|| 22. Tingkahnya

421 26 0
                                    

Happy Reading!

•••

Arya baru saja sampai di kediaman Reon. Karena tadi Salsa menghubungi dirinya untuk membelikan rujak, dan entah ada angin apa Arya langsung menyetujuinya.

"Lo seriusan pengen rujak?" tanya Arya memastikan.

Pasalnya yang ia ketahui Reon begitu tidak menyukai makanan yang masam, dia lebih suka pedas dan sekarang pria itu ingin rujak.

Jangan-jangan Reon sedang kerasukan? pikir yang terlampau ngawur.

"Enggak."

Arya yang membawa bingkisan rujak ditangan kanannya langsung menatap tajam ke arahnya, begitu pria itu mengatakan kata itu.

"Serius Reon!" geramnya kesal.

"Abisnya lo lama, gue gak pengen lagi jadinya," ketus Reon enteng.

Arya membanting bingkisan yang dibawanya dengan kasar, lalu tatapan pria itu beralih menatap Salsa yang juga menatap dirinya dengan tatapan takut.

"Gue boleh bunuh Suami lo gak?" tanya Arya. Sembari menatap pada Salsa dengan pandangan tajam.

Salsa yang mendengar pertanyaan pria itu hanya meneguk salivanya. Arya benar-benar menakutkan, pikirnya.

Salsa menggelengkan kepalanya saat Arya masih juga menatap dirinya.

Reon yang melihat Salsa yang ketakutan, langsung menyembunyikan tubuh Istrinya tersebut dibalik punggung tegapnya.

"Pulang lo!" ketusnya, pada Arya.

Arya hanya memutar bola matanya jengah, lalu berlalu dari sana meninggalkan rumah Reon dengan emosi.

Setelah Arya pergi, Salsa langsung bernafas lega. Menurutnya Arya sangatlah menakutkan jika marah. Walau tak bisa dipungkiri bahwa pemuda itu mempunyai wajah yang tampan.

"Kakak juga kenapa minta tolongnya sama Arya? Arya itu Serem banget tau gak! Terus lagi, dia udah mau beliin malah Kakak gak mau!" jelas Salsa kesal.

Salsa memang tak begitu mengenal Arya, sahabat suaminya. Karena sikapnya yang terlampau dingin dan datar, membuat Salsa sungkan untuk berkenalan.

"Aku gak mau lagi sayang! Orang dia lama banget datangnya," ketus Reon.

Setelah mengucapkan kalimat itu. Reon langsung berlalu meninggalkan Salsa di teras dan masuk kedalam rumah.

Salsa lagi dan lagi hanya mengusap dadanya sabar. Entah kenapa sikap Reon benar-benar membuatnya harus berusaha menahan emosi. Jika dirinya marah, Reon nanti akan merajuk dengan tak mau makan.

Benar-benar menyebalkan, bukan?

•••

Lagi dan lagi, Salsa harus benar-benar sabar saat menghadapi tingkah laku Reon yang sangatlah manja. Sekarang Reon tengah memainkan ponselnya, dengan tiduran di paha Salsa sebagai bantalannya.

Reon juga menyuruh Salsa mengelus rambutnya, membuat dirinya mau tak mau harus melakukannya.

"Sayang."

"Hm."

"Kamu tau, waktu aku tiba-tiba pulang dari London itu kenapa?" tanya Reon.

Pria itu berhenti memainkan, mematikan Ponselnya dan menatap sepenuhnya ke arah Salsa.

Salsa yang mendengar pertanyaan Reon, langsung menggeleng kepalanya. Bagaimana Salsa bisa tahu, jika Reon ditanya saja tak mau menjawab.

"Ada wanita masalalu aku. Aku gak tau kenapa, tapi aku punya firasat buruk tentang kehadirannya di hotel tempat aku nginap."

"Dia orang yang ambisius, Sa. Dia ambisius untuk memiliki dan punya apa yang dia mau. Apalagi dulu kami pisah dengan sepihak. Aku yang memutuskannya. Keputusanku tepat, menurutku, karena tau sifat aslinya." Jelas Reon.

Mereka sudah berjanji untuk tidak saling menutupi masa lalu lagi. Sekarang Salsa percaya pada Reon, ia mengerti pasti Reon sedang jujur Sekarang.

"Jika kedepannya ada sesuatu dalam hubungan kita. Aku harap kita tetap sama-sama."

"Kamu mau janji, kan?  Kita haru saling percaya satu sama lain!" ujar Reon.

Reon bangkit dari tidurnya lalu duduk dan menatap sepenuhnya pada Salsa. Reon mengangkat jari kelingkingnya, dan menatap ke arah Salsa penuh harap.

Salsa tersenyum dan juga menautkan jari kelingkingnya, dengan kelingking Reon.

"Kita harus sama-sama saling percaya, Kak!"

•••

Revisi
17nov2021

Reon & Salsa [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang