|| 40. Pergi

367 24 8
                                    

Happy Reading!

•••

"Anak tadi mirip dengan Tuan, ya." Mang Wais, sopir kepercayaan Reon. Pria dengan usia setengah abad itu membuka percakapan.

"Yang mana, Mang?" tanya Reon bingung.

"Di rumah makan tadi, Tuan. Benar-benar mirip dengan Tuan waktu kecil." jelas Mang Wais.

Mang Wais, adalah sopir kepercayaan keluarga Reon. Beliau juga sudah bekerja lama dengan keluarganya, dahulu bekerja untuk keluarganya sekarang beliau bekerja menjadi sopir pribadi Reon. Mungkin sudah dua puluh tahun lebih, beliau bekerja dengan keluarga Anggoro.

"Saya gak lihat."

"Benarkah? Tapi tadi anak itu benar-benar mirip dengan Tuan waktu kecil dahulu." jelas Mang Wais tak percaya. Seperti reinkarnasi dari saja jika melihat anak kecil tadi. Pasalnya anak itu benar-benar mirip dengan Reon kecil.

Reon hanya bergumam sebagai respon.

"Jika saja Tuan punya anak dengan nona Salsa dahulu, pasti sudah seumuran anak itu," jelas Mang Wais. Namun, beliau buru-buru meminta maaf disaat dirasa apa yang dibahasnya terlalu sensitif.

"Maaf Tuan."

Reon hanya bergumam membalasnya.

Kenapa sekarang Reon menjadi penasaran dengan anak yang dimaksud Mang Wais.

•••

Salsa berlari menuju ruang rawat Arga, napasnya memburu tak beraturan. Matanya langsung memerah melihat Arga yang kejang-kejang. Gegas ia menekan bel yang berada di samping tempat Arga terbaring.

Dua perawat datang dan langsung menangani keadaan Arga yang tengah kejang-kejang. Salsa menghela nafas panjang melihat keadaan Arga yang mulai membaik.

Firasatnya tadi benar-benar buruk sehingga membuat Salsa segera menuju ruang rawat Arga.

"Kenapa kakak saya kejang-kejang, Sus?" tanya Salsa gusar.

Dirinya begitu cukup tenang melihat keadaan Arga yang sudah stabil.

"Maaf kami kurang tau sebabnya, karena semuanya baik. Namun, ada cairan yang masuk kedalam tubuh pasien. Kami kurang tau cairan apa itu, tapi kami akan menyelidikinya." Perawat tersebut menjelaskan.

"Apa Mbak yang memberi pasien cairan tersebut?" tanya perawat tersebut.

Salsa menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak, Sus."

"Bukannya Mbak yang menjaga pasien?"

"Benar. Tapi saya tadi keluar sejenak untuk makan di kantin rumah sakit. Tadi juga saat saya pergi kakak saya baik-baik saja." jelas Salsa.

Kedua perawat tersebut saling pandang dengan tatapan yang jelas cukup bingung. Seorang perawat mendekati infus Arga lalu menunjukkan pada Salsa.

"Ada cairan yang sepertinya disuntik kan tadi. Bagaimana mungkin, maksud saya siapa yang menyuntik pasien tadi? Apa ada dokter yang kesini tadi?" tanya perawat tersebut, sekaligus menjelaskan kejanggalan yang ada.

Salsa meliriknya, benar, ada bekas seperti cairan berwarna merah yang melekat pada selang infus Arga. Meskipun sudah pudar, warnanya terlihat masih membekas.

"Tidak ada, Sus."

Salsa menatap wajah Arga yang terpejam juga sedikit mulai membiru dari apa yang Salsa lihat tadi.

Arga, ada apa dengannya? Kenapa badannya terlihat membiru dan kaku?

"Baiklah. Mungkin itu adalah dokter, tak mungkin ada orang yang asal-asalan menyuntik tadi. Nanti kami tanya kenapa dokter," jelas perawat itu.

Salsa mengangguk setuju. Matanya menatap wajah Arga yang entah kenapa terlihat begitu membiru. Ini cuman perasaannya atau ini benar-benar nyata, bukan penglihatan semata.

"Pasiennya ... " ucapan perawatan tersebut, menggantung di udara saat melihat kepada Arga.

"Pasien diracuni!" teriaknya spontan. Seorang perawat yang berada didekatnya gegas memencet bel bantuan cepat.

Salsa terkejut, lalu mendekati mereka.

"Ada apa? Ada apa dengan kakak saya, Sus?" tanya Salsa khawatir. Apalagi saat melihat raut wajah kedua perawat dihadapannya kini.

"Pasien keracunan. Maaf Mbak, silahkan keluar dulu kami akan melakukan tindakan," jelas perawat tersebut.

"Tapi, saya -- "

"Silahkan keluar, Mbak." Perawat tersebut segera mendorong Salsa untuk keluar. Apalagi saat dua dokter datang dengan dua perawat lainnya.

•••

Salsa gegas mendekati kedua dokter yang baru saja keluar dari ruangan Arga, setelah dua jam lamanya.

"Bagaimana keadaan Kakak saya, Dok?" tanya Salsa gusar.

Sang dokter hanya menunduk sejenak, lalu menepuk bahu Salsa beberapa kali dengan tatapan sedih.

"Maaf, pasien tak bisa diselamatkan. Arga telah tiada "

•••

3jan2021

Reon & Salsa [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang