|| 38. Pertemuan

357 26 3
                                    


Happy Reading!

•••

Salsa berlari dengan tergesa melewati lorong rumah sakit. Tubuhnya bahkan menabrak beberapa orang, yang membuat orang-orang mengumpat kesal.

"Hati-hati dong, kalo jalan."

"Wanita aneh."

"Maaf. Maafkan aku!" teriak Salsa.

Tiba di ruangan operasi, matanya menatap pada pintu ruangan dengan gelisah. Tatapannya menatap sendu, berharap orang yang berada dalam tanganan dokter bisa selamat.

"Nak!" Seorang pria dengan darah di bajunya, mendekati Salsa.

"Kecelakaannya merenggut nyawa sopir yang ditumpangi tuan di dalam." Suara pelan dari pria tua, dengan pakaian cukup lusuh itu membuat Salsa menatapnya dengan berkaca.

"Seberapa parah, Pak?" tanya Salsa pelan. Namun terdengar jelas oleh pria itu.

"Parah."

Pertahanan Salsa runtuh, tubuhnya bergetar dengan menangis. Bagaimana mungkin takdir begitu kejam pada orang sebaik Arga? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?

Juga ... Kejadian ini, terjadi ditempat yang sama saat kecelakaan Salsa lima tahun silam.

"Bagaimana dengan keadaan Kakak saya, Pak? Apa dia baik-baik saja?" tanya Salsa terbata. Ia berdiri lalu menatap pada pria tadi dengan tatapan cemasnya.

Pria dihadapannya diam. Bayangan kejadian tadi melintas di kepalanya, benar-benar mengerikan.

"Sudah lebih lima jam, dia mendapat penanganan. Tadi penanganannya harus ditunda karena biaya, kondisi, juga dokter yang tak ada di rumah Sakit, sehingga tertunda beberapa jam." jelas pria itu.

Salsa merenung. "Ya! Bagaimana, maksudnya siapa yang membayar biaya rumah sakit?" tanya Salsa penasaran.

"Saya juga tak tau, tadi ada orang baik dengan pakaian bagus membayar Semuanya. Bahkan langsung mendatangkan dokter terbaik rumah sakit ini," jelas pria itu.

"Terimakasih, Pak. Terimakasih, bahkan bapak menunggui Kakak saya," ucap Salsa tulus. Ia mengambil tangan pria tua itu, lalu menciumnya berkali-kali.

"Sudah, Nak. Sesama manusia, kita memang harus saling membantu. Panggil saja saya Bapak Andi." Pria itu menatap Salsa dengan sendu, lalu menepuk bahu wanita itu sebagai bentuk penenangan.

"Terimakasih, Pak Andi."

•••

"Kak Salsa!" Salsa yang sedari tadi meringkuk, memeluk kedua lututnya dengan tangis mendongak menatap pada seseorang yang tak asing memangilnya.

"Keno!"

Keno mendekat lalu memeluk Salsa. "Kakak harus sabar."

"Bagaimana ini terjadi, Ken!" tangis Salsa pecah dalam tangisan Keno. Tubuhnya bergetar, ketakutan pada masalalu itu juga kembali seolah menyerangnya.

"Semuanya baik-baik saja, Kak." Keno menepuk punggung Salsa pelan, mencoba menenangkannya.

"Bagaimana Gino? Dimana dia Kak?" tanya Keno.

Salsa menghapus air matanya.

"Gino ada di panti, Kakak titipin dia ke sana tadi. Dia aman disana." jelas Salsa.

Keno menganggukkan kepalanya mengerti. Pria itu menatap Salsa sendu, kejadian ini janggal benar-benar janggal. Apalagi, bagaimana bisa Arga mengalami kecelakaan tunggal namun separah itu.

Namun, Keno tak mungkin membahasnya sekarang. Apalagi kondisi Salsa begitu kacau sekarang. Nanti Keno akan menyelidikinya sendiri.

"Anak Kak Arga, Kakak bawa kesini juga?" tanya Keno.

Salsa mengangguk. "Tentu saja, dengan siapa Silla dirumah. Kau tau bahkan dia terus saja menanyakan bagaimana kabar Mas Arga, kenapa Papa nya belum menelpon." jelas Salsa sendu.

"Aku benar-benar tak tau harus apa, Ken. Sejak aku membawanya tadi dalam perjalanan, pun Silla lebih banyak diam tak seperti biasanya. Dia terus menangis, tanpa alasan yang jelas." Jelas Salsa, sambil sesekali mengusap air matanya.

"Dia pasti mempunyai firasat, Kak. Ikatan batin mereka kuat."

Salsa menganggukkan kepalanya. "Mungkin."

Tiga pria dengan seragam putih, keluar dari ruangan operasi, mengalihkan atensi keduanya. Salsa dan Keno langsung mendekati mereka.

"Bagaimana keadaan Kakak saya, Dok?" tanya Salsa pelan.

"Pasien kritis."

•••

Hayoloh pasti bingung kenapa Keno tau Salsa masih hidup, dan kenapa Salsa akrab sama Keno. Adik Reon.

29des2021

Reon & Salsa [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang