|| 42. Pertemuan Reon & Salsa

445 31 34
                                    

Happy Reading!

•••

"Jangan main dijalan, Gino!" tegur Nenek Ami. Perempuan tua itu menatap Gino yang tengah bermain dipinggir rumah makan.

Gino bermain dengan lincah seorang diri. Teman-teman panti yang lain bersekolah, karena ini juga masih pagi, biasanya mereka akan pulang ketika jam makan siang nanti.

Kemana Silla? Gadis kecil itu masih tertidur karena semalaman tak bisa tertidur. Silla memang akhir-akhir ini sering tak bisa tidur, sehingga di pagi hari dirinya kadang baru tertidur.

Silla juga belum mengetahui bahwa papanya telah tiada. Salsa bahkan belum memberitahukan kepada Nenek Ami.

Gino memantulkan bola tinggi-tinggi, sehingga membuat bolanya memantul jauh ketengah jalan di luar. Karena rumah makan ini memang hanya bambu dinding setengah, yang langsung menuju jalan raya.

Nenek Ami yang sibuk melayani pembeli, tak terlalu memperhatikan Gino yang tengah berlari menuju bolanya yang memantul ke jalan raya.

Gino berlari dengan riang, bertepatan dengan sebuah motor yang melaju kencang yang langsung menghantam tubuh kecilnya, kejadian itu terjadi dengan begitu cepat.

Nenek Ami yang sudah melayani pembeli, menuju tempat dimana Gino bermain tadi untuk mengawasinya. Namun, suara teriakan orang-orang yang begitu nyaring membuatnya bingung.

"Ada anak kecil yang tertabrak."

Suara samar dari orang-orang terdengar olehnya, membuatnya tiba-tiba menjadi takut dan kalut.

Nenek Ami berlari menuju kerumunan, menyingkirkan orang-orang dengan sedikit paksa, sampai akhirnya matanya menangkap hal yang membuat tubuhnya membeku.

"Gino!"

•••

Salsa berlari di lorong rumah sakit, wanita itu baru saja dari ruang mayat, mengurus jenazah Arga yang akan segera dibawa ke kampung halaman untuk dimakamkan. Namun tiba-tiba seseorang dari panti menghubunginya, mengabarkan bahwa Gino kecelakaan.

"Bunda!"

Wanita tua yang tengah duduk di kursi tunggu itu mendongakan kepalanya, menatap Salsa yang baru saja datang.

"Gino?" tanya Salsa khawatir.

Ami, wanita tua itu menatap Salsa dengan pandangan sendunya. "Gino kecelakaan. Bunda benar-benar tidak tau bagaimana kejadiannya, tadi Gino, dia berlari ... " jelasnya, mencoba menjelaskan dengan terbata.

Salsa langsung terduduk lemas, matanya berkaca dengan tatapan kosong.

"Gino tidak apa-apa, kan, Bunda? Dia hanya terluka sedikit, kan?" tanya Salsa gusar. Salsa berdiri lalu menatap Ami dengan tatapan memelas, tangannya menggenggam tangan Ami.

Salsa berharap apa yang akan dikatakan sebagai jawaban oleh Ami akan membuat angin segar di dadanya.

"Parah."

Hanya satu kata, namun mampu membuat dunia Salsa seakan berguncang. "Bunda bohong, kan?" tanya Salsa sekali lagi.

Namun, hanya tangisan pilu dari Ami sebagai jawaban dari pertanyaan Salsa.

Seorang perawat keluar dari tempat Gino di tangani. Salsa gegas menghampirinya lalu mencercanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepalanya.

"Bagaimana dengan anak saya, Sus? Dia tak apa-apa, kan? Dia baik-baik saja? Gino tak mungkin terluka parah, itu hanya bohong, kan, Sus?!" sentak Salsa tak sabaran.

Wanita itu bahkan memegang kedua bahu sang perawat, membuat Ami yang melihatnya gegas menghampiri dan menenangkan Salsa.

"Kondisi pasien cukup buruk, namun ibu hanya perlu berdoa saja. Karena syukurlah tadi langsung mendapatkan penanganan yang baik saat sampai. Ibu hanya perlu berdoa yang terbaik untuk putra ibu. Saya permisi, saya masih mempunyai pekerjaan." jelas perawat tersebut, lalu segera pergi dari sana.

Salsa terduduk lesu, lalu menatap Ami yang juga tengah menatapnya sembari menangis. "Kapan aku bahagia, Bunda? Kapan aku benar-benar bahagia tanpa sakit?" tanya Salsa.

Keadaannya benar-benar kacau sekarang, bahkan pemakaman Arga belum selesai. Kesakitan dirinya akan kehilangan orang yang begitu baik, juga berjasa padanya masih begitu terasa.

Lalu sekarang? takdir seolah mempermainkan dirinya, anaknya dalam kondisi kritis.

Kenapa takdir begitu jahat padanya?

"Salsa," lirih Ami.

"Orang yang menabrak Gino ingin bicara denganmu," ucap Ami, yang sontak membuat Salsa mengangkat kepalanya.

Salsa berdiri, lalu berbalik, matanya menatap terpaku pada sosok yang berdiri dihadapannya sekarang ini. Salsa merasa dadanya begitu sempit dan sesak sekarang.

"Salsa." Hanya kata itu yang diucapkan oleh pria dihadapannya kini. Pria yang berhasil membuat hidupnya hancur, sangat hancur.

Reon. Pria itu mendekati Salsa dengan teratih, tubuhnya juga terluka, namun tak begitu parah.

Reon sekarang benar-benar berdiri dihadapan Salsa, menatap Salsa dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Salsa ini benar kau, kan?" tanya Reon memastikan. Tangannya yang berbalut kain putih itu menangkup kedua wajah Salsa, dengan tatapan berbinar. Namun, Salsa hanya bergeming tak meresponnya.

Seolah sadar dari lamunannya. Salsa langsung melepaskan tangan Reon yang berada diwajahnya, dengan menepisnya.

"Kenapa kau selalu membuat masalah dalam hidupku, Reon?! Kenapa kau selalu datang dalam masalah? Kenapa kau begitu jahat, tak masalah bagiku jika kau jahat padaku. Tapi, anakku. Kau begitu jahat pada anakku!" teriak Salsa. Matanya menatap tajam Reon, tangannya memukul dada pria dihadapannya dengan sekuat tenaga yang tersisa.

Salsa menatap Reon dengan tatapan penuh kebencian. Sedangkan Reon, pria itu hanya bergeming dengan tatapan kosong.

"Aku membencimu, Reon!"

•••


7jan20222

Reon & Salsa [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang