi

349 23 4
                                    

Happy Reading!

•••

"Bagaimana kabarmu?" Seorang pria dengan kacamata hitam yang bertengger di tulang hidungnya tersebut tersenyum tipis.

"Basa basi yang tak ku suka."

Wanita yang tadi bertanya, mendelik menatap tak suka juga kesal padanya setelah mendapat jawaban seperti itu.

Pria dihadapannya tertawa, lalu menatap tajam wanita didepannya kini.

"Langsung ke inti."

"Selalu saja begitu."

"Cepat!" desaknya.

"Kuncinya ada pada jam 22.00 WIB. Orang-orang akan panik, darah, tawa, tangis dan juga mobil polisi."

Wanita itu mengambil gelas yang berisi minuman dihadapannya, lalu meminumnya sembari menatap pria dihadapannya dengan senyuman.

"Terlalu mudah ditebak, Sayang." Pria dihadapannya tertawa dengan keras, suara tawa yang menggema dalam ruangan yang hanya berisi mereka berdua.

•••

"Bagaimana dengan perusahaan Arga. Kabarnya dia sendiri yang akan datang kesini, kan?" Seorang pria dengan setelan jam hitam masuk kedalam ruangan, lalu langsung duduk di kursi kekuasaannya.

"Iya, Bang." Pria yang sedari tadi sibuk dengan komputernya menyahut.

"Aku sangat menyukai kinerjanya. Dia benar-benar orang yang cekatan, tak peduli dari perusahaan kecil kalau dia bertanggung jawab dan tekun. Itu akan saling menguntungkan." jelas pria itu.

Matanya menatap pada seluruh ruangan kerjanya, lalu terpaku pada foto pernikahan yang menggantung di dinding dengan ukuran yang cukup besar.

"Merindukan Kak Salsa?" tanya Keno. Adik Reon tersebut menyadari gelagat sang Kakak.

"Tentu." Reon memejamkan matanya.

"Kalau seandainya aku menjadi Kak Salsa, aku juga akan pergi dari kehidupanmu. Benar-benar pria tak tau diuntungkan kau itu. Sudah benar-benar dapat yang blasteran surga malah milih yang dari got lagi." jelas Keno sengit.

Matanya menatap kesal pada sang kakak, entah kenapa moodnya yang tadi bagus untuk mengerjakan pekerjaan langsung hilang saat membahas topik ini.

"Sudahlah."

"Halah sok-sokan sudah-sudah. Kalo kau yang berada di posisiku, kau juga pasti akan sangat kesal padaku. Dasar tak berguna." Keno mendelik.

"Keno!" suara Reon mulai meninggi.

"Apa?" sahut Keno santai.

"Aku adalah Kakakmu, jadi tolong bersikaplah dengan sopan." Reon menatap Keno tajam.

Keno berdiri lalu menendang meja dihadapannya, ia berjalan menuju pintu keluar dan membantingnya sebelum benar-benar keluar.

"Kak Salsa masih hidup, Bang."

•••

"Mama Sasa!" Salsa yang tengah membaca majalah menoleh menatap gadis kecil yang memanggilnya. Hari ini Salsa memang sedang libur bekerja.

"Kenapa sayang?" tanya Salsa lembut.

"Gino tidur. Aku ditinggalin sendirian." Silla melipat kedua tangannya didepan dada dengan wajah kesalnya yang ketara.

"Tidur?"

"Iya, Mama. Tadi kita main masak-masakan di taman belakang, eh, Gino malah tidur di sofa. Padahal lagi seru banget mainnya." Silla mengambil posisi duduk di samping Salsa dan mulai menceritakan kegiatannya tadi.

"Gino, kan, emang biasanya tidur jam segini, sayang."

Silla menatap Salsa sejenak, sebelum akhirnya meletakkan tangan kanan ke keningnya.

"Astaga Silla lupa! Harusnya tadi emang enggak ngajak Gino main jam ini." Silla menganggukkan kepalanya berulang kali, sembari melirik jam yang menunjukkan pukul satu siang.

Silla memang tau kebiasaan adik angkatnya itu. Selalu tidur siang di jam begini, tak pernah absen pokoknya. Tidur siang seolah kebutuhan bagi Gino.

•••

Gino, Silla dan Salsa menghabiskan waktu dengan menonton film kartun kesukaan kedua anak itu, sampai akhirnya dering telpon dari ponsel Salsa membuat Gino memangilnya.

"Mama ada yang telpon!" teriaknya.

Salsa menggelengkan kepalanya, lalu tertawa kecil.

"Mama di samping kamu, Sayang. Gak usah teriak-teriak!" tegur Salsa.

Gino tertawa pelan memperlihatkan gigi susunya. "Maaf Mama, habisnya telpon Mama ganggu tontonan Gino."

"Iya, Sayangnya Mama. Sebentar Mama angkat telpon dulu, jangan berantem. Ingat!" Ingatnya pada kedua anak-anak yang tengah menatapnya.

"Siap Mama!"

"Siap Mama Sasa!"

Salsa agak menjauh dari mereka untuk mengangkat telpon dari nomor yang tak di kenal tersebut.

"Halo?!"

"Benar dengan saudari Salsa? Keluarga Arga Wiranto?" suara seorang pria menginterupsi Salsa, membuat wanita itu bingung.

"Benar, Pak."

"Saya ingin menyampaikan bahwa, Arga Wiranto mengalami kecelakaan." Detik itu juga, jantung Salsa langsung berdegup kencang dengan keringat dingin yang mengalir. Bayangan masalalu, ketakutan, juga kekhawatirannya terlihat begitu jelas dari wajahnya.

•••

Pendapat kalian mengenai Part ini?

28des2021

Reon & Salsa [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang