|| 32. Reon 2

430 28 7
                                    

Happy Reading!

•••

POV Reon

Sejak kedatangan Mayra yang berubah menjadi wanita dewasa dan pengertian, dia seolah tau apa yang selalu aku rasakan. Dia menjadi orang yang mengerti diriku.

Pertengkaran dengan Salsa juga terus-menerus terjadi, dia benar-benar berubah menjadi seperti bukan lagi dirinya, sejak kejadian itu. Salsa benar-benar berbeda.

"Enggak usah pulang sekalian." Aku yang baru saja masuk ke kamar kami langsung menatap Salsa jengah. Aku memang pulang terlambat hari ini, karena banyak pekerjaan yang menunggak.

"Sayang, aku capek baru pulang kerja lho, ini." Aku tersenyum, bagaimanapun juga aku cukup mengerti akan kondisinya.

"Udah jam dua belas malam. Kenapa gak tidur di kantor aja?" Salsa menatapku kesal.

Apa dia marah karena aku lembur? Tapi aku sudah mengabarinya lewat pesan.

Aku memilih mengalah dengan keluar dari kamar dan langsung ke kamar tamu.

•••

Hari-hari ku berlalu dengan biasanya. Pertengkaran dengan Salsa juga seolah makanan sehari-hari. Ada saja hal yang membuat aku marah dan topik yang membuat kesal yang selalu dibahasnya.

Setiap hari bahkan saat makan, pun dia sering membahas topik yang berujung pertengkaran.

Bosan.

Hambar.

Itulah yang kurasakan pada pernikahan ini semakin lama. Namun, kedatangan Mayra dan kebersamaan kami yang memang hanya terlibat dalam pekerjaan membuatku menjadi kembali dekat dengannya.

Mayra selalu mendengarkan keluh-kesah ku, memberi motivasi dan semangat selalu ada saat aku butuh dan lelah. Berbeda dengan Salsa yang selalu membuat kesal saat bersamanya.

Sampai pada akhirnya. Semuanya terjadi, Mayra mengungkapkan perasaannya padaku.

"Aku mencintaimu." Aku yang tengah menatap keluar kaca pada jalanan yang berlalu lalang, mematung. Kami memang tengah berada diruang kerja ku, karena ada hal yang ingin disampaikan Mayra.

"Maaf Reon. Tapi aku memang belum sepenuhnya melupakanmu. Rasa itu masih ada." Mayra menggigit bibirnya lalu menatapku, yang juga tengah menatapnya.

"Aku tak perlu jawabanmu. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaan ini, tak perlu kau jawab." Mayra beralih menatap ke luar gedung.

"Aku siap jadi yang kedua."

Aku cukup terkejut mendengar pertanyaannya. Jadi yang kedua?

Aku bungkam lebih memilih untuk diam.

"Aku harus pulang dulu. Terimakasih atas waktunya, Reon." Mayra berbalik namun ucapanku menghentikan langkahnya.

"Jadilah kekasihku."

Maaf Salsa.

Entah kenapa kata itu terucap, tapi aku benar-benar tak siap kehilangan Mayra. Aku bingung. Namun disisi lain aku nyaman dan tenang jika bersamanya. Aku nyaman dengan Mayra.

Apakah cinta? Aku tak tau, yang jelas aku nyaman dan damai saat bersamanya.

Sejak itu kami menjadi sepasang kekasih. Benar-benar berhubungan. Waktuku juga banyak ku habiskan dengan Mayra. Karena jika pun dirumah, Salsa selalu membuat pertengkaran.

Hubungan gelap ku dengan Mayra sudah terhitung dua bulanan. Tak lebih hanya sepasang kekasih. Tak melakukan kontak fisik lebih, hanya sebatas pelukan dan ciuman. Jujur aku tak berani melakukan lebih. Ketakutan itu masih ada. Ketakutan kehilangan Salsa.

Disisi lain aku nyaman dengan Mayra. Apalagi dirinya tak masalah menjadi simpanan. Lalu tak ingin kehilangan Salsa. Ketakutan akan mengetahuinya tentang hubungan kami pada Salsa begitu nyata. Namun hubungan ini tetap kujalani.

Egois? Aku menyadarinya. Biarlah, aku cukup nyaman dengan keadaan ini.

•••

Pertengkaran pagi tadi tentang anak membuat ku kesal. Aku benar-benar frustasi dengan keadaan ini. Salsa benar-benar membuat emosiku terkuras habis.

"Bahkan sampai sekarang aku belum juga lagi mengandung, Kak! Sudah setahun lebih ini kita menunggu dan hasilnya sama. Nihil."

Pertengkaran yang tak jauh-jauh dari hal anak. Jujur aku sendiri tak ingin menuntut Salsa untuk mempunyai anak.

Jika di beri, syukurlah. Tidak pun, aku tak apa.  Asal Salsa sehat. Hanya itu.

Namun Salsa yang begitu menuntutnya dan itu membuatku emosi, karena pikiran dan ketakutannya sendiri. Pernikahan kami benar-benar hambar rasanya.

Aku langsung pergi ke kantor tanpa sarapan pagi itu, tentu saja dengan emosi. Saat ke kantor, Mayra sudah berada diruanganku, menunggu kedatanganku.

"Kamu kenapa?" tanyanya. Seolah mengerti aku sedang emosi.

"Makan dulu. Aku buat sarapan buat kamu, sayang." Aku menurut dan duduk disampingnya. Setelahnya aku menyuruhnya untuk memijit bahuku.

"Harusnya kamu itu istirahat, sayang." Mayra berbicara, memulai percakapan.

"Gimana mau istirahat." Aku menghela nafas panjang.

"Istri kamu buat kamu gak nyaman lagi kah? Berantem lagi? Kenapa bisa berantem terus? Istri kamu udah gak sayang sama kamu, ya?!"

Lihat. Mayra benar-benar mengerti diriku.

"Bukannya kalaupun masalah anak, nanti juga bakal di kasih lagi. Apalagi kalau usaha, kan, sayang. Aneh banget istri kamu itu." Aku memilih diam, dan menikmati pijatannya membiarkan Mayra berbicara saja.

•••

Aku pulang tengah malam, karena lembur kembali. Pekerjaanku benar-benar banyak sekarang ini. Saat memasuki rumah kondisinya benar-benar sepi, tak seperti biasanya.

"SALSA!"

"SALSA!"

Aku berteriak memanggilnya. Aku menghela nafas panjang, ada apa lagi. Ingin membuat pertengkaran lagi, kah, Salsa?

Aku berjalan menuju kamar. Namun saat melihatnya aku terpaku. Lemari baju Salsa terbuka dan isinya telah hilang.

Aku kalap. Ku cari dia diseluruh penjuru rumah, namun nihil. Salsa tak ada, dia menghilang.

Kemana Salsa? Tak mungkin dia tiba-tiba pergi dan hilang tanpa kabar begini.

Namun, aku tiba-tiba tersentak saat pikiranku menebak apa yang terjadi.

Apa Salsa mengetahui aku selingkuh?

•••

TBC

13des2021

Reon & Salsa [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang