|| 52. Ending

1K 44 5
                                    

Happy Reading!

•••

"Orang bilang harus menjalani kehidupan dengan kebahagiaan. Tapi kenapa masih banyak orang yang menjalani hidup dengan kesakitan?" Lwaavv

.

.

.

Semilir angin menerpa wajah gadis cantik dengan rambut panjang, yang tengah menatap lurus ke depan. Gadis itu menatap sendu pada seorang pria paruh baya yang tengah duduk di taman, dengan melamun menatap kosong ke depan.

"Papa kamu baik-baik saja. Akhir-akhir ini dia selalu merespon saat tanya, walaupun kondisinya, maaf tak berubah. Tapi dia sering tersenyum akhir-akhir ini. Ini adalah hal baik." Seorang wanita dengan pakaian putih, juga buku tebal ditangannya membuka percakapan setelah dirinya berada di samping gadis yang tengah memperhatikan pria paru baya itu.

"Syukurlah. Terimakasih sudah merawat papa, bunda." Gadis itu menatap haru pada wanita dihadapannya kini. Wanita yang begitu baik dengan kesabaran luar biasanya.

"Sama-sama, Silla cantik. Bunda pergi dulu, ya, masih ada pasien yang harus bunda tangani." Wanita itu pamit, lalu berlalu setelah mendapatkan persetujuan dari lawan bicaranya.

Silla. Gadis itu sudah tumbuh remaja dengan perawakan cantik, ramah dan menyenangkan. Ia tumbuh dengan didikan baik juga kehidupan yang baik.

"Papa!" Silla berlari menghampiri pria yang tengah berbicara sendirian tersebut. Tangannya menenteng rapor penilaian akhir semesternya.

"Silla dapat juara lagi?" tanya pria itu. Sesaat setelah Silla sampai dihadapannya.

"Iya papa."

"Dapat juara berapa?"

"Satu." Pria paruh baya itu tersenyum, lalu bertepuk tangan begitu mendengar jawaban Silla.

"Selamat anak papa!" Silla tersenyum lalu memeluk pria yang begitu berharga baginya. Reon. Pria itu mengalami depresi parah sejak kejadian sepuluh tahun lalu. Pria itu menjadi lebih suka diam, melakukan kegiatan pun hanya perkejaan. Berbicara? Hanya kenapa Silla dirinya mau membuka percakapan dahulu. Untuk hal lain, tak ada, mungkin bisa dikatakan tak pernah bicara lagi.

"Silla mau apa? Sudah dapat juara satu ini." Reon menawarkan hal menarik, untuk merayakan pencapaian Silla. Dengan Silla, Reon seolah tak memiliki masalah dan sehat. Tapi jika tak dengan anak itu, Reon menjadi pribadi yang berbeda pula.

"Mau papa bahagia. Itu aja." Silla berucap dengan semangat. Ia duduk di samping Reon, lalu mengeluarkan sebuah bingkisan dan memberikannya pada Reon.

Reon tertegun sejenak begitu mendengar penjelasan dari putrinya. Ia tersenyum lalu menerima dengan senang hati bingkisan dari Silla. "Apa ini?" tanya Reon.

"Hadiah buat papa," jawab Silla. "Buka langsung aja, pa!"

Reon membukanya dengan senang hati. Lalu tertegun begitu melihat apa yang ada didalamnya.

"Silla tau papa suka kue manis, makanya Silla bikin tapi enggak bakal seenak buatan Mama Sasa. Silla sebenarnya udah lama bisa buat kue, pa. Tapi selalu enggak enak. Sekarang Silla udah kasih ke papa, berarti kue buatan Silla udah enak. Resep kuenya sama kayak buatan Mama Sasa." Silla menjelaskan dengan semangat. Ia bangga karena telah bisa membuat kue yang menurutnya enak, dan juga favorit Reon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reon & Salsa [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang